Pengakuan Cinta

173 26 33
                                    

Pagi ini Nagita terbangun dengan sangat bahagia. Semalam dia bermimpi menikah dengan Egi. Lelakinya terlihat sangat tampan dengan balutan tuksedo hitam. Ucapan ijab kabul itu terasa begitu nyata, membuat pipinya merona hanya dengan mengingatnya.

Tokk ... tokk ...

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Nagita.

"Gi, tolongin mama beli sayur dan lauk lainnya untuk stok bahan masak besok. Sekalian kasih jus di botol biru yang mama taruh di atas meja depan buat Egi, yah! Jam segini dia pasti masih lari pagi di danau. Mama mau pergi dulu sama ibu Rita," pamit Mama setelah Nagita membuka pintu kamarnya.

Nagita mencium tangan Mamanya. "Iya, Ma. Hati-hati di jalan."

Nagita bersiap mengenakan pakaian jogging ingin menyusul Egi ke danau terlebih dahulu. Setelah itu baru belanja di pasar bersih yang ada di bagian belakang perumahannya.

Duta Harapan memang bukan termasuk kawasan perumahan elite tapi danau di sana memang terkenal sebagai salah satu tempat nongkrong yang asyik di pagi ataupun sore hari.

Di sini pengunjung dapat menikmati udara yang sangat sejuk karena di pinggir danau ditumbuhi oleh pepohonan yang rimbun, sehingga sekeliling danau tersebut cocok untuk dijadikan tempat jogging atau bersepeda. Selain itu, ada juga beberapa pedagang kaki lima yang menjajakan beraneka macam makanan, minuman, dan dagangan lainnya untuk menemani para pengunjung menikmati suasana danau.

Danau merupakan tempat favorit Nagita untuk menghilangkan penat atau sekadar menenangkan pikiran. Dan kini Nagita berharap danau tersebut bisa menjadi saksi kisah indah cintanya.

***

Nagita berjalan menghampiri Egi yang sedang asyik bersenda gurau dengan seorang anak perempuan yang tak dikenalnya. Egi memang mempunyai sifat penyayang apalagi terhadap anak kecil. Nagita ingat, Egi pernah berkata setelah dewasa dan menikah nanti, ia ingin memiliki anak yang banyak agar rumahnya terasa lebih hidup dan berwarna. Lelaki itu pun ingin anak-anaknya tidak merasakan kesepian seperti yang dialaminya sebagai anak tunggal. 

Nagita hanya tertawa mendengarnya, ia memang setuju dengan alasan kesepian itu. Tapi, memangnya melahirkan itu mudah? Ia yang menonton video melahirkan baik secara normal ataupun caesar melalui postingan salah seorang temannya saja sudah merinding. Apalagi membayangkan dirinya melahirkan anak sebanyak itu.

Mendengar tawa canda Egi dari kejauhan, membuat Nagita semakin terpesona kepadanya. Setiap hari, cintanya semakin tumbuh dan membuncah di dada. Ingin rasanya saat ini juga Nagita berlari dan memeluknya.

"Egi ... siapa gadis kecil yang kecantikannya membuat aku iri ini?" ujar Nagita menepuk punggung Egi lalu mengusap rambut anak perempuan tersebut.

"Eh, Gigi ... ada apa kemari?" Egi tampak terkejut, namun hanya untuk beberapa detik, "oooo ... ini namanya Alisya. Tadi pas lagi asyik jogging, aku liat dia jatuh. ," ucap Egi ketus.

Lalu Egi menggendong anak perempuan itu. "Nah ... gadis cantik. Sekarang om anterin ke tempat orangtua kamu, ya. Di mana mereka?"

"Di sebelah sana, Om." Alisya berkata sambil menunjukkan jari mungilnya ke arah kedai bubur.

"Oke, Cantik. Om pangeran tampan ini akan mengantarkan sang putri kecil kepada sang raja dan ratu, kalau putri kecil cantik ini memberikan senyum indahnya terlebih dahulu." Egi asyik menghibur dan menggoda Alisya, mengacuhkan Nagita yang berada di belakangnya.

"Egi, aku ikut." Nagita berlari kecil mengejar mereka tergesa-gesa tanpa memperhatikan jalan.

Buuggg!!

My Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang