12 - Perjalanan pulang

142 8 0
                                    

Raina mengernyit saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

Ngapain cowok brengsek itu kesini lagi? Sadar akan perbuatannya?

"Pergi! Gue gak mau liat muka lo!" Seru Raina masih sambil membenamkan wajahnya.

"Liat muka siapa?"

Raina langsung mendongkakan kepalanya ketika mendengar suara yang berbeda, "Loh lo ngapain disini?"

Gio tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Raina, "Entar gue jelasin itu di mobil, sekarang gimana kalo gue anter lo pulang?"

Raina berpikir sebentar, menimbang jika Gio bisa menolongnya, pasalnya dia adalah teman dekat Ravan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan cowok itu mulai sekarang Raina benci.

"Gue gak bakal ngapa-ngapain lo kok gue ikhlas mau nolong lo, lagian lo udah basah gitu, apa gak kedinginan? Ayo."

Benar juga. Setidaknya ia tidak perlu pulang dengan kendaraan umum dengan penampilan nya yang kacau seperti ini. Raina menyambut uluran tangan Gio lalu berdiri. Melihat itu Gio tersenyum lagi, lalu tangannya menyampirkan tutup kepala dari jaket Ravan ke arah kepala cewek itu, menutupi rambutnya yang basah.

"Gini lebih lucu." Ujar Gio yang terkekeh melihat jaket abu-abu temannya itu yang kebesaran di tubuh mungil Raina.

Raina memukul tangan Gio asal, "Lucu atau biar gak diliat orang aneh?"

"Hm, dua-duanya oke." Jawab Gio tertawa, lalu mengamit lengan cewek itu keluar dari gedung belakang sekolah.

Sepanjang koridor dan perjalanan menuju parkiran tidak ada tatapan berarti dari sebagian anak, berbeda jika Ravan yang melakukan hal ini sekarang. Menggengam tangannya dan jalan berdua, Raina yakin seluruh siswa yang masih berada di sekolah saat ini akan menatapnya tajam seperti akan membunuh, atau tatapan iri, atau penasaran.

Gio menyapa sekilas orang-orang yang lewat, itu adalah teman sekelas mereka dan beberapa anak ekskul futsal. Raina menundukan mukanya, tidak ingin menatap kearah mereka.

Tiba-tiba genggaman Gio terlepas dari tangannya, dan Raina langsung sadar bahwa ia sudah sampai di tempat mobil Gio terparkir. Cowok itu membukakannya pintu, dan Raina langsung memasukinya. Gio kembali memutar untuk duduk di kursi kemudi, dan mulai memanaskan mobilnya.

Ia menyalakan penghangat ruangan di dalam mobilnya, "Kalo masih kedinginan, gue ada jaket dibelakang. Bisa lo double."

"Gak perlu. Gue gak papa." Jawab Raina.

"Oke."

Gio langsung menancap gas dan mobil keluar dari area sekolah. Lepas landas di jalanan raya, hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Gio bingung harus memulai dari mana, karena jujur walaupun mereka sekelas, Gio jarang berbicara dengan cewek satu ini.

Raina menatap jalanan dari kaca mobil disampingnya, keadaan mereka saat ini sangat awkward dan Raina pikir ini lebih baik daripada harus mengobrol dengan Gio.

Sampai di lampu merah, Raina seperti sadar akan sesuatu, "Lo gak akan nanya rumah gue ke arah mana?"

Gio menoleh, lalu mengangkat sebelah alisnya, "Gue udah tau rumah lo."

"Hah? Kok bisa?"

Gio menahan senyumannya ketika melihat wajah Raina yang kebingungan seperti itu. Lucu sekali.

"Karena gue peramal." Gio memalingkan mukanya kearah depan lagi, menatap lampu merahnya.

"Ih serius." Raina mengerutu disebelahnya, masih penasaran.

AFTER RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang