"Calvin Damenson?"
Caryle menganga tidak percaya, karena Calvin berani muncul di hadapan Caryle dan Vanya.
"Wah, kau tahu namaku rupanya." Calvin menampakkan wajah dingin dan tersenyum misterius.
"Tentu saja. Kalau kau tidak keberatan, bisakah kau datang ke tempatku?" Caryle memotong jarak dirinya dengan Calvin. Ia mengeluarkan kartu nama miliknya untuk diberikan kepada Calvin.
Anehnya Calvin mengambilnya dan berbicara, "Aku akan ke tempatmu setelah aku selesai sekolah." Calvin segera meninggalkan Vanya dan Caryle yang menatapnya bingung.
"Begitu mudahnya kak Caryle membujuknya. Aish, kemarin ia tidak menuruti perkataanku, tapi tawaran kak Caryle langsung diterimanya?" Vanya menatap geram kepada Calvin yang sudah jauh di depan sana.
"Mungkin caramu salah. Haha, sudah jangan dipikirkan, kembalilah ke kelasmu!"
"Siap, sensei!" Ucap Vanya sambil memberikan hormat layaknya pemimpin upacara memberi hormat kepada pembina upacara.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, sensei hanya digunakan di kantorku ataupun di sekolah Valen Detective!"
"Hehe iya, maaf kak. Sana hus hus pergi." Vanya bercanda dengan mengayunkan tangannya seperti mengusir anak kucing.
"Hei! Kau mengusirku?" Caryle cemberut.
Vanya menahan tawanya agar tidak meledak. Bagaimana bisa ia tidak akan tertawa bila melihat ekspresi kakaknya seperti anak kecil yang sedang cemberut ini.
Dengan satu kecupan di pipi Caryle, Caryle menahan dirinya untuk tidak berteriak kegirangan. Jantungnya berdetak lebih cepat.
"Kau menciumku di depan umum?"
"Haha, kenapa tidak suka?" Vanya mencium pipinya lagi.
"Nakal!"
"Haha, habis kak Caryle lucu sih, jadi kepengin mencium kakak." Tanpa tampang berdosa sama sekali ia tertawa.
Teman-teman Vanya melihatnya.
"Astaga mereka lucu sekali sih."
"Kalau kak Caryle kakakku, sudahku nikahkan denganku dari dulu."
"Gila! Mana mungkin kau bisa menikah dengan kakakmu sendiri?"
"Haha, bercanda-bercanda."
Vanya mendengar semua omongan itu.
"Tuh kak, ada yang ngegosipin kita!"
"Kau sendiri yang menyebabkan gosip itu muncul!"
"Haha, benar juga. Maaf ya kak sudah merepotkan kakak."
"Eh jangan bicara seperti itu. Ini juga kan kesalahan kakak karena menyuruhmu masuk sekolah ini. Sudah ya kakak ingin kembali ke kantor. Bye my sister." Kini Caryle yang mencium pipi adiknya. Setelah menciumnya ia melambaikan tangan yang dibalas oleh Vanya.
Young_Detective
Setelah Caryle kembali, dengan cepat Vanya kembali ke kelasnya. Untung saja hari ini ada rapat guru, jadi kelas tidak ada guru saat Vanya datang.
"Bagaimana Van?" Farah segera menghampiri Vanya ketika ia duduk tempatnya.
"Wakil kepala sekolah itu diam tidak berkutik dengan omongan kakakku." Vanya tersenyum.
Farah mengeryit tidak mengerti. "Maksudmu?"
"Akan sangat panjang bila dijelaskan secara rinci, jadi intinya wakil kepala sekolah itu tidak akan menyentuhku lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Detective [END]
FantasyKau suka menyelidiki seseorang? Atau kau pernah terpaksa menyelidikinya karena tugas yang diberikan oleh seseorang? Ia ada di pilihan ke dua. Ia terpaksa melakukannya. Menyelidiki orang itu. Manusia yang masih memakai seragam sekolah. Hei, dia buka...