"Bagaimana bisa putra bungsu keluarga 'OH' pingsan karena Hipotermia? "
"Apa penyebab dia hingga terlalu lama menunggu? "
"Apa ini berhubungan dengan Oh Sehun? "
"Apakah terjadi sengketa diantara dua bersaudara itu?"
Hujaman silau dari flash kamera yang tidak hentinya berkumpul untuk mengambil gambar, mereka saling meneriakkan pertanyaan tanpa peduli suara mereka mungkin saja hilang nantinya. Padahal malam akan semakin larut, dan dingin tidak pernah bisa berkompromi.
Mereka yang saling dorong menuntut sebuah jawaban dari sang narasumber, namun tampaknya kepuasan masih belum menempel pada urat nadinya. Seolah mereka tidak peduli rasa dingin dan malam yang menelan.
Sehun masih berdiri di halte pemberhentian bus yang hanya berjarak 10 meter dari tempat tujuannya, dia terpaku di sana. Keramaian reporter pemburu berita yang masih sesak berkumpul di depan lobi rumah sakit milik sang ayah. University SN Medical Center.
Runyam sekali pikirannya, ia tak menyangka akan serumit ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Seperah inikah kesalahannya? Tak ayal para penumpang bus berbisik, menggunjing di belakangnya. Dan penyebabnya adalah ini, pasti para orang-orang itu telah menerbitkan artikel di laman mereka.
Sehun tersadar kemudian, seseorang dengan pakaian formalnya datang membawa masker dan topi hitam untuknya. "Deoryeonim, ikutlah dengan saya, " ucapnya kemudian, dan Sehun hanya berjalan membuntutinya dalam diam.
Orang itu membawanya ke basement, lalu masuk dalam lift. Sehun masih bungkam, karena pada dasarnya ia tak kenal dengan orang itu. Ia yakin orang itu sebaya dengan Chanyeol, kakak laki-laki Jimin. Beberapa kali pula ia menenggak ludahnya, Sehun merasa kerongkongannya penuh dengan pasir. Tak ada yang diperbuatnya selain diam, mengamati sekeliling, dan menautkan jari.
Berbicara bukanlah hal yang sedang ingin Sehun lakukan, lagi pula ia tidak akrab dengan orang ini. Dentingan pintu lift yang terbuka menyadarkannya, sungguh ironi ini adalah lantai dua puluh bangunan ini. Ia yakin bahwa sang ayah akan mengisolasinya beberapa hari ke depan, tak ada yang bisa di perbuatnya.
Orang itu melayani Sehun dengan baik, menuntunnya melewati lorong yang kebanyakan temboknya berwarna abu muda, dan dipenuhi banyak pintu, Sehun yakin itu sebuah bangsal. Sepersekon kemudian orang itu berhenti, mempersilahkan Sehun melewatinya dan masuk kedalam ruangan yang telah dipersiapkan.
"Heojangnim ingin anda tetap di sini hingga suasana membaik. "
Sehun mengangguk paham, lalu kemudian pintu tertutup beserta orang itu yang berdiri di dalam ruangan. Ruangan itu cukup luas dengan ukuran 5x5 meter persegi, seukuran dengan kamarnya di rumah. Ada dinding kaca yang terhubung dengan balkon, kota tampak indah dari sini. Dan juga para reporter yang bergerombol seperti semut, tampak kecil di bawah sana. Bagunan ini menghadap ke barat, dia baru menyadari bahwa ia berada di bagian timur bangunan.
Cukup mewah jika dikatakan hanya untuk merawat orang sakit, karena ruangan itu berisi satu set sofa di ujung kanan ruangan, sebuah ranjang yang berukuran cukup untuk dua orang, dan terakhir ada lemari es beserta tv juga di sana.
Setahu Sehun tempat ini terpisah dengan bangunan di depannya, karena bagunan ini digunakan para pejabat untuk menghindari media ketika sedang sakit. Sehun tidak suka seperti ini, tapi ia berada di sini karena ulahnya sendiri.
Sehun berbalik dari tempatnya mengamati, dia hampir melupakan seseorang yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan.
"Apa aku pernah mengenalmu sebelumnya? " Sehun menggigit lidahnya, merasa pertanyaannya kurang tepat. Seharusnya menanyakan nama bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
souls (end)
Fanfiction[Amazing cover by: @me] "Aku hanya ingin 'cinta' ayahku kembali."