5

132 11 2
                                    

Sepupu


Calista dan Adam duduk di sudut kafe yang tenang, di antara cahaya lembut yang menyusup melalui jendela besar. Mereka tenggelam dalam percakapan yang serius tentang masa depan Calista terkait universitas. Adam, dengan pengalamannya yang luas, memberikan saran-saran berharga sambil mendengarkan dengan penuh perhatian permasalahan yang sedang dihadapi oleh Calista.

"Jadi, kamu dan Peter satu kelas?" tanya Adam sambil tertawa, seolah menemukan kelucuan di situasi tersebut. Calista memandangnya dengan tatapan tajam, menyiratkan bahwa situasinya tidak sedikit pun lucu. "funny?"  yang membuat Adam langsung terdiam.

"Okay, I know. Itu sulit untukmu. Tapi tentu saja ada cara lain, aku tidak mengatakan sebelumnya karena aku tahu kamu pasti tidak menyukainya, jadi sebelumnya aku mengatakan kamu harus setidaknya mendapat peringkat satu kelas terus menerus. Tetapi, tiba-tiba penghalang datang yaitu kamu satu kelas dengan Peter dan membuat kamu tidak percaya diri..."

"Ya ya, apa cara lainnya?" Potong Calista, tidak ingin mendengar pembicaraan yang terus dihiasi dengan candaan Adam.

Adam menjelaskan bahwa Calista bisa meningkatkan peluangnya dengan aktif di kegiatan ekstrakulikuler atau kegiatan nonakademik di sekolah maupun di luar sekolah, seperti menjadi volunteer atau terlibat dalam proyek sosial.

"Are you crazy? ini sudah di tahun terakhir, ekstrakulikuler tidak mungkin dan tentu saja kegiatan di luar sekolah akan mengganggu belajarku. Aku ingin cara lain," tolak Calista dengan tegas.

"Sejak awal aku memang sudah mengantisipasi bahwa kamu mungkin akan menolak, tapi, Cal, saat ini ini adalah satu-satunya opsi yang tersedia. Awalnya, aku yakin bahwa dengan prestasi akademismu dan surat rekomendasi, kamu akan bisa lolos. Tapi sekarang, bahkan dirimu sendiri terlihat ragu, dan yang lebih penting lagi, mereka juga akan menilai kegiatan non-akademismu, bagaimana kamu berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan organisasi.," jelas Adam mencoba meyakinkan Calista.

Calista terdiam sebentar dan mengatakan kalau dia sudah kelas tiga dan dia tidak ingin membuang waktu belajarnya. Ia takut malah akan mempengaruhi akademisnya.

Adam mempertahankan pendapatnya bahwa mencari kegiatan non-akademis adalah satu-satunya solusi. Calista diam dalam keheningan, tidak memberikan jawaban atau menolak. Niat awal mereka untuk mencari solusi malah membuatnya semakin bingung.

Setelah diskusi selesai, Calista dan Adam bersiap pulang. Calista berjalan menuju pintu keluar, tanpa sadar melewati meja tempat Peter dan teman-temannya duduk. Dia menunggu di depan pintu sementara Adam membayar makanan.

Dia menunggu di depan pintu dengan wajah serius, sementara Adam mengambil waktu untuk membayar makanan. Saat Adam menunggu kembalian, matanya secara tak sengaja tersandar ke arah kelompok siswa yang duduk di meja di sebelah mereka. Sesuatu menarik perhatiannya, di antara anak-anak tersebut, ada seseorang yang terlihat akrab bagi Adam.

"Yo, Peter?" sapa Adam.

Teman di meja Peter yang sedang asyik membicarakan Calista dan Adam tiba-tiba terdiam mendengar suara laki-laki yang memanggil Peter. Sorot mata mereka langsung beralih ke arah pintu saat melihat orang yang menjadi pusat pembicaraan mereka mendekat.

"Hai, aku sepupu Peter, Adam," ucap Adam sambil tersenyum ramah. Ia memperkenalkan dirinya dengan sopan di depan teman-teman Peter yang terlihat kaget dengan kedatangannya.

