Alhamdulillah

151 31 61
                                    

Mereka terombang ambing di jalanan.  Menyusuri padatnya jalanan kota Jakarta. Berulang kali peluh menetes membasahi tubuh lelah mereka.

Ya Allah, kuatkan kami, batin Fatur.
Jujur,  dia juga sangat lelah dengan hidup yang seperti ini. Mereka sudah yatim piatu.  Abi dan Uminya meninggal dalam kecelakaan dua bulan yang lalu.

Seharusnya keluarga dari Umi menyaynginya dan merawat mereka. Tapi pada kenyataannya mereka malah diusir.

Sang senja telah menorehkan warna jingga di ufuk barat. Menambah kecantikan pada langit sore ini. Namun mereka masih saja melangkahkan kakinya mencari tempat untuk bermalam.

Terdengar sayup-sayup kumandang adzan maghrib.
Allahuakbar Allahuakbar....

"Bang, Fira capek. Kita shalat maghrib dulu ya sekalian istirahat," rengek Shafira.

"Iya, Ra. Ayok!" ucap Fatur sembari mengukir seutas senyum di wajah manisnya. Menutupi kesedihannya, dia harus kuat. Fatur tidak mau terlihat sedih di depan adiknya.

Mereka pun melakukan shalat maghrib berjamaah di masjid. Selepas shalat magrib, tidak lupa Fatur dan Shafira selalu bertilawah.

Di mana pun dan dalam keadaan apa pun, mereka tidak pernah lupa untuk bertilawah sembari menunggu waktu salat isya. Tak terasa sudah tiba waktunya salat isya. Merekapun shalat berjamaah lagi di masjid ini. Selepas salat isya, Fatur dan Shafira duduk di depan serambi masjid.

"Dek, kamu lapar bukan?  kamu belum makan dari tadi siang," tanya Fatur yang memecahkan lamunan Shafira.

"hemmm ... apa, Bang?"

"Abang tahu kamu lelah, Abang juga. Kita makan yuk!" ajak Fatur.

Baru saja mereka akan beranjak dari duduknya. Seorang laki-laki diperkirakan berumur lima puluh tahunan memanggil mereka.

"Assalamu'alaikum, Nak," panggil lelaki tersebut.
"Wa'alaikumsalam," jawab Fatur dan Shafira kompak.

"Kalian ini dari mana dan mau ke mana? sepertinya kalian bukan orang sini. Tidak pernah bapak lihat kalian sebelumnya," ucap laki-laki tadi.

"Saya  Fatur dan ini adik saya Shafira," ucap Fatur. Shafira tersenyum sembari menangkupkan kedua tangan di depan dadanya. "Maaf pak sebelumnya, jika kami ingin meminta izin untuk menumpang tidur di masjid ini untuk semalam saja, apa diperbolehkan?" tanya Fatur ragu.

"Lho memangnya kalian ini dari mana?"

"Kami baru saja diusir oleh keluarga kami pak, kami pun tidak tahu apa salah kami," kali ini Shafira yang bersuara. 

"Astaghfirullah, lebih baik kalian menginap di rumah saya saja, tidak baik tidur di masjid jika kalian berdua. Takut menimbulkan fitnah nantinya. Jika kalian tidak kebaratan, menginap saja di rumah Bapak, kebetulan Bapak hanya tinggal berdua saja sama sama istri saya."

"Bagaimana, Ra?" tanya Fatur pada Shafira.

Shafira hanya mengendikan bahu sambil menujukan wajah lelahnya. "Memang tidak apa-apa Pak jika kami menginap di rumah Bapak?" tanya Fatur.

"Tidak apa, nanti biar saya yang bilang istri saya."

Akhirnya Fatur dan Shafira menginap di rumah Pak Yusuf. Karena Fatur juga tidak tega jika harus melihat adik tersayangnya tidur di luar rumah.

#keesokan harinya

"Lho Nak Fira sudah bangun?" tanya Ibu Zulaika, istri dari Pak Yusuf.

"Sudah, Bu," jawab Fira dengan senyum mengembang.

Terlihat Fatur sedang berbincang dengan Pak Yusuf di ruang tengah. Mereka terlihat begitu akrab walaupun baru bertemu. "Pak, saya sangat berterima kasih atas kebaikan Bapak yang mengizinkan saya dan adik saya bermalam di rumah Bapak. Mungkin nanti sore saya akan melanjutkan perjalanan saya pak untuk mencari kontrakan," ucap Fatur.

"Kenapa harus buru-buru nak? jika kamu tidak keberatan, kamu dan adik kamu boleh tinggal di sini, menemani bapak dan ibu. Kami sungguh kesepian nak," ucap Pak Yusuf memelas.

"Memang anak Bapak ada di mana?" tanya Fatur ragu.

"Anak Bapak sudah meninggal waktu dia masih kecil, mungkin jika dia masih hidup ... dia sudah sebesar Nak Fatur," ucap Pak Yusuf dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Innalillahi wa innailayhi roji'un, maaf Pak saya tidak bermaksud menyinggung Bapak," balas Fatur dengan rasa bersalah.

"Tidak apa-apa nak, Bapak sudah ikhlas."

Fatur dan Shafira sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan orang sebaik Pak Yusuf dan Ibu Zulaika. Mereka orang yang sangat baik dan santun. Mereka selalu terlihat bahagia walaupun harus menjalani kehidupan hanya berdua tanpa seorang anak. Mereka orang yang sangat taat beribadah. Semoga cinta mereka abadi sampai di syurga-Nya. Aamiin.



gaje banget ceritanya yee,,, nggak papa buat belajar..

Jangan lupa kritik sarannya agar saya bisa lebih baik lagi dalam menulis.....

Pintu SenaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang