Kebahagian Anasztazia

41.2K 2.2K 13
                                    

Aku kembali ke rumah sakit setelah berbicara dengan Bima. Sebenarnya aku merasa terlalu mudah untùk memaafkannya dengan mudah. Harusnya aku membuat dia berkorban seperti lari dari rumah menuju rumah sakit sambil menggendongku, atau tidak bekerja lalu menemaniku dirumah mengganti waktu 3 bulan kemarin.

Sesampainya aku di depan ruangan mama, aku mendengar suara tertawa. Siapa yang tertawa? lalu aku membuka pintu kamar dan mama sudah sadar. Pandangannya menujuku dan mama sudah siap menangis. Aku berlari kecil menghampiri mama dan memeluknya. Aku merindukan mama, meskipun sudah menikah mama tetaplah mama tidak ada yang bisa menggantikannya.

"Maafin anasz ma"

"Maaf mama selalu terbuka untukmu, jangan pernah pergi lagi. Kami disini ada untukmu.."

Aku mengangguk, aku sudah berjanji dengan diriku sendiri. Aku tidak akan pergi ketika masalah datang, aku harus menyelesaikan. Setidaknya aku belajar dari masalah lalu yang tidak berjalan lancar ketika aku kabur.

"Kamu baikan sama Bima nasz?" tanya papa

"Iya pa aku maafin dia."

"Papa tau itu bakal terjadi. Biar gimanapun dia suami kamu, kamu ga boleh tinggalin dia begitu aja. Mau sesalah apapun suami kamu. Pernikahan kan justru menyatukan 2 kepala. Kalau kamu berpikir hanya dengan kepalamu saja, apa gunanya kepala Bima?"

"Iyaa, aku minta maaf sama kalian jugaa. Aku pergi gitu aja."

"Lagian papa percaya sama menantu papa, masa istrinya sendiri ga percaya."

Aku bahagia dengan keadaanku yang seperti ini. Keluargaku utuh dan semua kesalahpahaman ku dengan Bima sudah selesai.

***
Sudah 2 minggu aku kembali pada Bima. Aku tidak melakukan aktivitas apa-apa. Tidak bekerja hanya dirumah. Tapi sekarang aku tidak tinggal dirumah itu. Aku sudah menyuruh Bima menjualnya.

Kini kami tinggal di apartemen kembali. Bima sudah kembali sibuk sedangkan aku selama 2 minggu aku selalu pergi ke rumah orangtuaku dan pulang ketika Bima pulang kantor.

Hubunganku dengan Bima juga sudah sangat banyak kemajuan, aku merasakan seperti istri seutuhnya karna tidak lagi berpikiran tentang hutang. Bima pun memperlakukan aku dengan sangat baik. Ia selalu bercerita jika terjadi sesuatu.

Saat mendengar pintu apartemen terbuka aku langsung menyambut orang itu, Bima. Dengan baju sedikit di gulung lengannya, kancing yang terbuka 1 dan jas yang di pegangnya. Ia begitu seksi.

"Capek?" tanyaku sambil mengambil jasnya.

"Lumayan" ia menghampiriku dan memelukku.

"Mandi gih, aku udah masak buat kamu." Ia hanya mengangguk dan tidak lama ia keluar dengan baju tidurnya.

Kami menghabiskan waktu makan malam sambil bercerita, aku tau memang tidak baik makan sambil berbicara tapi kami sangat suka melakukan itu.

***

Aku sudah memiliki hobby baru, mencoba berbagai resep kue dan pudding. Aku sebenarnya pernah belajar membuat kue saat di NYC, tapi hasilnya tidak bisa di bilang enak banget atau ga enak. Standard aja, lalu sekarang aku mulai membuatnya lagi. Toh aku masih belum bekerja lagi. Mencoba membuat kue dan pudding dan membiarkan Bima mencobanya. Ia tidak pernah mengeluh tidak enak, selalu bilang enak. Tidak pernah mengkritik.

Sekarang aku sedang membuat pudding, dan Bima baru saja masuk ke dalam apartemen. Aku sampai tidak tau waktu jika sekarang sudah waktunya Bima pulang kerja.

"Sudah pulang?" kataku sambil mengaduk fla yang akan ku tuang di pudding.

"udah" aku merasakan sebuah tangan yang melingkar di perut ku dan hembusan napas di telinga dan leherku.

Every New Step to Make a New JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang