Part 23
[Note: putar lagu yang ada di mulmed sampai part ini habis ya, so happy reading!]
💔💔💔
Terkadang Tuhan hanya ingin mempertemukan, bukan menyatukan. -@penulissajak
°°°
Semoga hari ini gak bakalan terjadi kayak kejadian yang waktu itu. Gak! Gue gak mau nangis lagi!
(Namakamu) memilin ujung jaket yang ia kenakan setiap ke sekolah sambil berdoa dalam hati agar semua pikiran buruknya pergi dan harinya tidak berakhir seperti hari menyedihkan itu.
Tangan kanannya semakin mengeratkan genggamannya pada tangan kiri Dimas, membuat pria itu menatapnya dengan pelototan. (Namakamu) cemas, dia benar-benar cemas. Bawah bibirnya juga dia gigit karena kecemasan berlebihannya itu.
"Bisa gue ngomong berdua sama lo, (Namakamu)?"
Oh tidak, sepertinya dugaan (Namakamu) benar. Suara pemilik sepatu itu terdengar sama seperti suara orang yang dia duga-duga sejak tadi. Berarti dugaan itu benar?
Gak! Gue nggak mau ngomong sama dia lagi, bukan karena gue marah. Cuman gue gak mau aja nangis lagi gara-gara dia. Ngelihat dia aja rasanya sakit banget, apalagi ngomong sama dia. Oh Tuhan tolong (Namakamu)
"Gimana (Nam), lo mau apa enggak nih?" tanya Dimas dengan nada sedikit menggoda.
Dimas bodoh, padahal hatinya juga sakit kalau (Namakamu) mau menerima ajakan itu.
"Emm... Ya udah, gue mau"
Oh no! Kenapa (Namakamu) jadi ngomong seperti itu? Padahalkan dia mau ngomong yang sebaliknya kalau sebenarnya dia gak mau. Bilang 'gak' aja kayaknya tuh berat banget buat (Namakamu) kalau lagi ngomong sama si pemilik sepatu sneakers warna hitam yang ada di depannya ini.
"Umm... ya udah, kalau gitu gue duluan ya. Kalian berdua santai-santai aja ngobrolnya gak usah buru-buru, lagian hari ini freeclass soalnya guru-guru lagi rapat sampai jam istirahat nanti. Bye!" pamit Dimas sambil berjalan menjauh dari (Namakamu) dan sang pemilik sepatu misterius itu.
Sekarang (Namakamu) hanya berdua, berdua dengan pemilik sepatu yang dari tadi sampai sekarang enggan untuk dia lihat.
"Akhir-akhir ini lo kok cuek banget sama gue? Lo marah ya sama gue?"
"Gue gak marah sama elo kok Ri."
Ri? Ya pemilik sepatu itu adalah Ari. Makanya (Namakamu) jadi grogi, cemas, salting, kesel. Ah, pokoknya perasaannya dibuat campur aduk.
"Terus kenapa? Kenapa lo cuek banget? Tiap kali kita ketemu atau pas gak sengaja papasan di jalan, lo diem aja kayak orang gak kenal. Jangankan nyapa, senyum bales senyuman gue aja lo kayaknya gak minat."
"Gue gak ada maksud apa-apa kok Ri."
Cuma belajar buat ngelupain lo Ari...
Hati (Namakamu) serasa hancur berkeping-keping mendengar semua keluhan Ari akan sikap nya akhir-akhir ini.
"Elo bohong kan? Buktinya dari tadi, sejak awal kita disini lo nunduk terus, lo gak mau natap gue kan? Tapi kenapa? Kasih alasan nya ke gue supaya gue tau dimana letak kesalahan gue."
Lo lupa atau gimana sih Ri? Gue bersikap kayak gitu karena semangat gue udah hilang, sejak lo nolak perasaan gue waktu itu rasanya semangat gue buat ngeliat lo udah gak ada, kebahagiaan gue tiap kali liat wajah lo itu udah terganti, terganti sama rasa sakit yang perih banget. Gue harap lo bisa ngertiin Ri, gue harap lo bisa dengerin kata hati gue saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/96337281-288-k311473.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Akankah Dia? [√]
Fanfiction[COMPLETED] [#992] in fanfiction (10/5/2017) [#38] in Nrazka -Ari Irham fanfiction Ujungnya, bukan dengan siapa yang bisa membuatnya jatuh cinta melainkan dengan siapa dia bisa berbahagia. ||Edisi Revisi||