Remukan Hati

137 26 81
                                    

Berulang kali Shafira mengecek ponselnya. Berharap ada pesan dari lelaki yang dalam minggu ini janji akan mengkhitbahnya.

Yah, sudah hampir satu tahun Shafira dan Dhani dekat. Istilahnya menjalin hubungan tanpa status. Dan Dhani berjanji ingin mengkhitbahnya dalam waktu dekat ini.

Tapi, sejak Shafira diusir dari rumah oleh budhenya, Dhani tidak pernah menghubungi Shafira lagi. Ada apa sebenarnya?

"Assalamualaikum," salam Fatur berhasil membuat Shafira tersadar dari lamunannya.

"Astagfirullah hal'adzim, Abang! Ngagetin tau ih," ucap Shafira sambil mengelus dadanya. Menormalkan detak jantungnya.

"Hey, salamnya dijawab dulu, Ra," protes Fatur.

"Waalaikumsalam."

"Ada apa sih ngalamun? Bagaimana Dhani, sudah ada kabar?"

Shafira hanya menggelangkan kepalanya lemah. Matanya menatap lurus ke depan. Hatinya tak karuan.

"Sudah, Ra, jangan sedih begitu. Percayakan semuanya sama Allah. Ikut Abang yuk?" ajak Fatur berusaha menghibur hati adiknya itu.

"Ke mana, Abang?" tanya Shafira penasaran.

"Ke toko outdoor."

"Abang mau naik gunung?" tanya Shafira dengan nada semangat.

Fatur hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Mengulurkan tangannya ke arah Sahafira, bermaksud menarik tubuhnya.

"Ayok," jawab Shafira dan segera beranjak dari duduknya.

Mereka melangkahkan kaki menuju tepi jalan raya. Menunggu taksi yang akan mengantarnya ke toko outdoor.

"Abang mau beli apa sih? bukannya peralatan mendaki Abang sudah lengkap?" tanya Shafira penasaran.

"Abang mau beli jaket buat kamu, Ra. Kamu mau kan ikut Abang naik Gunung Rinjani?"

"Gunung Rinjani, bang? mau banget," jawab Shafira dengan mata berbinar.

Gunung Rinjani adalah gunung impian yang paling ingin didaki oleh Fatur dan Shafira. Gunung indah dengan ketinggian 3762 mdpl. Sungguh mempesona.

"Iya, Ra. Kampus Abang mengadakan pendakian ke Gunung Rinjani."

Sesampainya di toko outdoor

Fatur membuka pintu toko yang terbuat dari kaca. Terdapat tulisan 'dorong' dan 'tarik'. Dan Fatur memilih mendorong pintu tersebut. Dingin menyelimuti tubuh Fatur dan Shafira karena terkena suhu ac.

"Selamat datang dan selamat berbelanja," ucap ramah sang penjaga toko sembari melemparkan senyum manisnya.

Shafira hanya membalasnya dengan senyuman ramah. Sang penjaga toko terlihat memperhatikan pelanggannya yang baru masuk itu. "Pasangan romantis," pikirnya.

Siapa pun yang baru pernah melihat Fatur dan Shafira pasti mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Karena wajah mereka yang sangat mirip. Dan mereka terlihat sangat dekat tanpa jarak.

"Kamu mau yang mana, Ra? pilih saja yang kamu suka," tawar Fatur pada Shafira.

Shafira hanya mengangguk sambil memilah-milah jaket yang menggantung dihanger.

"Abang, ini boleh nggak?" tanya Shafira sambil memamerkan jaket yang baru saja dipilihnya. Pilihanyya jatuh pada jaket parasut berbahan tebal bermerk C**nia.

"Bagus, Ra. Kamu mau itu?" tanya Fatur meyakinkan. Dan Shafira mengangguk mantap.

"Ya udah ambil, habis ini kita makan di luar ya?"

"oke."

Setelah mendapatkan jaket yang diinginkan Shafira, Fatur segera membawanya ke kasir dan membayar jaket tersebut.

Mereka keluar dari toko outdoor. Cuaca di luar sangatlah panas karena musim kemarau.

"Kita makan di situ saja ya, Ra?" ajak Fatur sambil menunjuk warung bakso di sebrang jalan.

Betapa terkejutnya Shafira ketika melihat pemandangan yang sungguh demi apapun membuat hatinya terisis.
Terlihat dua orang laki-laki dan perempuan sedang berciuman di dalam mobil. Dan mereka terlihat sangan menikmatinya.

Dhani, lelaki yang berjanji akan mengkhitbahnya dalam waktu dekat ini tiba-tiba menghilang bagai di telan bumi. Dan inilah jawaban yang Allah berikan atas penantian Shafira selama ini. Sia-sia sudah.

"Ra? Hey, kok malah ngelamun, ayo jalan." ajakan Fatur tidak dihiraukan oleh Shafira. Sebisa mungkin dia menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipi mulusnya dan agar tidak terlihat oleh Fatur.

Tapi sia-sia. Hatinya sudah bergemuruh, ingin sekalin menghampiri mereka dan memastikan apa yang dilihatnya. Dan alhasil bulir-bulir hangat menetes dari pelupuk matanya.

"Ra, kok malah nangis sih?" tanya Fatur penasaran. Saking penasarannya, Fatur memutar tubuhnya mengalihkan pandangannya ke arah Shafira memandang.

"Dhani?" ucap Fatur meyakinkan diri sendiri. Tanpa basa-basi, Fatur melangkahkan kakinya menuju letak mobil Dhani.

"Abang...." cegah Shafira memegang tangan Fatur agar tidak medekati mereka. Siapa yang tega melihat adik tersayangnya disakiti dengan cara seperti ini?

Tidak peduli dengan larangan Shafira, Fatur tetap melanjutkan langkahnya mendekati mereka. Diketuknya kaca pintu mobil yang terbuka separuhnya.

Menyadari akan kehadiran Fatur, Dhani pun menghentikan aksinya. "Mengganggu saja," grutunya. Betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang datang dan mengetuk kaca mobilnya.

Matanya terbelalak melihat Fatur yang kini sudah ada di depan matanya. "Bb... Bang Fatur," ucapnya terbata karena terkejut.

"Apa yang kalian lakukan sungguh tidak baik. Dhani, turun kamu!" ucap Fatur santai tapi tegas. Jelas sekali bahwa dia sedang menahan amarah.

Dengan perasaan takut, Dhani menuruti kata-kata Fatur. Si wanita hanya bisa diam di dalam mobil.

"Apa maksudmu melakukan hal seperti ini? Jadi ini alasan kamu menghindar dari Shafira, iya?" ucap Fatur.

"Bb... bukan be... gitu bang ...." sanggah Dhani. Dia menghembuskan napas berat. "Bang, adikmu itu sok suci, selalu saja menolak saat aku ajak bercumbu, jaman sekarang masih saja ada wanita seperti itu," lanjut Dhani diiringi dengan senyum licik.

Bughh...

Satu tonjokkan berhasil mendarat dipipi Dhani. "Brengsek ternyata kamu, Dhani. Jangan pernah lagi mendekati adikku. Aku tidak sudi!" ucap Fatur dengan penuh amarah, kemudian berlalu meninggalkan Dhani yang sedang meringis kesakitan.

"Astagfirullah hal'adzim," ucapnya sambil memeluk Shafira. "Kamu yang sabar ya, Dek. Dia tidak baik untukmu, maafkan Abang," ucap fatur merasa bersalah karena telah berhasil dikuasai oleh amarah.

Pintu SenaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang