Pertemuan tidak disengaja

65 2 2
                                    


Sudah seminggu lebih, Nagita sengaja menghindari Egi. Ia belum siap mendengar kata-kata pembelaan Egi tentang Lena. Nagita butuh refreshing untuk meningkatkan mood-nya. Kebetulan hari ini weekend dan ia sudah ada janji COD dengan salah satu customer online shop-nya di daerah Jatiasih. Nagita enggan pergi seorang diri. Selain butuh refreshing, ia juga butuh teman curhat. Biasanya mama Rosi yang menjadi teman curhat terbaiknya. Kali ini Nagita tak merasa seperti itu. Mama malah membuatnya semakin kesal karena menyuruh Nagita untuk meminta maaf kepada Egi karena sudah membuat onar di depan bos-nya.

"Gi, kamu kenapa sih jadi keras kepala seperti ini? Apa susahnya meminta maaf? Jelas-jelas semua itu kesalahanmu. Mama nggak suka dengan sikap kamu seperti ini. Masalah tidak akan selesai dengan  menghindar."

"Gigi nggak salah, Ma. Kenapa sih mama nggak percaya sama aku? Aku lelah berdebat terus tentang masalah ini."

Dddrrtt ...

Getar ponsel menyadarkannya dari lamunan. Balasan Whatsapp dari Luna.

"Ada apa, Gi?"

"Lun, libur, 'kan? Temenin COD ke daerah Jatiasih, yuk! Ntar malam aku traktir nonton film horor kesukaan kita deh. Please!!!"

"Oke ... jam berapa? Aku siap-siap dulu. Kebetulan jadwal lagi kosong."

"COD-nya pas jam makan siang, sekitar jam dua belas. Kamu jemput aku jam sepuluh yah, takut macet."

"Sip, nanti aku kabarin kalau udah otw ke sana."

"Siap, Luna."

Nagita lalu bersiap-siap setelah membalas chat Luna tersebut.

"Ma, aku pamit, ya! Ada janji COD sama customer sekalian jalan-jalan sama Luna. Kemungkinan pulangnya sekitar jam sepuluh malam. Boleh 'kan, Ma?" Nagita menghampiri dan meminta izin mama Rosi yang sedang menonton TV di ruang tengah.

"Boleh, Sayang. Tapi janji jangan pulang lebih dari jam sepuluh malam. Mama minta maaf kalau kata-kata mama kemarin nyakitin hati Gigi. Kamu harus tahu kalau mama cuma mau yang terbaik untuk Gigi. Gigi satu-satunya harta paling berharga yang diberikan Tuhan untuk mama," ujar mama Rosi seraya merangkul erat Nagita. Mereka berdua larut dalam kehangatan pelukan. Tak terasa air mata sudah menghiasi kedua pipi mereka.

"Gigi juga minta maaf. Gigi sayang sama mama."

"Iya, mama juga sayang Gigi. Sudah sana cepat berangkat. Nanti kesiangan. Mau mama antar ke depan nggak?" tanya mama Rosi sambil melepas pelukan mereka dan menghapus air mata yang masih tersisa di pipi Nagita.

"Nggak usah, Ma. Luna sudah di depan rumah. Gigi langsung jalan aja. Takut kena macet. Mama hati-hati di rumah." Nagita berpamitan, mencium tangan dan kening mama Rosi.

Nagita pergi dengan hati berbunga karena sudah berbaikan dengan mamanya. Setidaknya salah satu masalah yang mengganggu pikirannya sudah terselesaikan.

***

Jalanan Bekasi sama saja macetnya dengan ibukota Jakarta. Apalagi weekend di tanggal muda seperti ini, macet lebih parah. Luna berkali-kali menggerutu. Ia tak tahan dengan cuaca panas serta jalanan yang macet. Nagita hanya bisa membantu menenangkan emosi Luna dengan mengipasinya menggunakan kipas tangan souvenir milik mama Rosi yang tertinggal di tas ranselnya. Berulang kali Nagita mengucapkan mantra saktinya "Sabar, Lun".

"Lun, itu resto-nya sudah terlihat. Yang warna putih di sebelah kiri jalan!"

Luna pun menepi lalu memarkirkan motor Scoopy coklat kesayangannya di depan sebuah bangunan bertuliskan nama "Huk Resto Garden". Resto yang berada di jalan Parpostel Raya Jatiasih ini cukup menarik, terlihat classic dengan warna cat serba putih.

My Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang