Pagi ini, Shafira tengah sibuk mempersiapkan segala persiapan kuliahnya. Hari ini, hari pertama Shafira masuk kuliah.
Berulang kali dia melihat pantulan dirinya di cermin. Satu hal yang dia suka dari dirinya, mata. Menurutnya, mata yang telah diberikan Allah untuk-nya begitu indah. Bulu matanya memang tak selentik bulu mata anti badai milik Syahrini. Tapi, Shafira memiliki bulu mata yang panjang dan menurutnya, matanya itu sempurna.
Shafira memilih warna hijau tosca untuk tema hari ini. Dari jilbab, gamis, dan sepatu juga berwarna hijau tosca.
"Sarapan dulu, Nduk. Nanti kamu berangkat dianter sama Gibran ya, Nduk," ujar Sri.
"Iya, Budhe," jawab Shafira dengan semangat.
"Dek Ra, tok tunggu di luar ya," seru Gibran.
"Lho, nggak sarapan, Mas?" tanya Shafira.
"Sudah dari tadi," jawab Gibran sambil memamerkan gigi putihnya.
Shafira hanya mengangguk, tanda ia mengerti.
***
Hanya ada keheningan yang menyelimuti sepanjang perjalanan Gibran dan Shafira dari rumah sampai kampus UNY.
Gibran memang terkenal orang yang cuek. Tapi dia penyayang, dia tampan dan sangat berwibawa.
"Sudah sampai. Nanti kalau sudah keluar, hubungi mas ya. Biar mas jemput lagi pulangnya," seru Gibran.
"Siap! Terima Kasih, Mas Gibran," ucap Shafira.
Bola matanya diedarkan ke seluruh penjuru kampus UNY. Dia tak percaya, akhirnya dia bisa kuliah di sini. Tempat yang diharapkan bisa menimba ilmu sebanyak-banyaknya.
Yah, Shafira sekarang telah resmi menjadi mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta. Dia memilih fakultas sastra dan seni Indonesia. Kecintaannya pada sebuah karya tulis, telah menuntunnya ke tempat ini.
Shafira memasuki ruangan bercat hijau. Di dalamnya terlihat sudah ada beberapa orang yang sedang asik berbincang.
"Assalamualaikum," ucap Shafira sembari memasuki ruangan kelasnya.
Beberapa pasang mata tertuju padanya. "Waalaikumsalam," jawab serempak dari beberapa orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Boleh saya duduk di sini?" tanya Shafira ragu pada gadis berbaju ungu.
"Silakan," jawabnya diiringi senyuman.
"Shafira, kamu siapa?" Shafira memperkenalkan diri."Ayu Dyah, panggil saja Dyah."
Hari pertama masuk kuliah hanya diisi perkenalan mahasiswa satu kelas. Mereka mempunyai tujuan yang sama di sini. Berjuang bersama dan bersaing dalam prestasi.
***
Gumpalan awan hitam telah menyelimuti langit yang tadinya terlihat biru. Shafira berjalan setengah berlari menuju halte bus di depan kampus untuk menunggu Gibran yang akan menjemputnya.
Langkahnya terhenti saat tiba-tiba saja ada yang menabrak dirinya. Shafira hampir saja terpental karena dorongan itu.
"Eh... Eh... Maaf, saya ndak sengaja. Kamu baik-baik saja kan?" ucapnya dengan nada khawatir.
Shafira mendongakkan kepalanya, melihat siapa gerangan yang menabrak dirinya dan membuatnya hampir saja terhuyung jatuh ke tanah.
Shafira hampir tidak berkedip saat dia melihat siapa yang menabraknya tadi. Wanita berkacamata, pipi tembem dan rambut hitam yang tergerai indah.
"Mbak?! Mbak tidak apa-apa?" tanyanya lagi.
"Eh ... Iya, saya nggak apa-apa kok," jawab Shafira diiringi senyum manisnya.
"Mahasiswa baru yah?" tanyanya.
"Iyah," jawabnya singkat.
"Saya Retno, mau ke mana?"
"Saya Shafira, mau ke halte depan nunggu jemputan, Mbak."
"Wah... Sama. Bareng saja yuk!
Shafira mengangguk dan mengiringi langkah Retno. Hampir setengah jam mereka berbincang sambil menunggu jemputan. Dan gemericik air hujan menemani obrolan mereka.
Perbincangan mereka terhenti saat ponsel Shafira berdering, tanda telfon masuk.
Shafira memasukkan tangan kanannya ke dalam tas hijau tosca miliknya. Tangannya sibuk mencari ponsel miliknya yang tak ada hentinya berdering.
"Assalamualaikum, Mas Gibran," serunya.
"Walaikumsalam, Mas minta maaf banget ya, Dek. Mas ndak bisa jemput kamu sekarang, soalnya mas ada kerjaan mendadak. Nanti kamu naik bis trans jogja saja," jelas Gibran.
"Oooh... Iya mas nggak apa-apa, biar nanti Fira naik bis trans jogja saja."
"yowes, kamu hati-hati yo, Dek. Nanti kalau sudah sampai rumah, segera hubungi mas,"
"Iya, Mas Gibran."
Sambungan telepon pun terputus. Yang harus dilakukan Shafira sekarang adalah menunggu bus trans jogja lewat. Gibran urung menjemput Shafira pulang karena dia ada kerjaan mendadak.
"Bagaimana jika kamu ikut mobil mbak saja, Dek? Kebetulan kan kita satu arah. Tuh, suami mbak sudah datang," ajak Retno sembari menunjuk mobil CR-V warna hitam yang dikemudikan oleh suaminya.
"Terima kasih tawarannya, tapi saya mau nunggu bus saja, Mbak," tolak Shafira.
"Tidak apa, ayo naik! Hujannya semakin deras, aku tidak akan tega membiarkan kamu seorang diri di sini."
"Tapi ... Mbak, saya -"
"Sudahlah, ayok!"
Dan Shafira pun masuk ke dalam mobil dan diantar pulang oleh Retno dan suaminya.
Retno Ayu Pratiwi, seorang wanita yang memiliki tubuh yang indah. Tubuh ideal yang sangat diimpikan oleh para wanita. Bentuk tubuh ramping, berkulit kuning langsat, hidung mancung dan rambut hitam lurus yang tergerai indah.
Dia seorang penari jawa klasik. Gerakannya lemah gemulai. Senyumnya sungguh menawan hati. Beruntunglah Bayu Prakoso-suami Retno-yang berhasil menakhlukkan hatinya.
Gaje banget bener... 😔
Lagi nggak ada inspirasi buat nulis...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu Senaru
SpiritualKisah kebersamaan kakak beradik yang kesehariannya penuh lika-liku. Sabar, kunci untuk menghadapi semuanya. Mereka percaya janji Allah ; فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan," (QS. Al-Insyirah 94: Ayat...