Ravan sedang berkumpul di warung tempat biasa ia nongkrong setelah pulang sekolah. Cowok itu sudah tidak memakai seragam sekolahnya lagi. Hanya baju kaos polos hitam dan bawahan celana SMA.
Persetan.
Kenapa harus cewek itu? Mengacak rambutnya frustasi, ia menghisap rokoknya dalam-dalam. Sedari tadi ia hanya diam, tidak berminat membuka suara.
"Masih gamau ngomong lo, Rav?" Tanya Dava memperhatikan temannya yang sepertinya sedang kacau itu.
"Lo ga serius kan tentang target kita selanjutnya itu si Raina?" Timpal Gio.
Mendengar nama Raina disebut, Ravan langsung menatap Gio tajam, "Gue serius."
"Tapi, man dia itu cewek, kita gapernah ngerjain seorang cewek cuma buat seneng-seneng."
"Masih ada Budi, anak kelas 11 yang albino- atau si Tegar anak tukang soto kantin. Jangan dia, kasian gue." Balas Gio, menatap Ravan serius.
Ravan meremehkan, "Kenapa lo suka sama dia?"
"Ha? Pala lo peyang! Dia itu bukan tipe gue banget." Ada jeda. "Gue tau dia dikelas gimana. Anaknya pendiem gamau cari masalah, gak populer juga, kasian aja gitu gue kalo target kita selanjutnya itu cewek.. dan cewek itu Raina. Gue masih punya hati."
Dava mengangguk setuju, "Setuju Gi! Gini-gini juga kita tampang sangar hati hello kitty." Mendengar itu Gio tertawa dan sontak memukul kepala Dava.
Ravan hanya diam tidak menanggapi candaan temannya itu. Dia menghela nafas, "Kalo lo bedua gamau ikutan ya gapapa, itu target gue sendiri."
Mendengar itu Gio dan Dava langsung menatap Ravan heran. "Hah?!"
"Kesambet setan apa lo?"
Dava mengubah posisi duduknya serius, "Tunggu..tunggu gue serius nih, lo ada masalah apa emang sama tu cewek?"
Ravan hanya diam, tidak berniat memberitahu masalahnya.
"Rav jangan gila. Ini cewek Rav, lo gamungkin kan ngelakuin apa yang suka kita lakuin ke si Budi kayak buka celananya di depan anak-anak cewek atau- ngiket dia di tiang bendera sampe pulang sekolah." Seru Gio berapi-api.
"Atau masukin kecoak ke makanan nya si Gilang sampe tu anak masuk rumah sakit 3 hari." Balas Dava tak kalah seru.
Ravan terkekeh mendengar ucapan teman-temannya. "Bacot lu pada!" Ia melemparkan sampah kacang garuda yang ada di atas meja.
"Tenang aja man, gue gak bakal ngelakuin hal norak kayak gitu."
"Jadi apa rencana lo?"
"Pokoknya gue gamau tahun terakhir cewek itu disekolah tenang. Gue mau kasih tau sama dia apa yang namanya neraka."
Ravan benar-benar serius dengan ucapannya,
"And i mean it."
*
"Cerita sama gue. Pokoknya cerita yang lengkap!" Cecar Gisel ketika mendengar berita temannya di kantin- yang langsung menyebar dari mulut ke mulut.
"Kejadian nya gimana?! Lo gapernah cerita lo kenal si Ravan na."
Raina meneguk jus jeruk yang ia pesan, sekarang ia sedang berada di cafe dekat sekolahnya. Perempuan itu memaksa Raina agar mampir terlebih dahulu untuk bercerita, temannya yang satu ini memang tergolong kepo.
"Sabar elah, antusias banget lo."
Gisel memandang Raina gemas, "Ya secara seorang Raina ngobrol berdua sama Ravan di kantin gituuu. Astaga na! Sekali nya gebet cowo ga tanggung-tanggung lo."
![](https://img.wattpad.com/cover/15325821-288-k419697.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN
Teen FictionBagaimana jika ini semua bukan tentang apa yang dia katakan atau apa yang dia lakukan? Bagaimana jika ini semua adalah tentang perasaan yang berjalan begitu saja sejak pertama kali mata mereka bersitatap? 15+