Chapter 1
Little By Little- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Pemandangan diluar sana sangat lah indah. Barisan bukit-bukit seolah menghantarkan Nata ke kampung halaman Ibundanya. Bentangan sawah dan kebun yang hijau seolah memanjakan mata Nata. Embun bekas hujan tadi malam menutupi sebagian bukitnya.
Air sungai yang deras seolah menghilangkan pikiran Nata sejenak, menghantarnya ke alam sadar yang sangat teramat nyaman. Udara yang begitu bersih dan sejuk masuk ke rongga hidung Nata. Udara di sini sangat berbeda daripada udara yang ada di kotanya.
Kalau gue tinggal di sini, pasti gue betah terus di rumah.
Nata mulai membayangkan rumahnya berada di tengah-tengah sawah itu. Suara berisiknya kendaraan tidak akan terdengar dari rumah itu. Yang ada hanya terdengar suara burung berkicau dan air sungai yang sangat menenangkan.
Mobil yang dikendarai oleh Papanya mulai berhenti di depan sebuah warung. Nata menyerngit dahi.
"Nata, kamu mau buang air, gak?" terdengar suara Mama Nata di kursi depan.
Nata menggeleng, "Kenapa berhenti, Ma? Udah sampai?"
"Belum, sayang. Papa kamu kebelet buang air kecil, jadi berhenti di sini dulu sebentar."
Nata mengangguk mengerti.
"Kamu mau belanja, gak?" tanya Mama sekali lagi, lebih tepatnya menawarkannya.
"Boleh deh, Ma."
Nata dan Mamanya mulai keluar dari mobil. Nata memilih-milih, jajanan apa yang akan dia pilih sekarang. Jarang-jarang Nata dibolehkan belanja sembarangan seperti ini.
"Ma, boleh ini, gak?" Nata menunjuk satu bungkus ciki-ciki yang tergantung di depannya.
"Boleh dong, sayang. Kamu mau satu? Atau dua? Atau mau lebih?" kening Nata berkerut lagi. Nata bingung akan sikap Mamanya saat ini. Jarang-jarang, loh! "Nanti biar Mama yang bayar."
Nata mengambil 4 bungkus ciki-ciki itu dan 3 botol minuman segar yang tercampur oleh susu. Nata mulai mendekati Mamanya. Nata agak sedikit malu-malu, takutnya Mamanya marah karena belanjaannya ini.
"Ini aja?"
"Eh?!" Nata terkejut dengan reaksi Mamanya. Tumbenan, Nata membatin, kemudian mengangguk dengan tegas.
"Mbak, kalo ini," Mama Nata menunjuk belanjaan Nata, "berapa?"
"Itu 30 ribu, buk."
Mama Nata mengeluarkan uang 50 ribu satu lembar dan memberikannya kepada Ibu penjaga kedai itu. Dan kemudian Ibu itu mengembalikan uang 10 ribu dua lembar.
Nata melihat Papanya sudah berada di dalam mobil, Nata pun ikut masuk kedalam mobilnya, diikuti oleh Mamanya.
Perjalanan Nata ke rumah Neneknya akan dilanjutkan kembali.
🌙
"Assalamu'alaikum!"
"Waalaikumsalam, udah sampai ya, Mira. Gimana perjalanannya? Macet, gak?" Nenek menyambut keluarga Nata dengan bersemangat. Dia begitu senang dengan kedatangan keluarga anaknya ke rumahnya. Itu terlihat jelas dari wajahnya yang sudah keriput itu.
"Lumayan macet, Bu, kan namanya juga hari liburan jadi banyak yang pulang kampung," Mamanya Nata langsung memeluk Nenek. Terdengar suara rindu yang diucapkan Mira dan Nenek.
Nata mendorong kopernya untuk masuk ke dalam rumah Nenek. Kak Santi menyambutnya, membantu Nata mendorong kopernya itu.
"Apa kabar, dek?" Kak Santi menghidangkan secangkir teh hangat kepada Nata dan secangkir kopi panas kepada Papa Nata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream The Past
Teen Fiction[REVISI] [Cover by @fairygraphic] Ketika mimpi mengingatkan akan satu hal yang tidak harus aku lupakan. 🌙 Nata tiba-tiba kembali mengingat tentang masa kecilnya melalui mimpinya. Mimpi itu terus datang disaat dia sedang berlibur di rumah Neneknya...