Pasal XXVIII

59K 4.2K 174
                                    

Recitals:

---


"Semua orang kayaknya sibuk banget di meja masing-masing. Gapapa ya kabur kesini?"

"Ya gapapa sih Bang, silahkan aja,"

"Ya, jadi, masih belum menjawab tadi. Nama lengkap masak cuma Emia? Ga ada nama belakang? Nama keluarga? Nama suami? Apa gitu?"

Em diam saja, tetapi menoleh dari layar di depannya. Dia tidak merasa terganggu sih, tapi ya, sebenarnya tidak terlalu ingin mengobrol juga.

Sejak pertanyaan 'nama satu huruf' tadi, Em langsung ingat orang lain yang juga dulu, dulu sekali, pernah bertanya hal yang sama. Dan dia jadi kepikiran setelahnya.

Kepikiran orang itu sedang apa sekarang.

Oh no Em, please no.

"Oke, dari gue deh. Nama gue Joseph Brahmana. Tapi, jangan pikir itu ada hubungannya sama tingkatan kasta ya, soalnya-"

"Orang Karo?"

Em tahu sih, tidak sopan memotong orang yang sedang berbicara, tapi well, dia tidak bisa menahan dirinya.

"Kok tahu? Biasanyaa, yang denger nama gue cuma mikir gue ada hubungan sama tingkatan kasta Hindu, atau pokoknya berkaitan dengan itu. Yaaa, kecuali, yang bisa nebak bener sih biasanya,... orang Karo juga?" Joseph mengakhiri kalimatnya dengan nada bertanya yang tidak terlalu jelas. Meski begitu, Em mengangguk.

"Emia Sinuraya," katanya kemudian, dan sekarang sudah melupakan komputer yang sebenarnya tidak terlalu penting juga.

"No way! Sinuraya? Karo-karo kan itu?" tanyanya, dan Em mengangguk.

"Nyokap gue juga Karo-karo. Sitepu sih, tapi ya... wait a minute, kalo gitu, kayaknya kita impal deh Em," katanya, dan Em menaikkan alisnya.

:"Yakin amat?" tanyanya sambil tersenyum, sementara Joseph juga tersenyum.

"Iya, well, gatau juga sih, gue gak gede di Medan," katanya kemudian.

"18 tahun tinggal di Medan, tapi ga paham-paham amat juga sih sama begituan," Em mengangkat bahu kecil.

"Lah ya lo mending 18 tahun. Gue di Medan cuma sampe kelas 4 SD. Tapi, setau gue, impal itu artinya bisa nikah, yakan?"

Em bahkan sedikit melongo, sementara Joseph menaik-naikkan alisnya, dan kemudian tersenyum jahil. Em sadar dia sedang digodain.

"Astaga! Apaan sih?"

"Hahaha, ya masak lo polos banget sih? Emang umur lo berapa?"

"Eeeng, 26 sih," kata Em, sambil sedikit cemberut.

"Gue 29. Yaaah, beda 3 tahun kayaknya masih normal banget lah ya jadi suami-istri," sekali lagi Joseph menaik-naikkan alisnya, dan Em tertawa sekarang.

"Luar biasa Bapak Joseph, Anda belum ada sejam di kantor ini, dan sudah berani-beraninya menggoda karyawan lain?"

"Ya gapapa lah, lo belom nikah ini kan? Gue sih ga ngeliat cincin sama sekali. Eh ya kecuali lo udah punya pacar atau lagi deket sama orang sih," kata Yefta, sementara Em menyandarkan tubuhnya ke kursi di belakangnya.

Deket sama siapa?

= DARK TIMES =

Dan sampai setengah jam kemudian, pria itu masih di depan mejanya.

"Eh, manggilnya gausah Joseph Joseph amat, Bang Josh aja. Etapi Josh nya pake 'h' ya, josh, dan bukan asik-asik joss yang kayak di TV"

Em bahkan mengerutkan kening ketika pria itu membuat gerakan tangan seperti joget yang banyak di TV. Dia tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.

Dark Times (Adult Content) [Available On Google Books] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang