Recitals:
Para Pihak dengan ini menyatakan dan menyetujui bahwa akan ada hal-hal yang terjadi sepanjang jangka waktu terlaksananya cerita ini, yang akan mempengaruhi jalannya cerita ini, yang tidak akan dianggap sebagai keadaan kahar atau force majeure.
---
Em menatap layar ponselnya tidak percaya.Nice!
Dia sudah sibuk keluar masuk ruang fotokopi, mengetik ulang puluhan lembar berkas hingga matanya lelah dan mulai berair, dan sekarang, jam setengah 9, sebuah jawaban yang terlihat sangat santai, masuk ke ponselnya.
Gw udh balik, tp lo kerjain smua smp beres, bsk gw prlu pagi. Jgn plg klo blm beres, itu urgent.
Urgent, my ass! Kalo emang urgent, lo bakal disini dan bukan enak-enakan pulang dan tidur, batin Em kesal.
Dia meletakkan ponselnya dan menarik napas panjang, lalu menatap laptop kantor yang ada di hadapannya, ke arah layar dengan kursor berkedip yang menunggu dia melanjutkan ketikan. Dia kemudian memindahkan tatapannya ke kertas kertas di atas meja yang terbagi 2 tumpuk, tumpukan yang sudah diketik ulang, dan tumpukan yang belum. Belum lagi berkas yang harus di print masih ada di sebelah, di ruang fotokopi, yang belum diproses sama sekali, dan nanti masih harus disusun berdasarkan kategori tertentu.
Sekali lagi Em menarik napas panjang.
Bukannya dia mengeluh. Menjadi sekretaris memang membuat Em terbiasa pulang malam. Ini masih jam setengah 9, Em bahkan sudah biasa pulang hingga jam 1 atau jam 2. Apalagi menjadi sekretaris komisaris, pekerjaannya sebelum disini. Kalau sedang dikejar deadline peluncuran film, dia bahkan bisa pulang jam setengah 3, dan harus sudah di kantor lagi besok pagi jam setengah 8, menyiapkan rapat dan segala macamnya. Belum kalau dia harus kesana kemari mengurus surat dan lain-lain. Dan selama ini dia menikmatinya, termasuk pulang malam. Itu bukan masalah.
Tapi dia merasa dikerjain.
Another deep sigh.
Bella tidak masuk hari ini, sakit. Dia tidak enak menghubungi temannya itu, dan tadi dia juga terlambat datang karena ijin ke dokter gigi di pagi hari. Jadi dia merasa wajar juga pulang lebih lama, karena toh dia juga berada di kantor setelah jam makan siang.
Tapi dia masih merasa dikerjai.
Em menggeleng kepalanya pelan. Sejak dulu Mamak bilang kepadanya agar tidak mengeluh. Agar mengerjakan semuanya dengan hati yang riang, dan tanpa perhitungan. Lagipula, kalau dia kesal, justru itu akan menjadi beban. Maka Em mengambil earphone dan memasang musik dari ponselnya, menggerak-gerakkan badannya ke kiri dan ke kanan untuk melemaskan ototnya, lalu kembali melanjutkan mengetik.
= DARK TIMES=
Setengah 11, Em mulai merasa pegal. Dia sudah duduk terlalu lama, tapi anehnya pekerjaannya belum beres juga. Em memutuskan untuk mengganti pekerjaan. Dia tadi sudah men-scan beberapa lembar berkas, untuk kemudian di-convert menjadi word dari pdf. Rasanya kalau benar-benar harus mengetik ulang kumpulan berkas berpuluh-puluh halaman ini, dia bisa tidak selesai sampai besok pagi.
Meskipun sampai sekarang juga masih belum selesai.
Em melepaskan earphone dari telinganya, menutup aplikasi musik di ponselnya, dan berjalan keluar ruangan sekretaris. Dia perlu berdiri dan berjalan-jalan, jadi dia memutuskan untuk mem-print berkas-berkas yang diminta Nanda, dan sementara mesin mencetak ratusan lembar berkas itu, dia bisa berjalan-jalan sebentar untuk melemaskan otot tubuhnya yang rasanya sudah kaku karena duduk berjam-jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Times (Adult Content) [Available On Google Books]
RomanceFINISHED - unpublish sebagian - . Jere, 30 tahun, senior associate di sebuah firma hukum ternama; tampan, mapan, dan harusnya sudah bertunangan, kalau saja pacar (dan adiknya) yang sudah tinggal bersamanya (dan dibiayainya) tidak tiba-tiba hilang b...