Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada shifu. Di tengah kesibukan yang sangat padat beliau masih mau menyempatkan diri untuk mengoreksi cerita ini.
Dan juga untuk para penulis yang ada di Ajang Penulis Kreatif; Tiramisu, Arungi Samudera, Red Velvet, Ink, Saleable, Vermouth, Green Love, Mochisa, EineKleine, Mungil Unyil. Terima kasih karena sudah saling mendukung selama ini, semoga tetap kompak selamanya.
Dan untuk kalian yang meluangkan waktunya membaca cerita ini, terima kasih. Kiss jauh dari Mimin Seksi.
Happy Reading
***Seorang wanita cantik yang berbalut busana kantor berwarna peach terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir di depan restoran miliknya. Sesekali ia melirik jam di pergelangan tangan mungilnya. Seharusnya orang yang ditunggunya sudah datang lima belas menit lalu. Ia sudah tak sabar untuk bertemu. Bahkan janji meeting dengan salah satu kliennya terpaksa dibatalkan karena ia ingin segera berbicara empat mata dengan orang yang ditunggunya itu.
Tak lama dari kejauhan terdengar suara deru motor yang sangat familiar di telinganya. Seorang lelaki tinggi, berkulit putih mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan celana jeans berwarna senada, dan sepatu formal berwarna hitam, turun menghampirinya.
"Loh, Sayang ... katanya mau dijemput di rumah, tapi kenapa tiba-tiba aku diminta langsung ke restoran? Meeting-nya batal?" tanya Egi, lelaki yang ditunggunya sedari tadi.
"Enggak usah pura-pura. Ayo, cepat masuk." Sang wanita melenggangkan kaki indahnya itu meninggalkan Egi terlebih dahulu menuju ruang kerjanya di restoran tersebut.
"Katakan! Siapa wanita yang bersamamu tadi pagi? Senang yah, jogging ditemani wanita. Cantik? Hmm ... tapi sudah pasti lebih cantik aku. Masih ingat 'kan komitmen kita? Tak menolerir adanya kebohongan dan perselingkuhan!" cecar wanita cantik itu tanpa ampun meluapkan amarah yang dipendamnya sejak tadi begitu sampai di ruangan kerjanya.
"Lena sayang, aku selalu ingat komitmen kita. Dia itu Nagita, sahabat yang sudah kuanggap sebagai adik sendiri. Aku 'kan sering bercerita tentang dia ke kamu." Egi menghampiri Lena dan membalikkan punggung Lena yang sejak tadi membelakanginya.
"Kok bisa yah seorang 'ADIK' menyatakan cinta kepada kakaknya? Dia berani berbuat seperti itu sudah pasti kamu yang terlebih dahulu menggodanya. Ternyata kamu sama saja dengan lelaki lainnya, suka obral janji dan gombal sana-sini," gerutu Lena dengan muka masih memberengut. Dia masih sangat kesal.
Egi tersenyum melihat kecemburuan kekasihnya. Bibir Lena yang mengerucut, dahinya yang berkerut, dan pipinya yang terlihat lebih tembem itu membuatnya justru terlihat lucu dan menarik untuk Egi.
"Hehehehe ... Lena sayang, kamu makin cantik deh kalau cemburu seperti itu," kekeh Egi.
"Duduk yuk, Sayang. Aku jelasin semuanya. Tapi sebelumnya kamu harus senyum dulu! Karena senyummu menambah cita rasa dalam masakanku." Egi menggoda Lena, meraih tangannya dan menuntunnya 'tuk duduk di sampingnya.
Egi menjelaskan semua yang ingin diketahui Lena secara detil tentang kejadian tadi termasuk masalah perjodohan. Mendengar kata perjodohan dan jawaban Egi yang hanya mengatakan belum siap, malah semakin membuat Lena geram.
"Apa maksud kamu dengan kata 'belum' tersebut? Berarti ada kemungkinan kamu mau menerima perjodohan bodoh itu?" Lena kembali berdiri membelakangi Egi dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Sabar, Sayang. Tolong coba pahami situasi aku saat ini. Perjodohan itu bukan sekadar hal bodoh seperti yang kamu ucapkan. Namun merupakan sebuah amanah dan janji kedua ayah kami. Apalagi kini Papa Rendy telah tiada, sulit bagiku menolaknya saat ini. Aku menyayangi dan menghormati kedua orangtua Nagita layaknya orangtuaku sendiri," jelas Egi dengan sabar kepada Lena.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dream Wedding
RomanceMemendam cinta masa kecil dan berharap bersatu dalam ikatan pernikahan merupakan impian terindah Nagita. Di saat pintu perjodohan telah terbuka lebar dan bayang2 kebahagiaan telah terpampang di pelupuk mata, Nagita harus menelan pil pahit. Kehadir...