"Lo mau bawa gue kemana?" Tanya Raina disaat mobil Ravan sudah keluar dari area sekolah dan melaju di jalan raya.
Raina memalingkan mukanya menatap Ravan saat dirasa cowok itu tidak menjawab, masih menatap lurus kedepan dan fokus mengemudi.
Raina mendengus kesal, "Jawab!"
"Lo mau bawa gue kemana?"
"...."
"Woy!"
"...."
"Ravan!" Raina akhirnya menjerit, dan itu berhasil karena Ravan sekarang memalingkan mukanya sedetik dan berpaling ke arah depan lagi.
"Kalo lo masih teriak-teriak, gue turunin sekarang."
Apa? Raina tergelak.
"Lah lucu, lo yang bawa gue gitu aja dan sekarang lo bilang apa? Mau nurunin gue disini? Lo sakit jiwa sih gue rasa! Gue gak akan berhenti ngoceh ya kalo lo gak mau ngasih tau ini kemana. Bisa aja sekarang lo mau nyulik gue, dan nyawa gue sekarang lagi terancam oleh cowok psikopat yang suka seenaknya-"
Mulut Raina terhenti ketika satu tangan Ravan terlepas dari stir mobil dan membekap mulut cewek itu agar diam.
"Nyulik lo? Gak ada keuntungan buat gue. Jadi sekarang lo diem dan tutup mulut lo."
"Hmmph. Lepash."
Ravan melepaskan tangannya lagi, membuat Raina bisa bersuara. "Kalo lo mau gue diem, kasih tau kita mau kemana."
"Entar juga lo tau."
"Gue mau tau sekarang."
"Gak."
"Ih! Lo mau bawa gue kemana? Apa susah nya sih tinggal jawab!"
"Gak, maksud gue diem gak ada pertanyaan lagi."
"Gak mau! Nyebelin banget sumpah lo-"
"Diem." Ujar cowok itu akhirnya membentak dan langsung menghentikan pertanyaan Raina.
Dan Raina seakan menurut dan pasrah duduk di kursinya, mau sebagaimanapun ia memaksa cowok itu, sepertinya hanya akan sia-sia. Karena Ravan hanya menjadi Ravan, tidak mau kalah dan suka seenaknya. Jadi, Raina sekarang hanya memilih untuk diam dan menatap ke jendela sampingnya.
Sudah satu jam perjalanan tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa mobil akan berhenti. Raina mendengus bosan sedari tadi sambil terus menatap handphone nya dan kembali ke arah jalan yang sudah mulai sepi pertanda bahwa ia sudah jauh dari kota. Raina menatap Ravan yang sedang fokus menyetir, cowok itu belum membuka mulutnya sejak tadi dan itu entah membuat Raina senang atau bosan. Tidak ingin membuka percakapan terlebih dahulu, Raina akhirnya memilih untuk tidur sebentar.
*
Tubuh cewek itu bergoyang-goyang dan membuat sang empu-nya menguap dan membuka mata nya perlahan. Raina terkejut bukan main saat dilihatnya pemandangan sekitarnya.
Ini seperti hutan. Pohon-pohon besar menjulang tinggi, suara kicauan burung dan segala binatang terdengar, lalu jalanan berbatu yang membuat mobilnya bergoyang alasan kenapa Raina terbangun.
Setelah mengamati, Raina langsung menatap horor Ravan. "Ravan!"
"Hm?" Jawab Ravan langsung merespon teriakan Raina.
"Kita ada dimana? Lo mau bawa gue kemana?" Pikiran buruk mulai merasuki pikiran Raina, bagaimana jika Ravan berniat untuk menculiknya? Dan lebih buruk lagi, bagaimana jika Ravan akan membunuhnya. Ya tuhan!
Ravan menahan tawanya saat ia melihat wajah panik cewek tersebut. "Entar juga lo suka, liat aja."
"Ini hutan Ravan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN
Dla nastolatkówBagaimana jika ini semua bukan tentang apa yang dia katakan atau apa yang dia lakukan? Bagaimana jika ini semua adalah tentang perasaan yang berjalan begitu saja sejak pertama kali mata mereka bersitatap? 15+