24

2.6K 324 38
                                    

"Yubei!" Sehun mulai memasang kuda-kuda, bersiap untuk menyerang dan menerima serangan. Siwon berdiri di antara dua anak didiknya, dua orang yang sama-sama hebatnya tetapi berbeda jalan. Kali ini, Sehun lebih memfokuskan diri dengan menggunakan benda. Menyerang tetapi tidak membahayakan, cukup sulit memang.

"Kaishi! "

TAK..

Suara benda saling bertubrukan, saat Siwon memberi aba-aba untuk mulai. Sehun sudah memasang indranya agar tidak mudah kalah, namun kali ini Seung Jae; lawan di depannya tidak mudah mengalah. Dia terus memberi pancingan dan menyerang ketika Sehun lengah.

"Yifen. " Siwon berteriak lagi, memberi satu poin untuk Seung Jae. Dia berhasil memdorong Sehun keluar dari lingkaran arena.

"Ayo bung, hanya ini kekuatanmu? Ayolah turnamen sudah di depan mata. " Seung Jae berdecak remeh, membuat Sehun semakin terbakar untuk mengalahkannya.
"Hei, jangan terlalu percaya diri. Ini masih permulaan, Yook Seung Jae-ssi. "

"Terserah saja, tapi hati-hati nanti serangan jantung. "

Sungguh menyebalkan seringaian orang satu ini, memang sejak pertama kali masuk di kelas umum, Seung Jae menjadi salah satu yang membuat telinga Sehun kebas. Dia memang paling bisa menjadikan kertas tipis menjadi silet; tajam sekali. Memang dia bukan rival yang berarti, hanya saja terkadang orang ini begitu sangat menyebalkan.

Meski selalu menyinggung Sehun, Seung Jae tidak pernah sekali pun melukai atau memanipulasi angka saat latihan. Katanya itu perilaku kekanakan, tak seharusnya seorang pria bertanding curang. Sehun juga tidak ambil pusing, sudah mulai terbiasa sekarang.

Ini hari minggu, sejak jam tujuh pagi Sehun berada di gedung latihan. Mengasah lagi kemampuannya, dari jurus mendasar hingga terberat yang baru saja dia pelajari kemarin. Mungkin nanti dia akan pulang sore, sebab dia sudah berjanji pada adiknya untuk pulang lebih awal. Sebenarnya sejak kemarin Jungkook tidak mau berpisah darinya, walau sakit anak itu bersi keras membuntuti Sehun Ke mana pun.

Tadi pagi anak itu memeluk Sehun dengan eratnya agar tidak pergi. Sudah sejak semalam Sehun memberi tahu untuk pergi berlatih, memang dasarnya tubuh bongsor Jungkook lebih atletis, sedang sakit saja mampu membuat Sehun tertahan cukup lama di atas kasur.

"Padahal ini hari minggu, kenapa jahat sekali. "

"Aduh jangan merajuk kie-ah, aku merasa jadi kakak yang buruk. "

"Berjanji datang sore, call? "

"Call. "

Untunglah bisa bernegosiasi, Jungkook tidak keras kepala jika Sehun sudah menjelaskan bagaimana tujuannya. Anak itu menurut saja.

"Apa wajahku tampan sampai kau tersenyum begitu? " Seung Jae berkata apa adanya, memang Sehun sedikit melamun ketika Siwon akan memberi aba-aba lagi.

Sehun memutar bola mata jengah, "Heol, katakan saja begitu. "

Sungguh tadi itu membuat Sehun sedikit terpecah fokus, mengingat Jungkook dia lebih merasa dihargai. Anak itu membuat Sehun percaya bagaimana cara untuk tersenyum ketika sudah di dalam rumah. Sebagaimana pun sang ayah mengacuhkan dirinya, Jungkook sangat bisa membuat Sehun terhibur meski terkadang anak itu juga melukai hatinya.

Yishing mengamati tuan mudanya di tribun penonton, dia cukup berdecak kagum melihat pergerakan Sehun yang gesit mengingat anak itu sedang sakit. Melihatnya Yishing jadi teringat kejadian kemarin. Waktu Nyonya besar ingin mengetahui keadaan putranya, namun dia berusaha untuk melarikan diri; menghindar agar tidak ditanya.

Hanya Sehun yang bisa membuat mantan agen CIA malah menutupi kebenaran. Yishing tidak keberatan, dia merasa seharusnya hal ini berjalan sesuai rencana Sehun. Sebab dia sudah memperkirakan bahwa kisah ini akan berakhir menyedihkan. Pelajaran yang setimpal untuk majikan besarnya dan tentu Sehun bahagia.

souls (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang