22

2.6K 335 41
                                    

Jendela kembar yang memanjang, belum tertutup sebab sengaja tidak ditutup oleh pemiliknya. Sehingga angin menerobos masuk, meniup apapun yang tersentuh. Ada dua lampu menyala, satu di balkon dan satu lagi di meja menyala kuning. Sehun diam, menunggu Gong yo berbicara. Sejak lima menit lalu, pria paruh baya itu masih sibuk dengan kertas yang entah apa isinya.

Kemudian Sehun duduk, berhadapan dengan ayahnya dan meja sebagai sekatnya. Menanti penyebab dia bisa berada di ruangan ini, Sehun tidak mau menyela pekerjaan Gong Yo.

"Apa aku mengganggu waktumu? " Sehun menggeleng, menatap ayahnya yang kemudian melepas kaca mata dari bingkai hidungnya, "ada sesuatu yang harus kau lakukan untukku. " lanjutnya kemudian.

"Tentu, apa yang Appa inginkan dariku? " Gong yo berdiri dari kursinya, lantas berpindah duduk di sofa, "Pergilah ke Kanada, lusa. " Sehun terpukul, menatap pada ayahnya yang bersantai meminum wine di tempat. Berusaha tenang dan menolaknya halus, karena bukan ini yang ia inginkan.

"Aku tidak bisa Appa, bagaimana dengan sekolahku? Beberapa bulan lagi akan ujian akhir. Itu tidak mungkin untuk pindah. " berkilah sebisa mungkin, agar alasan logisnya diterima.

"Aku tidak menyuruhmu pindah sekolah, kau tak perlu khawatir soal pendidikan. Meski kau tidak ikut ujian pun, kau bisa lulus. Kau lupa siapa ayahmu ini? "

Sehun sangat mengenal bagaimana Gong yo, dia sangat tahu bagaimana watak ayahnya. Pria yang melakukan apapun untuk hasrat keinginannya, orang paling diktator abad ini. Jadi, kali ini Sehun akan melakukan hal itu juga. Melakukan apapun untuk menolak permintaan ini, sebab ia mempunyai sesuatu yang tidak bisa ditolak.

"Aku tetap tidak bisa. "

"Kau menolakku? " Gong yo memincing, menatap anak remajanya sengit.

"Bukan, bukan menolak. Aku butuh waktu, beri aku tiga minggu. "

"Bagus, tidak ada gunanya juga kau berpikir terlalu lama. Ingat, hidupmu ada padaku. Kebutuhanmu sudah tersedia di sana, pendidikan, rumah, dan tentunya pekerjaan. Satu lagi, jangan pernah berpikiran untuk mempengaruhi Jungkook. Aku tahu, anak itu sangat lengket denganmu. "

Setelahnya Sehun seorang diri di dalam ruangan yang entah mengapa terasa dingin menyengat. Jarinya ngilu tanpa alasan, merambat hingga dadanya. Biarlah hanya untuk kali ini saja dia menolak, tapi selanjutnya Sehun ingin membuktikan bahwa dirinya mampu lebih dari seorang pesakitan.

"Anda sudah sampai. " Yishing berkata sejak pintu mobil dia buka menampakkan tuan mudanya yang diam. Sehun beranjak dari tempatnya, lalu menepuk ringan pundak pria yang sudah satu bulan ini menjadi kaki dan tangannya. Orang yang rela menjadi penghianat hanya untuk melakukan hal sembrono.

Tentu Yishing sudah sangat mengerti apa yang saat ini Sehun resahkan, meskipun hal kekanakan dan tidak penting. Tapi dia mulai mengerti, dengan menempatkan dirinya sebagai Sehun. Membayangkannya saja sungguh menyebalkan, sebenarnya diantara sedikitnya anggota keluarga Oh, tidak ada satu pun mempunyai rasa kepekaan pada sedarahnya.

Luar biasanya Sehun dapat menempatkan diri, mencintai ayahnya dengan segenap hidup, padahal sekalipun hidupnya tidak dipedulikan. Yishing menghela napas panjang, setelahnya dia beranjak masuk dalam mobil lalu pergi.

Sehun tidak benar-benar masuk ke dalam gedung sekolah, hari ini dia sedang tidak ingin berkecimpung dengan buku tulis dan banyak catatan. Pikirannya hanya disibukkan dengan turnamen, juga kepindahannya ke Kanada. Sehun memutuskan untuk berlatih hari ini, langkahnya sudah berayun untuk pergi. Namun Taehyung mencekal lengan kirinya.

"Ingin bolos sekolah? Omong-omong, pintunya ada di belakangmu. Seharusnya kau putar badan, lalu melangkah. Kau lupa cara jalan ya? "

Sehun mendengkus, menatap sebal pada sosok Taehyung di depannya. "Aku tidak begitu, hanya ada sedikit urusan mendadak. "

souls (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang