Midnight - Seungcheol (1)

379 26 5
                                    

Me is back!

__________________________

Ada sebuah legenda yang menyebar di desa ini. Legenda tentang malam dan segala ke-misteriusan-nya yang menakutkan.

Petaka menyeramkan yang tak terlihat ujungnya, kutukan berdarah yang menghantui setiap warga.

Bulan yang indah kini membawa kengerian. Bintang yang berkelip menjadi pertanda kedatangannya.

Dia bertamu tanpa diundang, monster kejam yang haus akan darah-

"Tidakkah tuan merasa ini terlalu berlebihan?!!"

Suara tersebut terdengar bersamaan dengan bunyi buku tebal yang menutup kencang. Dahinya berkerut dengan mulut yang mengerucut. Raut kesal tergambar begitu jelas di wajahnya.

Ruangan besar itu memang hanya diisi tumpukan buku dan 2 sosok, itu sebabnya suara dari wanita itu terdengar sangat kencang dan memenuhi ruangan tersebut.

Pria yang perempuan itu panggil dengan 'Tuan' menoleh ke arahnya, menghembuskan nafas pelan sembari tersenyum. "Ini sudah kesekian kalinya kau berkata seperti itu" ,ujarnya.

"Habis...." ,wanita itu membalas, tak ingin disalahkan.

"Manusia cenderung skeptis tentang sesuatu yang berbeda tapi lebih kuat dari mereka. Tidak salah kok saya disebut monster, lihat gigi tajam ini" ,ujar pria itu sambil menunjuk hal yang dia maksud.

Wanita itu tetap bersikukuh dengan pendapatnya, meskipun dalam hati ia membenarkan perkataan tuannya. Alisnya tetap berkerut dan mulutnya cemberut. Sang tuan hanya bisa menggeleng kepalanya melihat kelakuan 'asistennya' sebelum fokusnya kembali pada jurnal penelitiannya.

"Saya juga manusia, tapi saya tidak merasa tuan sejahat yang mereka ceritakan!" 

"Hmmm..., aku masih ingat dengan jelas bagaimana teriakanmu saat pertama kali melihat wajahku" ,jawab pria itu tanpa menoleh.

Dan wanita itu terdiam. Skak mat.

Ia pada akhirnya hanya bisa kembali membaca buku di tangannya sembari menutupi wajahnya yang memerah karena malu. Buku itu memberikan informasi mengenai si vampir haus darah yang bagaikan teror di desanya yaitu tuannya yang sekarang sedang duduk di depannya.

Wanita itu terus menggerutu ketika ia mendapati fakta yang sangat bertolak-belakang dengan fakta yang ia alami sehari-hari. Dalam hatinya, ia mengutuk siapa pun orang yang menulis 'kebohongan terbesar dalam hidup' yang sedang ia baca.

Hari semakin gelap dan malam mulai menyapa. Meski ruangan itu tak berjendela, wanita tadi seolah mengetahui bahwa ini waktu bagi tuannya untuk 'bekerja'. Ia menutup bukunya kemudian menyusunnya kembali ke tempatnya, sebuah rak besar yang ia sandari sedari tadi.

"Tuan, anda harus segera bersiap untuk tugas anda" ,kata wanita itu setelah ia selesai dengan kegiatannya.

Pria itu menutup jurnalnya. Ia melepas kacamatanya sembari memijit pangkal hidungnya yang terasa sedikit nyeri. Ia berdiri, meregangkan badannya yang kaku sebelum akhirnya berjalan keluar untuk bersiap-siap dengan pekerjaannya.

Wanita itu menatap punggung tuannya yang perlahan menghilang, setelahnya ia bergegas membereskan lembaran-lembaran penuh tulisan yang berserak di atas mejanya.

Ketika tangannya menata kertas itu dengan hati-hati, matanya tanpa sengaja menangkap sebuah artikel yang sangat tua bersamaan dengan coretan-coretan yang ada di sana. Matanya menatap lirih artikel tua itu sebelum lanjut menyelesaikan tugasnya.

Seventeen's ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang