Telah banyak senja yang Kyuhyun lewati, namun tak sehangat ketika Seohyun berada di sampingnya.Dia menatap gadis itu dalam diam. Mereka tengah bersandar di samping jendela. Seohyun yang menatap langit senja, dan Kyuhyun yang menikmati senja itu dalam sinar mata gadis itu.
Ini adalah sore yang sepi untuk Seohyun-nya. Langit sore yang menaburkan bias kemerahan tak sanggup menghangatkan hatinya. Ia mencari-cari kenangan yang tersimpan di antara goresan senja. Sebuah kenangan yang mungkin saja dapat mengobati kerinduannya pada sang ibu.
Kyuhyun tersenyum tipis, ketika sinar jingga tersibak di kedua kelopak mata gadis itu. Terasa hangat hingga menyentuh kalbunya. Namun, ketika tatapannya beralih pada kesenduan di wajah gadis itu- hati Kyuhyun turut tercabik. Pahit senyum yang terukir di sudut bibir gadis itu menggores luka di hatinya. Gadisnya tengah menangis dalam diam.
"Apa kau pernah merasa begitu merindukan senja?."
Redup membayangi Kyuhyun. Sinar jingga tak lagi membias dikedua mata gadisnya. Kyuhyun datang merengkuhnya.
"Aku dapat melihat bayang wajahnya di sana. Dia tersenyum sangat hangat. Aku merindukannya."
Pelukan di pinggangnya mengerat. Gadis itu kembali terisak dalam peluknya. Seohyun tak pernah serapuh ini. Gadis berwajah dingin itu kini hilang ditelan kesedihan.
"Aku takut. Aku benar-benar takut Kyuhyun ssi."
Kyuhyun mengusap rambutnya, menenangkan.
"Jangan berpikir terlalu jauh. Sosoknya masih di sampingmu. Walau dalam keadaan tidak sadar, kau masih bisa merasakan hangat tubuhnya. Aku tahu apa yang membayangimu saat ini, tapi kumohon, bertahanlah, kuatkan dirimu. Jangan pernah berpikir bahwa kau sendiri. Aku ada dan merasakan apa yang kau rasakan."
Kyuhyun melepas pelukannya. Tangannya beralih menangkup kedua pipi Seohyun, membelainya, mencoba menuntun gadis itu agar menatap wajahnya.
"Untuk kali ini saja, percayalah padaku. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu di sisimu. Aku tak akan membiarkanmu merasa sendirian."
Seohyun melihat ketulusan di mata Kyuhyun. Sinar hangat yang terpancar dalam kelamnya iris hitam itu mendamaikan hatinya.
Menuntunnya kembali menemukan sebuah alasan lain akan sumber hidupnya.Kyuhyun tersenyum tipis sembari mengacak puncak kepala gadisnya. Gadisnya? Entahlah. Kyuhyun rasa, keadaan telah membuatnya menemukan jalan bersama Seohyun, menyatukan perasaan mereka. Pun mereka telah melalui banyak hal melebihi batasan antara seorang teman.
"Kau lapar, kan? Aku akan mencari makanan." Kyuhyun berbalik, berjalan menuju pintu. Namun langkahnya terhenti, memandang diri sendiri sembari mengendus. Kyuhyun merasa terganggu akan bau badannya. Dengan ragu dia memutar badan lalu mengulas senyum dihadapan Seohyun. Mereka masih memakai seragam sekolah.
"Aku sudah bosan mencium bau keringat kita yang berpadu satu sama lain. Aku akan kembali membawakan baju hangat untukmu."
Seohyun menorehkan segaris senyum. Membalas lelucon Kyuhyun yang mencoba menghiburnya.
Di balik pintu, Kyuhyun bersandar. Menengadahkan kepala sembari memejamkan mata. Dia seorang lelaki, turut merasakan apa yang tengah dialami orang terkasihnya. Di hadapannya- Kyuhyun mencoba berperan sebagai tumpuan, menjadi tempat bagi gadisnya bersandar. Namun ketika dirinya sendiri, Kyuhyun tak sanggup memendam pedihnya. Satu butir pun terjatuh di sudut matanya. Cho Kyuhyun menangis untuk Seohyun-nya.
*
Kepergian Kyuhyun membawa sepi datang menghampirinya. Seohyun merasakan sepi yang menyesakkan dada. Menangis? Dia lelah hanya menangis saja. Tidak ada yang berubah. Tubuh sang ibu masih terbaring lemah dengan bermacam peralatan medis yang menunjang kehidupannya. Seohyun mengecup kening sang ibu kemudian membelainya sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Boy
RomansaKyuhyun membenci jalanan basah, serta daun-daun kering yang jatuh membuat segalanya terlihat kotor. Namun karena sesuatu telah menarik perhatian Kyuhyun lebih dalam, tubuhnya berkhianat memenuhi keinginannya agar lekas sampai di rumah. Kyuhyun berhe...