Tawa canggung mengisi ruangan ketika teman-teman Peter memperkenalkan diri satu per satu. Mereka mencoba untuk menghilangkan kekakuan setelah pertemuan yang tak terduga ini. Setelah beberapa percakapan ringan, Adam memberitahu mereka bahwa dia harus pergi karena Calista sudah menunggu di luar restoran. Peter yang ikut berdiri izin kepada teman-temannya dan meninggalkan beberapa lembar uang di meja untuk membayar makanan. Bersama dengan  Adam, Peter meninggalkan restoran tersebut.

Setelah melihat mereka pergi, Rio tiba-tiba berkata dalam kecanggungan, "Jadi, kita tadi hanya gosipin sepupu Peter? Dan dia diam, tak berkomentar?"

Terdengar keheningan sejenak, tak ada jawaban dari teman-teman Peter yang masih mencerna kejadian tadi. Mereka saling bertatapan, mungkin merasa agak malu dengan topik pembicaraan mereka.


Awalnya, Calista terkejut melihat Adam keluar bersama Peter, tetapi dia memilih untuk diam, menelan segala kebingungannya sendiri hingga taksi online mereka tiba.

Di dalam taksi, Adam duduk di kursi copilot, sementara Peter dan Calista duduk di bangku penumpang. Suasana dalam taksi itu terasa sangat hening, melihat mereka hanya saling diam dan bahkan jarak mereka bagaikan bumi dan langit, Calista menatap ke luar jendela dengan ekspresi serius, sementara Peter memainkan handphonenya. Adam menggelengkan kepalanya, lalu dia teringat sesuatu.

"Cal, besok malam aku berangkat balik US kamu anter aku ya habis pulang sekolah."

"Ok."

Calista yang masih memikirkan tentang pembicaraan mereka di kafe dengan santai menyetujuinya.


Saat Adam mengajak Calista, Peter mengangkat matanya dengan dingin, menyipitkan pandangannya ke arah kursi copilot, di mana Adam duduk dengan santainya.

Setibanya di perumahan mereka, Calista segera turun dari mobil dan melangkah cepat menuju rumahnya. Sementara itu, Adam dan Peter memasuki rumah Peter. Saat di dalam rumah Peter dengan tenang bertanya kapan Adam sampai di sini.

Di ruang tamu Adam duduk dengan menyilangkan kakinya dan menjawab dengan santai "Jam 1 siang tadi, lalu karena bosan aku pergi ke dekat Sekolah dan karena sudah lama tidak bertemu dengan Calista aku mengajaknya makan, tapi ternyata kebetulan kamu juga di sana." Adam meliriknya sambil tersenyum aneh mencoba membaca ekspresinya.

Peter memandang Adam dengan tatapan yang tajam, tetapi tidak mengatakan apa pun. Dengan langkah yang mantap, dia bergerak ke arah tangga yang menuju kamarnya di lantai atas. Adam mencibir melihatnya.

Peter dan Adam adalah sepupu jauh dalam silsilah keluarga mereka, tetapi hubungan keluarga mereka terjalin cukup erat. Saat Adam memulai masa SMA, ia tinggal sementara di rumah keluarga Peter, menjadikan mereka dekat.

Meskipun hubungan antara Peter dan Adam tidak begitu akrab, juga tidak buruk, hubungan antara Adam dan Calista justru terjalin dengan baik. Namun, setelah Adam kuliah di luar negeri, mereka jarang terlihat bersama.

Ketika Adam pertama kali tinggal bersama keluarga Peter, dia dengan tertarik pada Calista. Meskipun Calista terlihat dingin dan sulit didekati, Adam mencoba mendekatinya dengan memulai dengan Peter.Mendengar permintaan Adam,  dia berusaha untuk dekat dengan Peter terlebih dahulu sebagai tetangganya dan mencari tahu tentang Calista, tetapi Peter hanya diam tidak menanggapi ocehannya dan memandang nya dingin.

Namun, seiring berjalannya waktu, Adam menyadari bahwa hubungan antara Peter dan Calista tidak begitu baik. Maka dari itu, dia memutuskan untuk mendekati Calista secara langsung. hasilnya tidak buruk walau memakan waktu yang tidak singkat untuk berinteraksi dekat dengannya. Meskipun Calista tetap bersikap pendiam dan dingin, dia gadis yang baik dan mereka berhasil menjalin kedekatan, keluar bersama beberapa kali untuk makan dan bermain.

Harmonizing Unspoken EmotionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang