Precious - Vernon

1.9K 208 22
                                    

Aku ingat betul ketika tangan lembutmu menelusup helaian rambutku. Membelainya lembut ditemani senyum indahnya yang mengalihkan duniaku.

Bumi seakan berhenti berotasi ketika mata legammu mengunci irisku, seakan menarikku ke dalam samudra pesonamu yang tak terbayangkan.

'Selamat pagi'

2 kata itu cukup membuat hariku tampak bergelimang, cukup membuat semangatku untuk memulai hari bangkit.

'Aku ada di sini'

Kalimat terampuh untuk mengobati luka tak terlihat dalam hati kecilku. Cukup menetralisir kekacauan dalam benakku yang bahkan tak dapat kuatasi.

Kamu lebih berharga dari permata apapun. Lebih mahal daripada berlian yang hebatnya bisa dimiliki oleh aku yang serba kurang ini.

Kamu terlalu sempurna, bahkan Arete akan sangat gusar ketika ia hilang dari pengawasannya darimu.

Aku tak pantas untukmu. Aku yang rendah ini tak pantas memilikimu. Tapi lihat? Tuhan sangat baik padaku hingga sekarang kamu mengandung buah hatiku, buah hati kita.

Perjuangan 10 tahun kita mendapatkan pelengkap keluarga ini bukanlah hal yang sepele. Aku bahkan masih ingat betul tangisanmu ketika itu.

Ketika kamu divonis akan sulit hamil.

Maafkan aku tak bisa menolongmu yang terus menyalahkan diri, tak bisa menarikmu dari jurang penyesalanmu. Aku yang bodoh ini hanya bisa terdiam di sampingmu.

Sayangku. Selamat ulang tahun.

Terima kasih sudah mau menemaniku selama 18 tahun ini terhitung dari pertama kali kita bertemu.

Terima kasih karena tetap berada di sisiku ketika banyak pria sempurna bahkan menanti jandamu.

Aku hanya berharap semoga Dia memberikan apa yang tak bisa kuberikan untukmu.

Semoga ia selalu melindungimu ketika suami bodohmu ini tak ada di sampingmu.

Semoga kebahagian selalu ada padamu, permataku. Kesayanganku.



-With love, your stupid boy-


"Apa yang kamu lakukan malam-malam??"

Aku langsung menoleh ke belakangku setelah melipat surat itu, mendapati bidadariku yang terbalut gaun putih itu sedang menatapku heran di ambang pintu.

Aku membalasnya dengan cengiran sambil menyembunyikan surat itu di kantung celanaku, kemudian bangkit dari dudukku dan menghampirinya. Bibirku mengecup keningnya lembut, memberinya senyuman hangatku setelah tak bertemunya 17 jam ini.

"Kenapa belum tidur?" tanyaku lembut.

Dia menatapku kesal. Bibirnya melengkung ke bawah, diiringi dengan pukulan ringan yang mendarat di dadaku yang masih terbalut kemeja.

"Aku kan pengen ngerayain ulang tahunku sama kamu" ,balasnya kesal, membuat bibirku tak dapat menahan senyum gemas.

Tanganku perlahan mengusap lembut perutnya yang membesar itu. "Tidak bagus itu jagoan kita jika kamu tetap bangun semalam ini sayang" ,ucapku mengingatkan.

"Orang dia kok yang mau nungguin papanya" ,belanya.

Tawaku pecah menanggapi elakkannya. Tanganku mencubit pelan pipinya yang membulat efek nutrisi yang selalu ia terima selama kehamilannya. 

Seventeen's ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang