Part 8

986 80 0
                                    

Part 8

•°•

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Tapi (Namakamu), masih terdiam di UKS bersama Dimas.

"Ayo pulang! Lo kok malah
bengong sih." Bentak Dimas setengah kesal.

"Eh gimana gue mau pulang,
kaki gue sakit gak bisa digerakkin!" Jawab (Namakamu) sewot.

"Ah manja banget sih lo, yang bikin kaki lo sakit kan diri lo sendiri! Siapa suruh lo jatuh? Cepetan bangkit atau lo gue tinggal." Dimas melangkah ke luar dari ruang UKS, pura-pura meninggalkan (Namakamu) seorang diri.

"Dimas sumpah lo ngeselin banget, nyesel gue harus pulang bareng lo!"

(Namakamu) mencoba untuk berdiri. Namun nihil, setiap dia mencoba untuk melangkah kakinya berdenyut lebih kuat.

"Sini gue bantu, (Nam)." Suara seorang cowok membuat lamunan gadis ini memudar.

"Azka? Lo belum pulang?"

Yang ditanya malah nyengir.

"Iya gue belum pulang, gue khawatir sama keadaan lo."

DEG

Kalimat yang Azka ucapkan barusan, meresap ke dalam hati (Namakamu).

"Kenapa lo harus khawatirin
gue?" pertanyaan polos (Namakamu) kembali terucap.

Karena gue suka sama lo, lah. Peka dong (Nam..), peka..

"Karena gue--"

"(Namakamu) lo mau pulang apa enggak?!" teriak Dimas dari balik pintu, memotong pembicaraan Azka dan (Namakamu).

"Lo pulang bareng Dimas?" tanya Azka, heran.

"Emm..." kalimat (Namakamu) menggantung.

"Iya , (Namakamu) pulang bareng gue. Dia 'kan sepupu gue. Jadi bokap nyokapnya (Namakamu) itu lagi keluar negeri makanya dia pulang bareng gue dan tinggal di rumah gue selama sebulan." tegas Dimas penuh kebohongan.

"Oh gitu." Azka mengangguk-angguk paham

Maafin gue dan dimas Zka, kita terpaksa bohongin lo

"Emm... Sini gue bantuin lo sampai mobil Dimas."

Azka berjongkok di depan (Namakamu), menyuruh (Namakamu) untuk naik ke punggungnya.

(Namakamu) yang awalnya ragu, akhirnya dengan terpaksa naik ke punggung Azka kemudian cowok itu bangkit membawa (Namakamu) sampai ke mobil Dimas. Sedangkan Dimas memilih untuk mengikuti dari belakang.

(Namakamu) mengucapkan terima kasih lalu melambaikan tangannya ke Azka, saat mobil Dimas mulai melaju meninggalkan pekarangan sekolah.

(Namakamu) tersenyum sembari mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri jendela mobil, sampai tiba-tiba pandangannya terkunci pada seorang cewek diujung jalan sana, wajahnya terlihat familiar bagi (Namakamu).

Loh, bukannya itu Rasyifa?

Lampu lalu lintas menyala merah, membuat mobil yang dikendarai Dimas berhenti. (Namakamu) yang penasaran, membuka kaca jendela mobil perlahan lalu melonggokkan kepalanya kearah cewek yang dilihatnya tadi.

Benar saja dugaan (Namakamu), cewek itu Rasyifa. Dari penglihatan (Namakamu) terlihat Rasyifa tengah berpelukan dengan seorang cowok. Sayangnya, cowok itu berdiri di hadapan Rasyifa jadi (Namakamu) tak bisa melihat jelas cowok itu siapa.

Akankah Dia? [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang