11 - Selamat Datang, Raina.

177 7 0
                                    

"Lo harus cerita sama gue." Tekan Gisel ketika melihat Raina yang belum mau membuka mulutnya setelah insiden Ravan keluar dari kelas mereka.

Sepanjang pelajaran, Gisel terus memberuntuni nya dengan berbagai pertanyaan yang hanya di jawab oleh tatapan tajam Raina seakan berkata jangan sekarang.

Raina sudah beres memasukkan semua buku nya kedalam tas dan sudah bersiap untuk keluar kelas bahkan sebelum guru yang mengajar di kelas mereka keluar.

Tinggal beberapa menit lagi bel pulang dan Raina sudah sangat siap ingin berangkat menuju cafe favoritnya.

"Lo denger gue gak sih?!" Seru Gisel.

"Iya." Akhirnya Raina membuka suaranya.

"Oke, gimana kalo pulang sekolah sekarang?"

"Gak bisa." Raina menggeleng.

Gisel langsung memberi wajah cemberutnya, "Loh kenapa? Udah janjian pulbar sama Ravan ya?" Tebaknya asal.

Raina langsung menatap Gisel dengan tatapan super jengkel nya. Melihat itu Gisel menyengir lebar, "Oke oke gue bercanda tadi, jadi lo kapan bisanya dong."

"Apakah ini sebegitu pentingnya?" Ketus Raina, itu adalah kata terpanjang yang diucapkannya kepada Gisel selama hari ini.

"Penting banget!"

"Whatever." Gumam Raina ketika bell pulang sekolah sudah berbunyi. Ia buru-buru bangkit dari kursinya, sebelum mendengar rengekan Gisel yang terus memintanya untuk bercerita tentang kejadian tadi.

Raina sudah keluar dari pintu kelas mengabaikan teriakan Gisel yang memanggil namanya, bahkan ketika lorong masih diisi oleh beberapa anak yang jam pelajaran terakhirnya kosong.

Berjalan secepat mungkin, cewek itu ingin segera pergi dari sekolah ini sebelum ia bertemu cowok itu. Raina seakan punya firasat bahwa cowok itu tidak akan berhenti untuk menganggu hidupnya, setidaknya belum sekarang.

Sampai diujung lorong ingin menuju arah lapangan, satu tarikan di tangannya dengan keras membuat tubuhnya terdorong ke arah samping.

Dari belakang, ia melihat seorang cewek dengan rambut kecoklatan dan tubuhnya yang tercetak jelas karena seragam nya yang sangat pas itu sedang menariknya dengan tangannya yang kuku-kukunya berwarna merah.

Raina menarik tangannya dari genggaman cewek itu dengan keras tetapi teman-temannya yang berjumlah sekitar 5 orang atau lebih mengepungnya dari belakang dan samping membuat posisinya terjepit.

"Diem lo!" Teriak salah satu temannya dari arah samping karena Raina yang terus menjerit.

Mereka menarik Raina kearah gudang belakang sekolah, membuat Raina sangat takut dengan apa yang akan terjadi kepadanya sekarang.

Cewek yang menariknya pertama tadi sekarang mendorong Raina dengan keras, membuat tubuhnya terpelanting menabrak triplek rusak.

Sekumpulan cewek itu langsung menertawakannya, dan sekarang cewek yang mendorong Raina itu menatapnya dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai.

Raina mendongkakan kepalanya, dan langsung mengenali siapa cewek yang mendorongnya itu. Namanya adalah Citra, salah satu anak dance yang sudah populer sejak dulu, setidaknya ia tahu cewek ini karena dulu ia sekelas dengan Citra di kelas 10 ipa 1.

"Girls, ada yang kenal atau tau sama cewek ini sebelumnya?" Tanya Citra.

"Enggak gue bahkan baru liat mukanya di foto yang beredar."

"Jelek bangsat, apanya yang diliat sama si Ravan?"

"Iya jelek anjir, liat aja tampilannya yang kayak pembokat di rumah gue."

AFTER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang