Jakarta-Jogjakarta

36 9 6
                                    

Kening Fatur sudah berkerut setiap kali menatap layar ponselnya. Terlihat kecemasan pada raut wajah Fatur. Berulang kali dia menghubungi nomor adiknya, tapi tak ada jawaban. Terbesit tanya 'di mana dia? sedang apa dia? apakah dia baik-baik saja?'. Sudah hampir dua tahun lamanya Fatur berpisah dengan adiknya. Dan baru kali ini, dia kesulitan mendapatkan kabar tentang adiknya.

"Nak Fatur, makan dulu yuk!" ajak Zulaika.

"Shafira lagi ngapain ya, Bu?" ucap Fatur begitu lesu.

"Mungkin dia lagi sibuk, Nak. Berpikirlah positif. Coba Nak Fatur hubungi Nak Gibran, siapa tau dia lagi sama Nak Shafira."

"Sudah, tapi nggak ada balasan. Nggak biasanya Shafira seperti ini." Fatur begitu khawatir, sudah hampir seharian, dia tak mendapat kabar dari adiknya.

Fatur menghembuskan napas yang terasa berat. "Ibu, Pak, bagaimana kalau Fatur ke Jogja saja. Fatur sangat khawatir dengan keadaan Shafira," ucap Fatur disela-sela makan malamnya dengan keluarga Yusuf.

"Pergilah, Nak! Jika itu membuat hatimu tenang. Ibu juga tak tega melihatmu seperti ini," tutur Zulaika.

"Atau mau Bapak antar naik mobil?" tanya Yusuf.

"Alhamdulillah, nggak usah, Pak. Biar Fatur naik kereta saja. Nanti Fatur mau pesan tiketnya."

Dek, kamu ke mana sihBikin orang khawatir, batin Fatur.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tapi, mata Fatur belum juga terpejam. Pikirannya masih tertuju pada Shafira. Fatur pun bangkit menuju kamar mandi mengambil air wudhu.

Digelarnya sajadah berwarna hijau berlukiskan masjid. Tiga rokaat shalat sunah witir telah selesai Fatur kerjakan dengan khusyuk. Tak lupa ia mendoakan yang terbaik untuk adiknya.

Dibukanya Al-qur'an terjemahan berwarna biru miliknya. Fatur mulai melantunkan surat Al Mulk dengan suara yang sangat merdu.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Asy Syawarib telah menceritakan kepada kami Yahya bin ‘Amru bin Malik An Nukri dari Ayahnya dari Abul Jauza' dari Ibnu Abbas, ia berkata; “Sebagian sahabat Nabi shallallahualaihi wa sallam membuat kemah di atas pemakaman, ternyata ia tidak mengira jika berada di pemakaman, tiba-tiba ada seseorang membaca surat Tabaarokalladzi bi yadihil mulk (Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan) “, sampai selesai. Kemudian dia datang kepada Nabi shallallahualaihi wa sallam dan berkata; “Wahai Rasulullah sesungguhnya, aku membuat kemahku di atas kuburan dan saya tidak mengira jika tempat tersebut adalah kuburan, kemudian ada seseorang membaca surat Tabarok (surat) Al Mulk sampai selesai, ” Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda, “Dia adalah penghalang, dia adalah penyelamat yang menyelamatkannya dari siksa kubur.” Abu Isa (At Tirmidzi) berkata; Dari jalur ini, hadits ini hasan gharib. Dan dalam bab ini, ada hadits dari Abu Hurairah. (HR. Tirmidzi no. 2890)

Pintu SenaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang