Hengki Rofat.
Nama itu rasanya tidak asing, tapi kapan aku mendengarnya?
Kuperhatikan Sean dan Tio, mereka masih terlibat percakapan ringan setelah menyebut satu nama itu. Dan Kiara, dengan kerutan di dahinya sudah cukup menjelaskan, bahwa dia pun sama bingungnya dengan diriku.
"Hengki Rofat itu siapa, By?" Kayla menyelutuk di sela-sela percakapan mereka.
Tio menjeda percakapannya dengan Sean dan berpaling menatap Kayla untuk menjelaskan. "Dia dokter muda di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bukannya kemarin kita baru bertemu dengannya?"
Dokter di rumah sakit Hasan Sadikin.
Ah iya. Aku ingat sekarang, dia adalah dokter yang menanganiku dulu dan dia pula yang sudah mendiagnosis tentang apa yang kualami. Jadi, ada hubungan apa Sean dan Dr. Hengky?
Jangan-jangan, Sean benar-benar sudah berorientasi ke sesamanya. Astaga, pantas saja dia tak pernah terlihat bersama perempuan.
"Oh, dokter yang menangani mama Diana?" tanya Kayla untuk memperjelas.
Tio mengangguk pelan dan mengiyakan pertanyaan Kiara lalu kembali menatap Sean, "Omong-omong ada urusan apa kau dengan dokter itu?"
Aku mengangguk, menyetujui pertanyaan Tio. "Iya, ada hubungan apa?" Aku juga penasaran. Lalu menatapnya sambil memicingkan mata penuh kecurigaan.
"Dia yang menangani kesehatan temanku. Ada yang ingin aku tanyakan padanya." jelas Sean, tak menghiraukan tatapan curigaku serta penasaran Kagla.
Kiara terlihat menghela nafas, "Ah, kupikir kau sudah berubah haluan karena cintamu ditolak Sean. Syukurlah."
Dan aku tergelak di samping Sean.
Sumpah, mulut Kayla benar-benar blak-blakan. Apa yang ada diotaknya, bisa dia ungkapkan dengan begitu gamblang di hadapan Sean tanpa malu-malu. Acungkan empat jempol untuk Kayla, pemirsa.
Tio juga sudah terbahak di tempatnya. "Benar, By. Aku juga sempat berpikir seperti itu. Syukur deh itu semua hanya curiga dari kita." Tio menimpali.
Sedangkan Sean, memang dasarnya manusia batu, jadi diejek bagaimana pun ia hanya menampilkan wajah datar sebagai balasan. Dalih yang luar biasa, sodara-sodara.
Yah, meski aku yakin, kalau dalam hatinya sedang sebal, dongkol, dan menggerutu saat ini, hanya saja karena label manusia cool yang sudah melekat dalam dirinya ia hanya diam saja tak menyahut. Takut mencoreng image-nya, barangkali.
"Tapi, tunggu deh, By." Kayla memotong gelak Tio, "Aku penasaran teman yang dimaksud oleh Sean, siapa." Kiara mengerutkan kening lalu berpaling pada Sean, "Memang kau punya teman dekat selain kami, sampai-sampai mau merepotkan diri hanya untuk bertemu dengan dokter yang menangani temanmu itu? Perasaan kau kan cuek, malas nimbrung pada masalah orang lain dan teman dekatmu pun hanya kami berdua dan termasuk Hana, kalau kau masih menghitungnya sekarang."
Giliranku yang mengerutkan kening dan selanjutnya angkat bahu. Tentu saja, Sean hanya memiliki teman sedikit, dilihat dari sifatnya yang seperti itu, mana mau orang lain berteman dengannya.
Jadi, siapa teman yang dia maksud?
"Apa ada hubungannya dengan Aria? Perempuan yang kau dekati itu?" kali ini Tio yang bertanya.
Aku?
Entah kenapa aku merasa ada gelembung udara yang meletus-meletus di perutku.
Aku menyengir menatap Sean. "Cie... jadi, kau menganggapku sebagai temanmu?" tanyaku dengan nada menggoda. "Berarti yang selama ini kau bilang tentang aku ini hanya lalat pengganggu. Lalat yang berdengung dan berisik, itu hanya dalih saja? Tak kusangka... kau punya sifat malu-malu meong rupanya. Kalau mau berteman yah gak usah cari muka, tinggal bilang saja, kan bisa." lalu aku terkekeh sembari menikmati wajah Sean yang berubah memberengut sebelum berubah ketika berpaling menatap Tio.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEPING BEAUTY [COMPLETE]
ChickLitSleeping beauty. Jika kalian mendengar dua kata itu, apa yang ada di kepala kalian? Kisah dongeng? Cinta sejati? Ciuman seorang pangeran? Tidak. Sleeping beauty adalah kisah dua insan beda dunia, beda sifat, juga beda situasi yang dipertemukan secar...