Jogjakarta National Museum

45 10 4
                                    

Shafira mulai mengerjapkan matanya, mengumpulkan nyawa yang mungkin masih tertinggal di alam mimpi. Dia bangun tepat pukul tiga dini hari. Seperti janjinya sebelum tidur tadi, Shafira ingin bertemu dengan Allah. Ingin menumpahkan segala isi hatinya selama ini.

Dibasuhnya kedua telapak tangan, berkumur, membersihkan hidung dengan menghirup air ke hidung sedikit kemudian membuangnya, dilanjutkan membasuh muka dan kedua lengan sampai siku, membasahi surai rambut panjangnya, turun ke telinga, terakhir membasuh kedua telapak kaki hingga mata kaki.

Tubuh Shafira kembali segar setelah dibasuh air wudhu. "hemmm ... dingin," gumam Shafira sembari mengenakan mukena berwarna jingga. Dia mulai mengangkat kedua tangan sampai di depan dadanya kemudian meletakkannya tepat di atas pusarnya, "Allahuakbar...."

Empat rakaat salat tahajud telah dia selesaikan dengan khusyuk. Seusai salat, kemudian jemarinya memilin tasbih, serta bibir yang tak henti-hentinya mengucapkan dzikir. "Subhanallah ... Walhamdulillah ... Lailahailallah ... Allahuakbar." Tak terasa sebutir air pun jatuh membasahi pipi Shafira. Hatinya bergetar, seperti merasakan sentuhan lembut dari-Nya.

Shafira menengadahkan kedua tangan, dia berdoa dengan sangat khusyuk. Dan kini, pipi mulusnya telah dibanjiri oleh air mata.

"Ya Allah, kuatkan hatiku dalam menghadapi segala ujian dari-Mu. Berikanlah keikhlasan, ketabahan dalam menerima takdir-Mu. Ya Allah Ya muqolibal qulub tsabit qolbi ngala diiniq, tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan menuju ridha-Mu. Jaga hamba dan Bang Fatur, di mana pun kami berada, limpahkanlah rahmat-Mu kepada kami Ya Allah, tautkan hati kami hanya kepada-Mu. Rabbighfirli waliwali dayya warkhamhuma kama rabbayani soghiro, tempatkan kedua orang tua kami di sisi terbaik-Mu. Tempatkan mereka di syurga-Mu ... Aamiin."

Shafira tersungkur sambil masih tergugu dalam tangisnya. Dia kembali duduk dan membuang napasnya yang terasa berat. Membuang segala rasa sesak yang ada di dalam hatinya. Kini, perasaannya kembali lega, setelah dia menceritakan semua isi hatinya pada Allah.

Dia sadar, tempat curhat ternyaman adalah Allah. Dia adalah tempat teraman untuk menceritakan segala rahasia yang tersembunyi di lubuk hatinya.

Seperti Firman Allah dalam Surat Yusuf ayat 86.
Allah SWT berfirman:

قَالَ اِنَّمَاۤ اَشْكُوْا بَثِّـيْ وَحُزْنِيْۤ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
"Dia (Ya'qub) menjawab, hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui."
(QS. Yusuf: Ayat 86)

***

Terdengar suara ketukan pada pintu kamar Shafira, "Nduk, kamu sudah bangun?" ucap Sri.

Shafira segera membuka pintu kamarnya, "Alhamdulillah sudah, Budhe," jawab Shafira sembari tersenyum manis.

"Mata kamu kenapa, Nduk? kok sembab begitu?" ucap Sri sembari menangkupkan telapak tangannya pada kedua pipi Shafira. Kemudian ditatapnya tajam. Sri khawatir, jika ada suatu hal yang terjadi pada keponakannya itu.

"Budhe... Shafira nggak apa-apa," ucap Shafira meyakinkan.

"Yakin, Nduk?"

"Nggih, Budhe." Senyum pun mengembang indah di bibir Shafira, menghiasi wajah cantik Shafira.

***

Sudah hampir satu minggu Shafira berada di Jogjakarta. Hampir satu minggu pula, dia hanya berdiam diri di rumah. Jenuh, dia butuh refreshing, dia butuh penyegaran sebelum memulai hari pertama kuliahnya.

Pintu SenaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang