Page 17

361 40 0
                                    

Nama : Eza
Umur : 24 tahun
Status: single

Kulihat Alcander berlari menuju lorong di mana tangga menuju lantai dua berada. Aku menyengir, ada sesuatu yang perlu kupastikan sebelum memulai penyelidikan lebih lanjut. Mungkin memang belum pasti, tapi apa salahnya dicoba?

“Kim!!” panggilku, kim segera berlari mendekat, “Siapa yang menemukan mayat Nisa pertama kali?”

“Ya jelas Alcander, ada apa?”

“Sepertinya orang itu memang rajin ya?”

“Benar, kau tau anak muda. Dia adalah orang yang dipercaya memegang kunci kantor di markas utama kepolisian Saracaz.”

“Apa dia memiliki kelebihan lain?”

“Banyak, contohnya dia memiliki kemampuan mendeteksi kebohongan melalui raut wajahnya, dia juga memiliki daya pikir yang baik.” Penjelasan yang cukup dari Kim.

“Terimakasih Kim. Semoga kita bisa menyusul dia…”

“Kelak kau akan sehebat dia detektif hitam.” Segera setelah berkata Kim pergi menemui para penjahat yang sudah termakan hawa nafsu, mengajak mereka pergi berolahraga.

Aku memang sehebat dia, pikirku.

Nah, ada beberapa kejanggalan di sini. Mayat sahabatku ini masih terasa hangat, kulirik jam tanganku, menunjukan pukul setengah delapan. Ini baru satu jam sejak aku dibagunkan Didi dan Hata. Tidak ada kemampuan apapun dari alat yang minim di bangunan ini yang bisa menjaga mayat tetap hangat selama lebih dari enam jam.

Yang berarti Nisa dibunuh antara jam empat sampai jam enam. Tanda-tanda yang ada di tubuh Nisa tidak bisa dipastikan secara langsung, apalagi tidak ada tanda kekerasan apapun di tubuhnya.

Pembunuhan yang seperti ini hanya bisa diselidiki dengan menggunakan bukti eksternal yang ada, mengingat bangunan ini belum membukakan ruangan untuk laboratorim dan tatapan mengerikan dari para penjahat yang ada.

Aku berjalan ke kamar Didi, kudapati rekan-rekanku yang lain sedang bersedih. Kulemparkan pandangan satu persatu kearah mereka, wajah-wajah itu benar-benar menunjukan kesedihan mendalam. Wajar saja, dalam waktu kurang dari satu bulan ini sudah dua anggota kami yang bersedih, aku sendiri hampir terkena mental breakdown.

“Komandan, aku mau mengurus teman-temanku. Kau cari buktinya ya!!” teriakku dengan kencang sebelum memasuki kamar Didi.

“Oke!!” terdengar balasan dari lantai dua, suara Alcander terdengar bahagia.

Aku memasuki kamar Didi, duduk tepat di sebelah Didi yang sedang terisak pelan. Rusnade merangkulku, dia menatap dengan mata penuh penyesalan. “Kalau saja gue gak termakan emosi pasti Nisa dan Zaza masih berada di sini bersama kita.”

Aku memandang sekeliling, aku baru mendapat cara membuat mereka bangkit kembali. “Ya ampun, T7 drop gara-gara hal seperti ini? Gue yakin Nisa lagi teriak-teriak di alam sana, dia minta kita menemukan pembunuhnya.”

“Caranya Za? Kasus ini benar-benar sulit!!” Keluh Hata.

Aku menyengir sambil tertawa kecil. “Btw, gue udah menduga-duga siapa pembunuhnya. Tapi gue perlu bukti dan rencana, rencana yang gak akan bisa gue lakuin kembali. Mau ikutan?”

Keempat rekan-rekanku itu menatapku, mereka terdiam sejenak, kubiarkan agar mereka berfikir.

“Ikut, demi Nisa!!” Hata bangkit.

Didi yang berada di sebelahku menghapus air matanya. “Gue pengen hajar tuh manusia sialan yang tega bunuh Nisa.”

“Gue mau bikin Nisa tenang di sana.” Ucap Zahra sambil tersenyum.

TERORIS 7 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang