Semua murid dihebohkan dengan berita akan datangnya dua murid baru. Dua murid yang akan menempati kelas XI-MIPA. Mereka bergosip apakah dua murid baru itu cantik atau tampan.
Para murid laki-laki berharap dua murid baru itu adalah perempuan, sedangkan para perempuan ingin sebaliknya.
"Aku berharap, aku cepat menyelesaikan tugas ini," ucapnya pelan sembari melangkah menuju ruang kepala sekolah.
Saat sampai di sana, ia mengetuk pintu dan disambut oleh ibu kepala sekolah. Di sana ada murid baru yang lainnya. Ia tidak peduli dengannya.
"Karena di sekolah ini hanya ada kursi kosong di kelas XI MIPA 1, maka kalian berdua akan Ibu tempatkan di sana. Mari ikut Ibu." Ibu kepala sekolah keluar ruangan dan berjalan menuju kelas XI MIPA 1 yang berada di lantai dua.
Sekolah ini sangat besar. Sekolah elit khusus anak-anak dari orangtua yang kaya. Gedung sekolah ini bertingkat lima. Dengan difasilitasi lift, para siswa tidak akan kelelahan saat ingin ke lantai yang dituju.
Gedung sekolah ini lebih mirip dengan gedung perkantoran. Hanya saja dinding gedung ini tidak dibuat dengan kaca.
Akhirnya mereka sampai di kelas XI MIPA 1. Karena jam pelajaran telah dimulai sedari tadi, ibu kepala sekolah mengetuk pintu kelas dan membukanya. Ia berbicara sebentar dengan guru yang ada di sana. Lalu dengan terburu-buru ia keluar.
"Ini kelas kalian. Ibu Dewi akan membimbing kalian di kelas ini. Ia wali kelas kalian. Maaf Ibu harus pergi sekarang. Ada rapat yang akan segera dimulai," ucap ibu kepala sekolah, lalu dengan tergesa-gesa ia meninggalkan mereka.
Ibu Dewi keluar kelas dan tersenyum melihat kedua murid baru yang akan dia didik di kelas ini.
"Ayo anak-anak mari masuk di kelas baru kalian." Ibu Dewi mempersilahkan mereka masuk.
Saat masuk ke dalam, suara bisik-bisik terdengar.
"Wow ternyata dua murid itu perempuan dan laki-laki."
"Yang laki-laki sangat tampan."
"Perempuan itu manis sekali. Cantik pula."
Ibu Dewi berbicara membuat para murid terdiam.
"Ini teman-teman baru kalian. Ibu harap kalian dapat membimbing mereka. Berteman baiklah dengan mereka. Kamu yang laki-laki mulailah memperkenalkan diri terlebih dahulu." Murid laki-laki itu mengangguk.
"Nama saya Alexander Deshion Horan. Panggil saya Alex saja,” ucapnya dengan lantang. Ia menatap satu persatu para mata yang sedang menatapnya.
Baru saja para murid bisa didiamkan oleh ibu Dewi, kini mereka mulai berbisik-bisik lagi.
"Namanya seperti orang barat."
"Astaga! Mimpi apa aku semalam bisa kedatangan teman yang super tampan ini."
Ibu Dewi berbicara, "Bisakah kalian diam?" Mendengar hal itu, para murid langsung terdiam.
"Sekarang giliran kamu, Nak," katanya sembari menoleh ke gadis itu.
"Nama saya Vanya Grisillia,” ucapnya dengan tenang. Senyum manis tak lupa ia tampakkan.
"Oke, terima kasih. Kalian boleh duduk di sana,” ucap ibu Dewi sembari menunjuk dua bangku kosong dibelakang sana.
"Oke. Bagus sekali tempatnya, sudah dibelakang, di paling pojok pula." Vanya mendengus dan bergumam dengan sangat pelan. Tanpa disadari bibirnya tersenyum miring. Mencemooh.
Saat mereka berjalan menuju bangkunya, tatapan para murid di kelas ini mengikuti setiap pergerakan Vanya dan Alex. Sampai akhirnya mereka duduk, mata mereka belum teralihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Detective [END]
FantasyKau suka menyelidiki seseorang? Atau kau pernah terpaksa menyelidikinya karena tugas yang diberikan oleh seseorang? Ia ada di pilihan ke dua. Ia terpaksa melakukannya. Menyelidiki orang itu. Manusia yang masih memakai seragam sekolah. Hei, dia buka...