Page 12

427 44 0
                                    

Nama : Eza
Umur : 24 Tahun
Status: Single

Dadaku terasa sesak, sangat sulit untuk bernafas. Kepaku juga terasa berat dan pusing. Aku merasa seperti tidak sadarkan diri, tetapi kenapa aku masih bisa berfikir? Apa ini hanya mimpi.

Pegal di seluruh tubuhku memaksa mataku untuk terbuka. Perlahan seluruh indra di tubuhku mulai berfungsi, dan perasaan ini seperti yang kukenal sebelumnya. Sangat tidak asing. Bau darah ini dan juga udara yang lembab, bahkan auranya sama persis.

“Hah..!!!”

Sudah kuduga, aku terbangun di ruang kelas sekolah detektif. Benar, terakhir kali aku bersama Adi dan Nana di kamar hotel yang kusewa. Dan… kami diserang dengan gas tidur, ternyata aku dibawa ke sekolah ini lagi, tapi kenapa?

Aku sedang dalam posisi duduk di kursi tepat dimana aku duduk beberapa tahun yang lalu di sekolah ini. Kenapa seperti ada sesuatu di pahaku?

“Om…”

“Hah..?” Aku terkejut saat melihat kebawah “Nana, apa yang kau lakukan?”

“Nunggu om bangun.”

“Tunggu, Nana juga dibawa ke sini? Dimana Adi?”

“Mungkin ada di aula om, soalnya pas Nana bangun ada banyak orang, terus ada pengumuman yang nyuruh ke aula.”

“Kenapa bangunan sekolah ini terasa aneh ya?” Pandanganku menyusuri seluruh ruang kelas. Memang terasa sangat janggal, kenapa semua jendela yang ada dilapisi dengan besi tebal? Apa gunanya?

“om, di sini gak ada pintu keluarnya!” Ucap anak itu polos.

“Kalo gitu ayo kita ke aula, kita cari penjelasan.” Kami melesat ke aula. Jalan yang kami lalui benar-benar sama seperti sekolah detektif dulu, tapi entah kenapa aku merasa sangat janggal. Bangunan ini seperti yang kukenal dulu, tapi aku merasa asing dengan bangunan ini.

Di perjalanan ke aula aku menemukan banyak sekali ruangan yang disegel dengan pintu besi, itu pasti memiliki tujuan tertentu. Dan yang sangat menggangguku adalah sebuah anak tangga yang menuju ke lantai atas. Setahuku sekolah detektif ini hanya memiliki satu tingkat, tidak kurang tidak lebih.

Aku semakin dikejutkan setelah sampai di Aula. Perkiraanku sebelumnya orang bersenjata yang melumpukan kami tadi akan mengumpulkan kami semua, para alumni kembali ke sekolahan ini. Ternyata tidak, yang berkumpul di sini adalah para detektif dan penjahat terkenal di kota Saracaz.

Puk… “Hayo, ngapain bengong gitu?”

“Adi?” Adi menyadarkanku. “Lo gak kaget apa?”

“Kaget lah, tapi gak sampai bengong kayak lo gitu!!” Sindirnya. “Lo dah nyadarkan kalau banyak penjahat sama detektif terkenal ada di sini?”

“Yup, mungkin inilah penyebab kenapa kota terasa sepi.”

“Bukan itu aja bro, lo pasti sadar kan tentang bangunan ini?”

“Pasti, ini hanya replica dari sekolah kita!! Dan entah kenapa gue merasa kita bakal bekerja sama kembali.”

“Gue juga ngerasa gitu hahahaha…. Kangen rasanya!!” Adi tertawa sambil memegang pundakku.

Saat kami sedang fokus bicara seseorang mengejutkanku. “Hay detektif hitam, lama gak ketemu. Gimana sudah menemukan sesuatu dibalik kejanggalan ini?” orang itu merangkul leherku.

“Sayangnya belum.” Jawabku santai sambil menyingkirkan tangannya. “Dan, gimana kabarnya dokter tulang ini? Dapat temuan baru?”

Orang dengan postur tinggi dan berotot ini adalah satu dari sedikit psikopat yang masih berkeliaran, seperti Adi, statusnya di kota ini juga patut diperhitungkan. Dia dikenal sebagai dokter tulang, mungkin ini aneh, tapi setiap korbannya yang kami temukan sudah tak bertulang.

TERORIS 7 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang