Part 15

4.6K 369 25
                                    

Sudah hampir satu bulan pasca kejadian perang melawan penyihir saat itu.

Saat sadar waktu itu, Vanya menangis bahwa Ibu Dewi berkorban untuk dirinya. Ia berjanji akan terus di samping Alex sampai ia mati.

“Sudahlah jangan pikirkan Ibuku terus, Van. Kita harus fokus untuk menangkap Caryle,” ucap Alex yang duduk di samping Vanya.

Alex diceritakan tentang kasus Caryle oleh Calvin seminggu yang lalu. Alex ingin membantunya juga.

“Baiklah. Kita tangkap saja besok. Kita sudah memiliki rekaman ini. Rekaman ini adalah bukti yang kuat,” ucap Vanya sambil menunjukkan kamera yang di dalamnya terdapat rekaman penyiksaan Clarissa yang dilakukan Caryle.

“Kita juga harus membicarakannya bersama Calvin.”

Vanya mengangguk.

YoungDetective

Vanya telah menceritakan kepada Calvin tentang rencananya untuk menangkap Caryle esok hari.

“Kau sudah siap untuk berpisah dengan Caryle, Van?”

“Siap atau tidak aku harus menerimanya. Kejahatan tetaplah kejahatan. Kejahatan harus diadili, Cal.”

Calvin menghela napas lega. “Baiklah besok kita akan menangkapnya.”

Keesokan harinya mereka telah siap untuk melapor kepada polisi. Mereka juga telah memberitahu kepada orangtua Calvin.

Mereka pergi dengan ditemani Papa Calvin. Papa Calvin menceritakan semuanya dan menunjukkan buktinya.

“Mengapa kalian baru menyampaikannya sekarang?” tanya polisi yang tadi dijelaskan kasus Caryle oleh Papa Calvin.

“Itulah kesalahan kami. Tolong maafkan kami.”

Pak Polisi menghela napas dan segera beranjak untuk menangkap Caryle.

YoungDetective

Dengan diberitahu oleh Vanya alamat kantor Caryle, polisi segera menghampirinya.

“Kami menangkapmu atas kasus penyiksaan dan pembunuhan saudari Clarissa,” ucap Polisi itu saat masuk ke dalam ruangan kantor Caryle.

“Atas dasar apa kalian menuduhku?”

Vanya, Papa Calvin, Calvin dan Alex juga berada di ruangan ini.

“Bukti rekaman yang diberikan oleh Vanya yang ia temukan di rumahmu.”

Caryle menatap adiknya tak percaya.

“Maafkan aku, kak. Kejahatan harus diadili.”

Caryle menghela napas. “Aku tahu pasti kejadian ini akan datang.”

Sebelum Caryle di borgol oleh kedua polisi itu, ia mengeluarkan pistol dari dalam lacinya dan menembakkan ke dada Calvin. Calvin tersungkur.

Dua polisi itu langsung mengamankan Caryle dan memborgolnya.

“Cepat bawa dia ke rumah sakit. Apa ia masih bernapas? Astaga banyak sekali darahnya,” ucap salah satu polisi yang sedang membawa Caryle.

‘Kau bisa membodohi dua polisi ini, namun kau tidak bisa membodohiku dengan sihirmu itu!’ batin Caryle.

“Dia masih bernapas. Bapak bawa saja ia, kami akan membawa Calvin ke rumah sakit,” ucap Alex.

“Cal, bangunlah!” ucap Papa Calvin sambil mengguncangkan badan Calvin.

Tubuh Calvin dibawa ke rumahnya dan bukan ke rumah sakit dengan mobil Papa Calvin.

Alex hanya mengelabui polisi agar tidak curiga. Alex juga menyihir dua polisi itu agar mereka tidak curiga bahwa selesai di tembak, Calvin tidak mengeluarkan darah sedikit pun.

Alex menyihir dengan memanipulasi keadaan. Dua polisi itu bisa melihat darah keluar dari dada Calvin.

Dengan terburu-buru, Papa Calvin mengangkat tubuh Calvin ke dalam ruangan yang isinya peralatan kedokteran yang tentunya untuk tubuh vampir.

Mama Calvin panik saat ia melihat tubuh Calvin tidak bergerak sama sekali.

“Ada apa dengannya?”

“Ia ditembak oleh Caryle tadi,” jawab Alex.

“Ditembak dengan peluru apa?”

“Tidak tahu. Kita akan mengetahuinya setelah tuan Damenson mengoperasinya,” ucap Papa Calvin yang juga merupakan seorang dokter bedah.

Dengan kekhawatiran yang tinggi, mereka bertiga harus menunggu selama tiga jam.

Setelah tiga jam, akhirnya operasi telah selesai. Papa Calvin keluar dari ruangan.

Mama Calvin, Vanya dan Alex segera menghampirinya.

“Peluru apa yang tertanam ditubuhnya?”

“Perak.”

Hanya satu kalimat, namun mampu membuat Mama Calvin jatuh pingsan.

Perak adalah benda yang ditakuti oleh semua vampir. Perak dapat membunuh vampir.

Mama Calvin dibawa ke kamarnya. Setelah hampir setengah jam, Mama Calvinakhirnya bangun.

“Mana Calvin, Pah? Mama mau lihat Calvin!” Tubuh istrinya ditahan oleh Damenson. Ia memeluk istrinya.

“Calvin sudah tenang di sana, Mah. Jangan memikirkannya lagi nanti ia sedih.”

“Tidak! Calvin tidak boleh mati! Tidak!” Mama Calvin menangis histeris di dalam pelukan suaminya.

Vanya juga menangis di luar kamar orang tua Calvin. Alex memeluk Vanya yang masih menangis.

'Mengapa takdir begitu kejam padaku? Belum lama ini aku mengetahui kakak kandungku, lalu mengapa dengan cepat Kau mengambilnya?'

YoungDetective

Dua part lagi tamatttt🎉🎉

Senin, 11 September 2017
10.55
Tiara Ulfiah

Young Detective [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang