7● Kesepakatan

3.5K 374 6
                                    

Edited 24.07.17

...

Jangan lupa vote dan comment yah 😀
....

Rasanya aneh ketika melihat Sean jadi lebih banyak diam. Yah, aku tahu kalau ia memang pendiam, tapi meski aku terus mengganggunya, menggodanya, bahkan melemparnya dengan sesuatu, ia tetap diam layaknya robot yang sudah diprogram untuk terus menatap laptopnya. Padahal, biasanya dia akan mengeluarkan kata-kata pedas atau geraman harimau untuk membalasku, sampai-sampai aku ingin mencekiknya atau melemparnya pada ular-ular betina di kantornya (maksudnya karyawan wanitanya)

"Kau kenapa sih dari tadi diam terus?" ini adalah pertanyaan kesekian kalinya yang aku tanyakan.

Tapi─

Aku menghela nafas. Tetap tidak ada jawaban.

Aku mendengus menatapnya yang tetap setia pada laptopnya. "Ini sudah waktunya malam, loh?" bujukku. Dan lagi-lagi tidak ada jawaban. Hanya ada suara jarinya yang beradu dengan toots keyboard laptopnya yang menjawabku.

Bosan juga sih sebenarnya bicara sendiri, tapi aku juga tidak bisa diam melihatnya mengabaikanku. Aku benar-benar merasa seperti upil yang baru saja dia dapatkan dan langsung ia buang tanpa berpikir dua kali.

"Sean"

"Sean"

"Ooooiiiii, Sean. Kau masih ada di bumi, kan? Kau tidak kerasukan makhluk lain, kan?"

Sean"

"Se─"

"Astaga Aria, bisakah kau diam. Kau benar-benar menggangguku. Aku harus menyelesaikan memeriksa laporan ini. Laporan ini benar-benar sangat penting─"

"Tapi kesehatanmu itu lebih penting. Dari tadi kau membuatku khawatir, kau tahu. Sejak pulang dari rumah makan milik laki-laki tampan itu, kau langsung berpacaran dengan laptopmu. Tidak peduli gangguanku, bahkan adikmu saja yang tadi menyapa kau abaikan. Ayahmu juga tadi memanggilmu, tapi kau hanya diam dan tetap berjalan. Ya, aku tahu kau masih kecewa pada ayahmu, tapi mengabaikannya adalah sesuatu tidak sopan dan tidak boleh dilakukan seorang anak kepada ayahnya, sebesar apapun rasa kecewamu padanya." kataku panjang lebar.

"Sudah?"

Dan dengan tidak berperasaannya dia membalasku dengan pertanyaan mencemooh seperti itu. Pidato penjang lebarku tak ada artinya sedikitpun baginya.

Dia laki-laki keras kepala yang menyebalkan.

"Belum."

"Ka─"

"Kak, makan malam sudah siap. Kakak mau makan di bawah atau bibi yang bawakan ke kamar kakak?"

"Aku akan ke bawah saja, Tania."

Tania?

Lah, perasaan dulu Sean memanggil adiknya dengan sebutan Hana, kenapa sekarang jadi Tania? Apa adiknya itu punya dua nama?

PUK

Sean menatapku sebal saat bantal itu sudah menimpuk punggungnya ketika berada di depan kamar. Namun, dia tidak berkata apa-apa dan segera membalikkan badannya untuk membuka pintu.

PUK

Sekali lagi, aku menimpuk bahunya.

"Aria!" tegurnya. Dari wajahnya aku sudah bisa menebak kalau dia sudah merasa dongkol dan ingin segera menyemburku.

SLEEPING BEAUTY [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang