9 - First kiss

342 11 7
                                    

Setelah memasangkan Raina helm, Ravan langsung memakai helm nya sendiri dan menaiki motornya. "Naik." Perintahnya sambil menatap Raina yang masih diam mematung.

Demi tuhan. Ia tidak pernah naik motor besar seperti ini yang jok belakangnya tinggi, ia menimbang-nimbang sebentar lalu dengan susah payah naik ke atas motor Ravan, sebelum cowok itu marah lagi.

Tidak berlama-lama, Ravan langsung menginjak pedal gas nya. Menyisakan suara deruan motor yang melesat pergi.

Tidak ada suara atau perbincangan dari kedua orang yang sedang melaju dengan kencang itu, Raina mengeratkan pegangan nya pada pundak Ravan, meski cowok itu sudah menyuruhnya untuk melingkarkan tangannya di badan cowok itu, tetapi Raina tidak mau. Baginya memeluk Ravan dengan sengaja sama saja mencari mati. Sudah cukup peristiwa di wc belakang kantin yang membuat jantungnya tidak bekerja dengan benar.

Mata Raina menyipit ketika Ravan membawa motornya ke sebuah apartemen kawasan elit.

Ravan tinggal di sebuah apartemen?

Pertanyaan itu menggantung di benak Raina ketika motor Ravan memasuki area parkir basement, Raina langsung turun dan melepaskan helmnya. "Lo tinggal di apartemen?" Tanya Raina tidak bisa menunggu rasa penasarannya lagi.

"Ya."

Hanya kata-kata singkat yang keluar dari mulut Ravan, Raina tidak berminat mengajaknya berbicara kembali. Ravan berjalan menuju lift, dan Raina langsung mengikutinya dari belakang. Cowok itu memijit angka 18, yang membuat Raina tahu bahwa apartemen Ravan ada di lantai 18.

Hanya keheningan yang terjadi di antara mereka, Raina menatap sepatunya lekat-lekat karena tidak nyaman berada di dalam satu ruangan sempit bersama Ravan dengan waktu yang cukup lama.

"Lo ngapain ngajak gue ke apartemen lo?" Tanya Raina memecahkan keheningan.

"Hm, entar lo bakal tau." Jawab Ravan dingin.

Kecanggungan yang Raina rasakan semakin berkali-kali lipat ketika Ravan sama sekali tidak berniat membuka suaranya lagi. Akhirnya Raina memilih untuk diam saja.

Lantai 15

16

17

18

Ting!

Akhirnya!

Raina mengekor di belakang Ravan ketika cowok itu sampai di depan pintu bertuliskan angka 576. Cowok itu memijit sebuah angka di layar kecil sebelah pintu, yang Raina asumsikan adalah sebuah password apartemen Ravan.

Pintu terbuka dan Raina langsung dikejutkan dengan pemandangan di depan matanya. Hamparan lantai kayu menghiasi ruangan itu, ruangan yang di dominasi warna putih dan abu ini sangat modern. Sofa nya yang berwarna abu selaras dengan mejanya, didepannya terdapat sebuah TV LED besar dan dibawah raknya ada sebuah PS.

Raina tidak melanjutkan pengamatannya ketika suara keras cowok itu terdengar.

"Masuk."

Raina membuka sepatunya dan langsung masuk. Perasaan tidak tenang saat sampai lebih dalam di apartemen Ravan mulai meningkat. Apakah ia hanya berdua dengan Ravan disini? Lalu apa yang diinginkan Ravan darinya? Apa Ravan akan berbuat yang tidak-tidak? Raina menampar dirinya kembali ke kenyataan dari pikiran-pikiran buruk yang merasukinya.

"Ravan? Kamu udah pulang?" Sampai suara seorang cewek dari arah yang Raina yakini adalah sebuah dapur menggema, membuat satu pertanyaan Raina terjawab bahwa ia tidak berdua dengan cowok ini disini. Mengetahui hal itu, Raina mendesah lega.

AFTER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang