Dulu Joohyun tak menyukai kehadiran Sehun, tapi itu dulu 19 tahun yang lalu. Ketika umurnya masih 3 tahun, menjadi gadis kecil yang polos. Namun nampaknya, dia juga menjadi gadis kecil yang egois terhadap apapun yang ia miliki termasuk kasih sayang kedua orang tuanya.
Entahlah siapa disini yang patut disalahkan, dirinya yang egois ataukah kesalahan orang tua yang memanjakannya. Di saat Sehun lahir, Joohyun tak pernah menengok bayi rupawan yang masih merah itu. Dia sangat membenci adiknya.
Terasa kelabu diingatan Joohyun akan waktu itu, dia juga tak mengerti apa yang membuat dia begitu membenci Sehun pada waktu itu. Orang tuanya bahkan tetap menyayanginya tapi hasrat kebencian itu tetap ada.
Sampai ia menginjak masa pubertas, ia berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan Sehun dari dunia bagaimana pun caranya. Tuhan memang maha mendengar, penulis naskah terbaik di dunia akan cerita hidup setiap manusia. Di saat itu Tuhan membuat rencananya, dan Joohyun masuk dalam permainannya.
Entahlah dia juga tak mengerti apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan, kebaikan hati Sehun membuat ia luluh. Senyuman hangatnya menohok kebencian yang telah berakar dalam hatinya, Joohyun masih tak merasa bahwa Tuhan juga telah mengabulkan permintaannya.
Hari itu, hari dimana ulang tahun Sehun dilaksanakan. Ia menyanggupi untuk menjemput adiknya di sekolah dasar, dengan bersemangat menggandeng tangan mungil Sehun di trotoar. Menjawab semua keingin tahuannya, namun entahlah mengapa siang yang cerah itu membuat Sehun terlepas dari genggaman Joohyun. Dan membuat gadis pubertas itu membeku melihat adiknya tak sadarkan diri dengan semua hal yang ia benci.
Setelah kejadian kelam itu, Joohyun tampak lebih pendiam. Tak ada hari cerah lagi diwajahnya, tak ada orang yang menyalahkan dirinya. Karena mereka berkata itu sebuah kecelakaan, dan menjadi bagian dari takdir hidup Sehun.
Sehun Selamat, namun ia tertidur selama 3 bulan diruang ICU. Dan Joohyun ingat tentang permintaannya pada Tuhan, permintaan yang seharusnya tak keluar dari mulut seorang kakak. Kini ia ingin membunuh dirinya sendiri, membenci setiap apapun yang dulu membuat ia mengucap kata terkutuk itu.
Goong Yo, tetap mengawasi putrinya yang labil. Ditengah kesibukannya bekerja dan merawat Sehun, ia mengerti perasaan putri kecilnya. Walaupun ia sempat marah karena pernyataan Joohyun atas doa untuk Sehun, tapi sebagai ayah ia harus berpikir jernih karena ia tahu mereka hanyalah anak-anak.
Saat itu libur musim dingin tiba, Joohyun mengabiskan libur panjanganya hanya untuk menemani Sehun yang entah ia sendiri tak tahu kapan ia terbangun. Kata dokter yang Joohyun kenal bernama Park Haejin, dia menyukai dokter itu. Dia tampan dan baik menurut Joohyun.
Setahunya dia memiliki anak laki-laki yang terkadang ikut kerumah sakit. Tapi Joohyun tak ambil pusing, ia hanya ingin Sehun cepat bangun dan kembali tersenyum. Sebelum salju pertama turun, karena Sehun sangat menyukai gundukan putih itu. Membayangkannya saja Joohyun tersenyum.
Tuhan mendengar semua doa untuk Sehun, dan tepat di salju pertama turun ia terbangun dengan Joohyun yang menggenggam tangannya erat. Joohyun sampai tak kuat menahan air mata dan perasaannya yang bercampur. Membuat Sehun bertanya-tanya mengapa kakaknya itu pergi.
Satu bulan berlalu, Sehun tampak ceria seperti biasanya. Mengahabiskan waktu di rumah dengan masa pemulihannya, dan tentu saja dengan pengawasan dokter. Sampai pada suatu hari, Joohyun kembali merasakan ketakutan itu. Ia tak tahu mengapa ini terjadi lagi, melihat Sehun mengejang dan susah bernafas di pangkuan sang ibu. Membuat ia seperti terbunuh disaat itu juga, ia menyesal mengapa ia harus pergi keluar dari rumah dan kembali melihat adiknya sudah tak berdaya dengan ibunya yang menangis pilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
souls (end)
Fanfiction[Amazing cover by: @me] "Aku hanya ingin 'cinta' ayahku kembali."