Ini baru di-update karena hampir seminggu rumahku direnov, jadi susah ngetik pakai Lepi (baca ; Laptop) karena baterai Lepi sudah rusak. Jadi, diketiknya pakai HP. Kalau ada typo, tolong kasi tahu.
....
"Sean!" Sean menatapku dengan keningnya yang bertaut. Entah ia pergi ke mana tadi ketika aku berkunjung ke ruang rawatku. "Kau dari mana?" tanyaku sembari melayang ke arahnya.
"Ada apa?" dan bukannya menjawab, ia malah tanya balik. Seperti pengacara saja.
"Ih, kau ini. Aku kan bertanya untuk dijawab, bukan malah ingin ditanya balik." gerutuku sambil mensejajarkan langkah kakinya. "Jadi kau tadi dari mana? Aku kira tadi kau mau ke ruang rawatku dan bertanya langsung pada ayahku. Ternyata tidak. Lalu, apa ada kenalanmu yang dirawat di sini juga?"
"Tidak." Sean menyahut dengan suara yang kecil, sekecil semut ketika berbicara dengan sekawanannya. Tentu saja agar tak ada yang mendengarnya dan menganggapnya aneh. Ganteng-ganteng tapi bicara sendiri, kira-kira seperti itu yang dipikirkan orang lain.
"Terus?" sekali lagi aku bertanya. Melayang lebih dahulu dari dirinya dan menatapnya penasaran. Barangkali ia sudah melakukan penyelidikan tanpa aku tadi.
Sean belum menjawab. Ia lantas mengeluarkan ponselnya lalu menaruhnya di telinga seolah-olah ia tengah menelpon. "Aku pergi melihat rekaman CCTV dan meminta salinannya." sahutnya ringan tanpa beban seperti meminta OB membuatkannya kopi di kantor.
Ck, aku tidak tahu harus kagum atau jengkel pada jawabannya.
"Kau diberi?" tanyaku. Sebenarnya dari rautnya sudah tertera jelas, tapi aku lebih suka kejelasan yang keluar dari bibirnya. Lagipula mulutku memang lebih cepat bergerak dari pada pikiranku. Jadi, ucapan itu memang secara refleks keluar tanpa kupikirkan. Sudah kebiasaan soalnya.
Dan dia mengangguk pelan.
"Tanpa ada halangan?" sekali lagi aku bertanya.
Dia mengangguk lagi.
"Semudah itu?"
"He-em."
"Kok bisa?"
Dia menunjukkan seringainya, lalu menyahut dengan penuh bangga, "Karena aku hebat."
Dan entah kenapa aku ingin melemparnya dengan sesuatu.
Sean itu seperti bunglon. Mudah berubah-ubah. Bedanya kalau bunglon berubah, akan menghasilkan degradasi warna yang cantik dan unik hingga enak dipandang. Sedangkan kalau Sean, bukannya unik atau enak dipandang malah menyebalkan dan ingin dimusnahkan.
Kalau berada pada mode diam, dia akan benar-benar menjadi lelaki pendiam yang dingin, susah diajak bicara dalam artian dia akan mengabaikanmu, tidak menganggapmu ada di sekitarnya. Sedangkan kalau berada di mode-- katakanlah pede luar biasa, dia akan sangat menyebalkan. Banyak bicara, suka membalikkan kata-kata, ejekanku bakal dikembalikan, dan sombongnya luar biasa.
Sekarang tahu kan, kalau sifat Sean itu tidak ada yang menyenangkan.
"Sombongnya..." sahutku tanpa sadar.
"Itu namanya berbangga diri." balasnya
Aku memutar bola mata jengah, "Apa bedanya?"
Fix, hari ini, Sean sangat aneh. Memang hari biasanya dia juga aneh, tapi tidak seaneh ini. Baru kali ini aku mendengar dia menjawabku seperti itu. Memang sama menyebalkan sih, tapi kali ini berbeda.
Sebelumnya dia tidak pernah membanggakan dirinya, dia hanya mengerjaiku dengan kata-katanya dan membuatku dongkol setengah waras.
Apa sudah terjadi sesuatu?
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEPING BEAUTY [COMPLETE]
ChickLitSleeping beauty. Jika kalian mendengar dua kata itu, apa yang ada di kepala kalian? Kisah dongeng? Cinta sejati? Ciuman seorang pangeran? Tidak. Sleeping beauty adalah kisah dua insan beda dunia, beda sifat, juga beda situasi yang dipertemukan secar...