17

2.3K 294 36
                                    

Pagi ini rumah sakit terlihat ramai dengan suara tangisan balita, pasalnya hari ini waktu untuk melaksanakan imunisasi. Joohyun sedikit sibuk, meskipun tangisan bayi bukanlah hal yang menyenangkan tapi dia tetap merasa senang.

Memang jarum suntik musuh bebuyutan para balita, Joohyun sendiri juga tidak tega sebenarnya tapi tetap profesional. Ia menghela napas kemudian, balita berompi biru pasien terakhir miliknya. Dan sekarang ia beranjak untuk berkonsultasi tentang pasiennya yang menderita penyakit jantung.

Joohyun mengetuk pintu di depannya, lalu menarik napas dan membuangnya. Konsultasi kali ini bukanlah hal yang mudah, sebab dokter itu adalah kekasihnya sendiri. Semoga tidak terjadi hal di luar nalarnya, pria itu penuh dengan kejutan.

Pintu terbuka dengan sempurna, dan menampakkan sosok Chanyeol yang tengah berdiri sumringah. Pria itu sedang berselebrasi untuk keberuntungannya kali ini, bersyukur karena pimpinan pusat sedang pergi.

"Baiklah, kau sudah menerima berkas pasien itu bukan? Jadi, kapan kau akan mengoperasinya? " Joohyun berkata dan Chanyeol menanggapinya santai. Kemudian pria itu berjalan mendekat mengundang Joohyun memundurkan langkah.

"Tentu saja, besok aku akan mulai operasi. "
"Baiklah aku pergi. "

"Tidak semudah itu cantik. " Joohyun mengumpat dalam hati, sekeras apapun ia berusaha pria ini tetap menggenggam tangannya erat. Ini sama saja dengan memasuki kandang singa, jika begini ia menyesal menjadi kekasih Chanyeol. Pria bodoh yang tidak tahu waktu.

"Yeol, aku sedang ada pasien. Jadi bisakah kau lepaskan aku? " Chanyeol menggeleng dengan wajah yang dibuat seperti anak anjing. Joohyun ingin sekali melemparnya dengan sepatu, tapi sayang terlalu tampan.

"Satu kecupan saja. "

"Tidak akan. "

"Ayolah, tidak akan lebih dari itu. Jika kau tidak melakukannya maka ak_"

Chu~

"Puas? sekarang biarkan aku pergi. "

Chanyeol mengerling, menatap dalam retina kecoklatan milik kekasihnya. Jika dilihat sedekat ini, ia ingin sekali mencium bibir itu lebih lama. Dia tidak peduli akan pukulan Joohyun pada lengannya yang entah sejak kapan telah melingkar apik di pinggang itu.

"Yeol, apa yang akan kau lakukan? Kau tahu ini bukan waktu yang tepat. "

"Aku tidak akan melakukan apapun, yang tadi itu bukan ciuman. " Joohyun merotasikan matanya. "Sekali saja oke? "

"Tunggu! Kau tahu ciuman didunia ini sangat banyak jenisnya, kau ingin yang seperti apa? " Jujur saja Joohyun merasa bodoh dengan perkataannya sendiri, tapi setidaknya bisa mengulur waktu.

"Memang ciuman berjenis seperti apa? "

"Menurut psikologi itu adalah sebuah penjiwaan dan menurut fisika, gaya tarik menarik antara satu mulut dengan mulut yang lain. Jadi_"

"Aku akan memilih ciuman sesuai dengan pengertian agama, karena itu nikmat surgawi yang tidak tergantikan. " Joohyun melebarkan pupilnya, Chanyeol menciumnya dengan tiba-tiba. Dalam hati ia berdoa agar tidak ada orang yang masuk ruangan ini.

Demi apapun Chanyeol memang benar, sebuah ciuman akan membuat siapa saja terlena. Tidak bisa melupakan rasa yang sedang meletup dalam dada ketika sedang melakukannya. Membuat seseorang terjerumus dan bahkan mengakibatkan koflik batin berkepanjangan.

Joohyun bahagia memiliki Chanyeol, mungkin memang dia seorang yang tidak tahu tempat. Meminta ciuman di tempat kerja seperti ini, tapi Joohyun  menyukainya karena Chanyeol tetap menghormati dirinya sebagai wanita.

souls (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang