My Mistress - Mingyu (II)

2.3K 311 27
                                    

Pertama-tama, author minta maaf karena ending Jail - Chan itu sad ending. Nah, sebagai permohonan maafnya ini author apdet lagi part kedua.

*******

Mingyu Pov

Ini hanya perasaanku atau entah mengapa dari tadi aku melihat Y/N ada 2.

Entah mengapa, kepalaku terasa pening sekali hingga rasanya dibanding berjalan aku ingin berguling saja.

Aku harus selalu menjaga keseimbanganku untuk berjalan, belum lagi pandanganku yang mulai tak jelas.

"Kau kenapa Mingyu?" ,ucap Y/N yang sedang menikmati lolipop di tangannya.

Aku hanya dapat menggeleng pelan, tenggorokkanku terasa begitu kering hingga rasanya aku dapat menghabiskan seluruh air persediaan di mansion mewah ini.

"Mingyu, wajahmu pucat." ,ia hendak mengulurkan tangannya ke keningku, namun aku menepisnya pelan.

"Aku tidak apa nona, jangan mengkhawatirkan aku." ,ucapku lemah sambil berusaha tersenyum.

Bodohnya aku, baru saja aku mengatakan padanya untuk tidak mengkhawatirkanku, aku langsung jatuh tersungkur di depannya.

Ya Tuhan, rasanya aku ingin mati saja.

.

Aku terbangun dan mendapati diriku sedang terbaring lemah di ranjang yang aku yakin bukan milikku.

Rasa sakit yang tadinya hampir saja membunuhku kini berangsur-angsur menghilang, belum lagi atmospher kamar yang nyaman,

Ah, apa aku sudah di surga?

"Cepatlah bangun kemudian makan dan minum obatmu Mingyu, aku tak mau ketularan flumu."

Aku kaget karena ternyata aku tak sendirian.

Di sebelahku ada seorang malaikat- maksudku seorang nona manis dengan buku di pangkuannya.

"Ah nona-" ,aku tadinya hendak bangun karena aku rasa sangat tidak sopan dngan keadaanku yang seperti ini.

Tapi, dia malah menyuruhku untuk berbaring kembali.

"Kau masih sakit, gak usah sok kuat." ,begitu katanya.

Aku bahkan tak dapat merespon apapun ketika sesendok penuh bubur sudah berada tepat di depan mulutku.

"Cepat buka mulutmu, tanganku pegal." ,omelnya yang membuatku dengan ragu melakukan apa yang ia minta.

Enak, itulah respon pertamaku ketika bubur itu mulai menjamah lidahku.

Aku tak tahu apa resep koki rumah ini atau karena orang di depanku ini rasanya makanan ini jauh lebih enak daripada makanan hotel bintang 5.

Ia menyuapiku dengan telaten, namun entah kenapa tangannya tak berhent bergetar. Apa ini karena ia baru pertama kali menyuapi orang lain,

Atau karena aku?

'Ah Mingyu, hentikan tingkah besar kepalamu itu. Siapa yang akan menyukai pegawai rendahan sepertimu?' ,batinku.

Memang kenyataan ini pahit, tetapi entah mengapa Tuhan selalu menghadirkan kejutan-kejutan bagiku, salah satunya ini.

Disaat aku merasa ini adalah hari terburukku karena terlihat lemah di depan wanita yang kusukai, justru Tuhan membuatnya menyuapiku dan merawatku.

Kalau begini aku sakit saja terus.

"Ummm... Mingyu, bo-boleh aku tanya pendapatmu?" ,ia berkata padaku tiba-tiba.

Aku hanya bisa mengangguk, mulutku penuh dengan bubur jadi aku tak bisa berbicara.

"A-aku, aku akan bertunangan." ,jawabnya sambil menunduk.

Aku hampir saja menyemburkan semua isi mulutku kala aku menangkap rona merah dipipinya.

Awalnya kupikir itu hanya bercanda,

Tapi dia tak main-main.

Dengan susah payah aku menelan makananku yang kini terasa hambar. Aku harus menetralkan pikiranku dan hatiku yang seketika kacau akibat perkataanya.

"Jika saya boleh tau.... siapa pria yang beruntung itu?" ,jawabku senormal mungkin.

Aku harus menyembunyikan kekecewaanku ini. Aku harus bahagia mendengarnya

Lagipula aku hanyalah pelayannya.

Tapi ternyata, aku tak sekuat itu. Aku tak bisa bahagia mendengarnya.

Terlebih ketika aku mendengar nama sahabatku terlontar dari mulutnya yang tersenyum,

Jeon Wonwoo.

Kenapa harus dia?

"Pertunangannya masih bulan depan, tapi entah kenapa aku gugup sekali." ,ucapnya sambil meremas ujung gaunnya.

Dari segala ekspresi yang ingin sekali kutunjukkan, entah itu marah, kecewa, kesal, dan lainnya, entah kenapa wajahku hanya menampilkan senyum.

"Aku turut bahagia untukmu nona." ,sialnya hanya itu yang bisa kukatakan.

Ia membalasku dengan senyumnya yang manis, kemudian memberikan obat padaku dan pergi keluar dari tempat ini.

Ya Tuhan, aku mohon biarkan aku tetap sakit hingga sakit ini membuatku mati.

Author Pov

Y/N segera lari menemui orang yang ia terus cari sejak tadi, orang yang ternyata sedang asik mengamati bunga Lotus di kolam ikan mansion tersebut.

Dengan panik Y/N menghampirinya, membuat orang itu kaget dan hampir saja masuk ke kolam tersebut.

"Kau ini, hampir saja aku jatuh tau." ,ocehnya.

Y/N yang masih sibuk mengaur napasnya hanya bisa menepuk-nepuk dadanya yang sesak.

"O-oppa-"

"Bernapas dulu yang benar, aku tak mau kau mati karena tak bisa bernapas."

Y/N mengangguk kemudian menarik dan menghembuskan napasnya secara perlahan.

"Jadi, bagaimana?" ,tanya orang itu, yang ternyata adalah Wonwoo to the point.

"Entah kenapa aku tak yakin." ,ucap Y/N lesu.

"Memangnya kenapa?"

Y/N menghela napasnya kasar. Hampir saja air matanya jatuh karena takut akan rencana gila oppanya yang sinting tapi tampan ini.

"Entah mengapa reaksinya biasa saja, ia bahkan tidak memprotes ataupun marah." ,lirih Y/N.

Wonwoo dengan perlahan menepuk pelan puncak kepala Y/N. Dalam hatinya ada seberkas rasa bersalah karena telah membuat adiknya sedih.

Tapi si gila yang sok kuat dan gentleman itu(read=Mingyu) tak akan bergerak jika terus seperti ini.

"Tenang Y/N, aku yakin ini akan berhasil." ,ucapnya.

.

.

.

TBC

Gimana kelanjutannya nanti ya??? Maaf nih belum end, satu part lagi ya ehe.

Seventeen's ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang