Muslihat Lena

57 9 5
                                    

"Happy 10th Anniversary tuan dan nyonya Smith. Semoga harmonis selalu biduk rumah tangga kalian dan cepat dianugerahi buah hati." Egi mengucapkan selamat setelah selesai menghidangkan main course pesanan mereka. "Maafkan saya baru menyapa kalian. Hmm, ini ada sedikit hadiah kecil untuk nyonya Veline Smith," ucap Egi seraya menyerahkan sebuket bunga mawar putih.

"Thank You, chef Egi. Saya suka sekali dengan masakan dan pelayanan di restoran ini."

Setelah bercengkrama dan bersenda gurau sebentar dengan tuan dan nyonya Smith, Egi meninggalkan mereka menuju dapur untuk menyiapkan hidangan dessert. Ketika hendak membuka pintu dapur, sang asisten Dicky memanggilnya.

"Chef, dipanggil bos besar di ruangannya. Biar aku yang menyiapkan dessert."

"Baiklah. Ikuti semua prosedur yang aku instruksikan yah. Aku tidak ingin ada kesalahan. Terimakasih, Dick," ucap Egi tulus.

"Sip, Chef. Sejauh ini dari awal semua berjalan lancar, sesuai rencana. Tamu kita juga puas dengan dekorasi dan menu yang sudah dihidangkan. Cuma ... Big Boss saja yang marah-marah terus dan bertanya kapan Chef tiba. Nggak biasanya kayak gini. Padahal nggak ada kesalahan apa pun dari kita. Makanya temui saja dulu Big Boss, Chef."

Egi hanya tersenyum simpul. Memang benar, cemburu terkadang membuat seseorang melupakan attitude.

Tok ... tok ... tok ...

"Masuk!!!"

"Ibu Lena memanggil saya? Ada apa yah?"

"Kamu masih bertanya apa kesalahanmu? Ini surat peringatan pertama kamu, atas tindakan tidak profesional itu."

"Saya minta maaf atas keterlambatan saya, tapi saya merasa tidak melakukan kesalahan fatal. Bukankah ibu Lena tahu, saya sudah mempersiapkan semuanya dari beberapa hari yang lalu. Bahkan satu hari sebelumnya, kita mengeceknya bersamaan. Meski saya telat hadir, tapi semua berjalan sesuai rencana. Klien kita pun sejauh ini merasa puas. Saya rasa surat peringatan seperti ini tidak diperlukan," geram Egi.

"Diam, Chef Egi. Lebih baik Anda keluar. Ingat, di sini saya adalah atasan Anda."

Egi mengepalkan tangan, lalu bangkit melangkah ke luar ruangan. Ia tak mengerti, mengapa hal sepele seperti itu bisa menjadi rumit? Dia terima kalau mendapat teguran. Tapi tidak dengan surat peringatan.
Dasar wanita, selalu melebih-lebihkan masalah.

***

Setelah kepergian tuan dan nyonya Smith, semua staff kembali beraktivitas menyelesaikan tugas masing-masing agar bisa segera pulang. Sebab hari ini restoran mereka dikhususkan untuk reservasi tuan dan nyonya Smith.

"Len, tunggu sebentar. Aku mau bicara sama kamu." Egi menarik tangan Lena ketika hendak membuka pintu mobil. "Aku mengerti, kamu sebenarnya cemburu 'kan karena aku lebih memilih mengurus Nagita dibanding menjemput kamu?"

"Itu kamu tahu?! Kok masih bertanya? Siapa sih yang nggak marah kalau pacarnya lebih memperhatikan perempuan lain?"

"Tolong jangan sebut Nagita sebagai perempuan lain, Len! Dia itu sahabat aku, siapa pun di posisi aku pasti akan melakukan hal yang sama. Tolong kamu pikir dengan kepala dingin. Aku akan jelaskan semua yang kamu mau tahu. Kasih aku waktu untuk menjelaskannya."

"Baiklah, lima menit! Aku ada janji sama teman lama. Di dalam mobil saja kita bicaranya."

Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil Mercedes Benz C200 Avantgrade putih milik Lena.

My Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang