Ada sesuatu yang menggumpal di lubuk hatinya, membuat rasa mencekik itu semakin kentara menghimpit dadanya. Jungkook menyadari ia sangat pengecut dari seorang penghianat, tapi dia tak ingin kehilangan untuk ke dua kalinya. Sampai sekarang pun, kabar tentang kakak lelakinya belum juga ia dapatkan. Joohyun sangat sulit di hubungi, walaupun itu ibu yang melakukannya.
Ibu tak pernah menampakkan perasaannya hingga membuat apapun terabaikan, wanita itu tetap tersenyum agar semua terlihat normal. Dan itu membuat Jungkook ingin membunuh dirinya sendiri, karena ia paham bahwa tak ada setitik darah pun yang berhubungan dengannya.
Keluarga itu baik atau mungkin terlalu baik hingga membuat ia terlena, menggeser porsi yang seharusnya. Seberapa tak mengertinya seorang anak kecil terhadap sesuatu, tapi anak kecil adalah pengingat terbaik di dunia. Jungkook mengerti bahwa dirinya hanya seorang anak angkat yang diberi kasih sayang tanpa mengemis di jalanan. Tapi bukan hal ini yang ia mau, bukan sosok ayahnya yang akan berekspresi biasa melihat putranya tengah berdarah.
"Kau baik? " Jungkook mengerjap, mendengar suara Jimin teman sebangkunya yang entah sejak kapan sudah duduk manis di kursinya.
"Entahlah, aku tidak tahu. " Jimin berdecak kemudian, sebenarnya ia sangat tahu apa yang sedang sebayanya itu pikirkan.
"Berhentilah melamun itu tidak baik, ini masih pagi. "
"Jimin-ah, kau pasti tahu Sehun hyung berada di mana. Maukah kau memberitahunya? " ada jeda cukup panjang di antara mereka berdua, yang lain berharap dan yang lainnya sedang bimbang.
"Aku tidak tahu, sungguh. Lagi pula ini bukan urusanku, bukan bermaksud tak mau membantu. " Dan Jungkook menatap kecewa, Jimin bukan orang yang setega itu. Hanya saja permasalahan ini terlalu sensitif baginya, mengingat malam itu saja sebenarnya dia ingin sekali mencekik Jungkook karena mendengar akibat mengapa Sehun berdarah.
Wajah Joohyun penuh air mata membuat Chanyeol pias seketika, Jimin sudah menyusun daftar kejahilan yang akan ia laksanakan sewaktu kecan nanti. Namun melihat Sehun datang dengan tubuh bersandar lemas, membuat semua itu terhapus tak bersisa. Dan hal yang mengejutkan terucap dari mulut calon kakak iparnya, bahwa terjadi ke salah pahaman yang tidak seharusnya.
"Begitu rupanya. "
"Kenapa tidak kau coba datang menemui Joohyun noona di rumah sakit, mungkin saja bisa membantu. " berharap tidak di permasalahkan bukan? Dan Jungkook bertekat melakukan hal itu.
Hari ini berlalu dengan datar di sekolah, waktu seperti terbuang sia-sia. Sangat terasa menyebalkan hingga jam sekolah berakhir dengan bunyi bel yang berdengung. Jimin melangkah malas, sedang menghibur diri karena merasa bersalah tidak menghibur sahabat kecilnya. Namun di lain hal sudah sepantasnya ia berlaku seperti itu pada pihak bersalah, lalu di mana salahnya?
Jimin muak, sangat muak dengan apapun yang berhubungan dengan ketidak adilan yang Sehun terima. Baikalah, dia memang bukan saudara atau yang lain, hanya saja Sehun terlalu baik untuk di sakiti. Itu menurut otak pubertasnya.
"Hei, Park buntal. " Jimin menghentikan langkahnya kemudian mendengus jengah karena melihat atensi Jongin di depannya bersama pemuda yang pernah bertemu di bangsal Sehun. Jika tidak salah namanya Taehyung, Jimin sedikit lupa.
"Ada apa? Dan berhenti memanggilku seperti ikan. "
"Pemarah sekali.
"Langsung pada intinya. " Jongin mendengus
"Apa Sehun sakit? Hari ini dia tidak hadir, sangat tidak mungkin anak itu tidak masuk tanpa keterangan. "
"Kenapa bertanya padaku? Tanya saja pada adiknya. "
KAMU SEDANG MEMBACA
souls (end)
Fanfiction[Amazing cover by: @me] "Aku hanya ingin 'cinta' ayahku kembali."