Part 3

7.3K 487 27
                                    

"Astaga Van kenapa kau bisa percaya padanya." Vanya mengerang frustasi di dalam kamarnya.

Ia mengingat kejadian di sekolah tadi.

"Aku memercayaimu!"

Mata Alex berbinar, "Benarkah?"

"Iya."

"Mengapa kau mempercayaiku?" Alex menaikkan sebelah alisnya.

"Entah. Tapi hatiku menyuruhku untuk mempercayaimu."

"Hatimu benar. Kau harus percaya padaku."

"Memangnya kenapa aku harus percaya padamu?"

"Suatu saat kau akan tahu." Alex meninggalkan Vanya yang terdiam di tempatnya.

'Suatu saat kau akan tahu. Apa maksudnya itu?' Vanya hanya memandangi punggung itu yang semakin lama menjauhinya.

"Vanya bodoh! Mana ada vampir di zaman sekarang ini? Arggg."

'Tok tok tok!'
Pintu kamarnya diketuk.

"Masuk!"

Perlahan pintunya terbuka dan menampilkan sosok yang sangat di kenalnya.

"Ada apa, kak?" Vanya menanyakan sosok itu.

"Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita. Mari kita makan." Vanya mengangguk setuju.

"Itu baru adikku." Sosok itu mengacak-acak rambut Vanya.

"Ih kak Caryle rambutku berantakan tahu!" Vanya mengerucutkan bibirnya.

Caryle? Sensei Vanya? Ya, benar! Sebenarnya sensei Vanya adalah kakak angkatnya. Ia diangkat anak oleh orangtua Caryle.

Sepanjang perjalanan menuju ruang makan, ia terbayang akan cerita orang tuanya sebelum mereka meninggal.

Sosok gadis kecil berumur sepuluh tahun tengah duduk dihadapan kedua orang tuanya.

"Mungkin ini saatnya yang tepat. Van sebenarnya kami bukan orangtua kandungmu. Maaf selama ini kami menyembunyikannya." Ibu paruh baya mengatakannya sambil memandang mantap ke anak yang sedang diajak bicaranya.

"A...aku? Bukan anak kandung kalian? Lalu di mana orang tua aku? Dan kenapa kalian mengangkatku?"

"Kami tidak tahu Van. Ayah dan Ibu sungguh menyesal. Selama ini kami sudah mencari asal usul dirimu, tapi seolah ada yang menyembunyikannya, sampai sekarang Ayah dan Ibu tidak tahu. Kau saat itu berumur satu bulan tergeletak di depan rumah Ibu. Saat itu Ibu melihat ke sisi kanan dan kiri rumah Ibu, tidak ada siapa-siapa selain dirimu. Saat itu sedang turun hujan. Kau kehujanan. Akhirnya Ibu bawa ke dalam dan memutuskan merawatmu sampai saat ini. Sungguh kami sangat sayang padamu,Van. Kamu sudah kami anggap sebagai anak sendiri. Terlebih lagi hanya ada Caryle di rumah. Rumah tampak sepi sebelum kehadiranmu. Caryle juga sangat menyayangimu. Ia ingin memiliki adik perempuan. Dan saat tahu kau ada di rumah ini, ia begitu senang. Pokoknya kami sangat sayang padamu Van." Ibu Caryle menangis.

"A...aku bingung harus bilang apa. Tapi terima kasih Bu, Yah, atas semuanya. Atas kasih sayang kalian selama ini. Aku juga sangat menyayangimu Bu, Yah." Vanya kecil menghampiri ayah dan ibunya lalu memeluk erat mereka. Mereka menangis dan juga Caryle yang melihat semuanya juga ikut menangis. Saat itu Caryle berumur empat belas tahun.

"Hei, Van, kenapa melamun?" Caryle mengibaskan tangannya di depan wajah Vanya.

"Eh tidak aku tidak melamun, kak." Ia memasang cengiran khasnya.

Young Detective [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang