20● Kenyataan (b)

3.2K 361 1
                                    

Lanjutannya yah 😊😊
Kalau bisa sebelum membaca beri vote. Kan gampang, tinggal klik bintang doang, sekalian senam jari 😃

...

"Derry berandal."

Derry berandal?

Mungkinkah?

Sean juga mana mungkin berpura-pura disuasana kami sekarang. Dilihat dari mana pun, dia tak menunjukkan tanda-tanda kalau dia berada dalam mode bercanda.

Arrrggghhh...

Lama-lama kepalaku bisa meledak.

"Derry adalah berandal," sekali lagi dia mengulang, dan membuat kata-kata itu terus berdengung di kepalaku seolah menegaskan kalau Derry memanglah seorang berandal.

Dan meski begitu, memang apa salahnya? Masa SMA adalah masa seorang remaja mencari jati dirinya, kan? Masa di mana anak-anak remaja sedang dalam masa puber-pubernya, masa bersenang-senang.

Seharusnya aku tidak terlalu terkejut dengan penjelasan Sean.

"Bukankah itu hal biasa. Kau juga waktu SMA pasti sepertinya kan?"

"Ya. Tapi, aku berbeda. Aku masih memikirkan nilai dan norma, sedang ia berbeda."

Apa maksudnya?

"Kehidupannya semasa SMA-nya sangat buruk. Dulu ia adalah pembangkang, pemabuk, pecandu, bahkan..." ia menarik nafas dalam "ia bahkan pernah memperkosa teman sekolahnya karena taruhan."

Apa?

"Tapi, karena gadis itu sekaligus polisi tak tahu siapa pelakunya, kasus tersebut ditutup."

Oh my God, ya Tuhan. Kebenaran apa lagi ini?

Mata juga mulutku terbuka lebar. Sumpah, aku shock berat. Seburuk-buruknya mendengar berita keluarga yang terkena kilat disiang bolong, yang lebih buruk dari itu adalah mendengar kebejatan yang pernah dilakukan temanku sendiri.

Aku benar-benar tidak menyangka. Di balik sosoknya yang kalem dan cuek, ternyata ia pernah melakukan hal buruk itu.

Tanpa sadar air mataku sudah mengalir keluar. Aku menangis.

Jangan sebut ini berlebihan karena kalian tidak tahu bagaimana rasanya berteman dengan orang yang menyembunyikan bangkai di ketiaknya yang sewaktu-waktu akan menguarkan bau busuk.

Dia selalu menampakkan dirinya apa adanya, tertawa jika ia mau tertawa, menyinggung jika ia tak suka, dan menolong adalah kelebihannya. Dan aku tidak tahu, apakah semua itu tulus tanpa ada rencana di baliknya. Lalu sekarang aku sadar, jika semua hal yang ia lakukan semata-mata hanya untuk ini.

Untuk mencelakaiku.

"Aku belum selesai, Aria."

Aku menatap nanar pada Sean yang balik menatapku sedih. Aku mengangguk kemudian menghapus air mata juga ingusku yang sudah meluber "Baiklah, kalau begitu lanjutkan." sahutku parau.

"Ia memang dulu seorang berandal, tapi sekarang ia sudah berubah semenjak neneknya meninggal. Jadi, kau tidak usah khawatir. Dan aku menduga, kemungkinan besar dia malah diancam oleh Fandy."

Oke, semua yang dikatakan Sean sukses membuat suasana hatiku jadi kacau.

Aku menarik nafas kuat-kuat, berharap sesakku bisa berkurang. Lalu aku menatap Sean dengan intens. Tak seperti tadi yang terkesan mengejek dan kurang ajar karena sudah menuduh teman baikku. Kali ini aku seperti anak kecil yang menunggu ibuku untuk memberiku uang jajan.

SLEEPING BEAUTY [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang