Part 20
•°•
Dari tadi, sejak berangkat dari rumah dan sekarang di perjalanan menuju sekolah. (Namakamu) sibuk sendiri dengan ponselnya bahkan mengacuhkan Dimas.
"Lo ngapain sih? Perasaan main hp mulu dari tadi." Dimas buka suara.
"Ari nge-chat gue Dim! Dia ngajakin gue ketemuan sepulang sekolah nanti katanya ada yang mau dia omongin gitu. Menurut lo gue harus gimana jawabnya?" tanya (Namakamu) antusias.
Pertanyaan (Namakamu) begitu menyakitkan untuk didengar, kalau (Namakamu) tanya Dimas tentang pendapatnya, mungkin Dimas akan segera menjawab tidak. Tapi sepertinya tak mungkin Dimas berkata blak-blakan, itu semua akan membuat (Namakamu) menaruh kecurigaan pada dirinya.
"Buat apa lo ketemu sama dia lagi, kalau ujung-ujung nya lo sakit hati dan kecewa gara-gara dia. Lebih baik lo gak usah nemuin dia, itu sih pendapat gue."
"Lah kok gitu sih, Dim? Lo kan udah janji buat ngedukung gue. Siapa tau aja kan Ari mau nembak gue gitu" ucap (Namakamu) seraya tersenyum.
"Ngarep! Terserah lo deh (Nam), gue sih mana baiknya sama lo. Kalau lo mau nemuin ya udah. Kalau enggak ya gue seneng."
"lo kenapa sih Dim? Biasanya lo punya solusi buat gue, biasanya lo selalu tau yang terbaik buat gue dan semuanya. Tapi, kenapa lo beda sekarang?" tanya (Namakamu) pelan.
"Se- eh, g-gue udah ngasih solusi terbaik ya buat lo. Buat apa sih perjuangin orang yang belum tentu menghargai perjuangan lo, lebih baik lo lupain dia. Banyak orang diluaran sana yang mungkin nungguin lo dan mereka lebih menghargai lo ketimbang orang yang lo perjuangin." jelas Dimas dengan nada lemah.
(namakamu) hampir saja menangis mendengar penjelasan Dimas, penjelasan Dimas memang ada benarnya.
Tapi semuanya sudah terlanjur terjadi, hatinya sudah terkunci untuk orang lain dan hanya terbuka untuk Ari. Yang jelas, (Namakamu) tak ingin menyerah di tengah jalan.
"Semuanya udah terlanjur Dim, gue nggak mau nyerah buat dapetin Ari. Dan gue rasa mungkin sulit buat ngelupain dia." terang (Namakamu).
"Sulit karena lo udah ngasih sepenuh hati lo buat Ari, karena lo udah kunci hati lo cuma buat dia. Lo boleh kok, cinta sama siapa aja. Tapi, jangan pernah kunci hati lo cuma buat satu nama. Sekarang gue mau tanya sama lo. Lo cinta Ari karena apa? Tampangnya? Hartanya? kepandaiannya main DJ? Atau apa?"
(Namakamu) tak bisa lagi menahan tangisnya, air matanya jatuh detik itu juga.
"Nih buat lo, hapus air mata lo.Kita udah nyampe sekolah." ucap Dimas sambil menyodorkan sapu tangannya lalu beranjak keluar dari mobil sambil menyandang tas ranselnya.
Seolah tak peduli, Dimas pergi seorang diri ke kelas. Mungkin, Dimas butuh waktu untuk menenangkan diri.
(Namakamu) menghela nafasnya panjang, menghapus air matanya. Hatinya berkata-kata, memaksanya untuk tidak memperdulikan perkataan Dimas dan tetap fokus untuk memperjuangkan yang sepantasnya ia dapatkan.
Hal itu begitu memusingkan untuk di fikirkan, sekarang gadis ini beranjak keluar dari mobil Dimas dan berlalu ke kelasnya dengan perasaan yang campur aduk, berharap tak bertemu Ari saat ini. Dia ingin berfikir dulu sebelum mengiyakan ajakan orang yang disukainya.
Tak sesuai harapan, Ari malah berdiri menghadangnya di pertengahan jalan nya menuju ke kelas.
"Jadi kan?" tanya Ari
(Namakamu) merasa tak yakin akan menolak atau mengiyakan.
"Ikutin kata hati lo aja." sambung Ari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Akankah Dia? [√]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] [#992] in fanfiction (10/5/2017) [#38] in Nrazka -Ari Irham fanfiction Ujungnya, bukan dengan siapa yang bisa membuatnya jatuh cinta melainkan dengan siapa dia bisa berbahagia. ||Edisi Revisi||