AUTHOR POV
Sasuke melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah cukup lama berada di kafe bersama Sakura, ia memutuskan untuk pulang. Ia ingin membicarakan keinginannya bersama Itachi. Keberadaan orang tuanya, Sasuke pun tak mengetahuinya. Itachi selalu mengalihkan pembicaran ketika Sasuke menanyakan ayah dan ibunya. Mencoba menghubungi kedua orang tuanya langsung pun tak membuahkan hasil, karena baik ayah dan ibunya tak ada yang mengangkat telepon maupun membalas pesan singkatnya.
Setibanya di rumah, Sasuke langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang keluarga. Keadaan rumahnya masih sepi. Padahal seharusnya kedua kakaknya itu sudah dirumah.
Ponsel yang ada di tangannya berdering.
"Iya, Michiru?"
Michiru adalah asisten pribadinya di kantor. Alis Sasuke terlihat bertaut mendengarkan Michiru yang sedang berbicara di sebrang sana.
"Tidak bisa ditundakah? Harus besok? Baiklah kalau seperti itu. Aku akan ke kantor besok. Maaf merepotkanmu, Michiru." Sasuke mematikan sambungan telepon.
"Kalau dipikir-pikir, aku memang hampir lupa kalau aku ini yang menjalankan perusahaan ayah." Ia menghela napas kasar.
Sasuke kembali menempelkan ponsel di telinganya. Menunggu seseorang menjawab panggilannya.
"Aku merindukanmu," ucapnya sambil memejamkan mata.
♡♡♡
SAKURA POV
Tak ada hal yang lebih membahagiakan daripada saat ini. Itulah yang aku rasakan. Entah kenapa, rasanya seperti beban di pundakku terangkat. Aku lega. Aku senang. Dan aku bahagia.
Lagi-lagi, Tuhan mengirimkanku sosok pria-ah, ku rasa malaikat. Kakashi ataupun Sasuke. Mereka seperti malaikat. Namun, Kakashi adalah Kakashi dan Sasuke adalah Sasuke. Tak ada yang bisa saling menggantikan. Mereka memiliki peran masing-masing dan Tuhan mengirimkan mereka untukku di saat yang tepat. Aku yakin itu.
Malam ini, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Rumah dimana aku tinggal bersama Kakashi. Letaknya tak terlalu jauh dari kafe. Tak kurang dari 10 menit pun aku sampai.
"Ichiru sayang, sudah sampai. Ayo turun." Aku membangunkan Ichiru dan membuka seatbelt. Kami pun turun dan masuk ke rumah.
"Jangan lupa cuci kakinya sayang," pesanku pada Ichiru sebelum masuk ke kamarnya.
Aku langsung menuju dapur, mengambil air minum. Aku bersandar di dinding pembatas dapur dan ruang tamu. Mataku menyisir seisi rumah mungil ini. Rumah kami memang tak begitu besar, namun cukup untuk kami tinggali. Tak ada yang berubah sejak kepergian Kakashi. Aku sengaja membiarkannya seperti ini.
Masih teringat jelas momen kebersamaan kami dulu. Ya aku merindukannya. Jika dulu aku langsung menangis kala teringat kebersamaan itu, namun tidak dengan saat ini. Entah kenapa, rasanya aku ingin bertemu dengannya saat ini. Mengatakan semuanya bahwa aku sekarang baik-baik saja.
Aku berjengit kaget kala mendengar ponselku di saku mantelku berdering.
"Moshi-moshi.. Sasuke-kun? Ada apa?" tanyaku.
"Aku merindukanmu."
Sungguh, jika seseorang melihat wajahku saat ini, mungkin tak ada bedanya dengan kepiting rebus. Entah kenapa, pria ini membuatku kembali seperti remaja yang sedang jatuh cinta.
"Kita bahkan baru saja bertemu, Sasuke-kun," ujarku. "Ada apa?" tanyaku lagi.
Namun tak ada jawaban sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uchiha's Destiny
Fanfiction(DI PRIVATE SECARA RANDOM MULAI CHAPTER 9) Wajah tampan, tubuh atletis, penampilan menarik, memiliki pesona yang tak dapat ditolak, namun tak memiliki pasangan? Adakah? Ada. Ya. Dia seorang pemuda Uchiha, sang pengelola Uchiha Corps sejak kakaknya...