Part 13

908 67 0
                                    

Part 13

•°•

"Lo mau nanya apa (Nam)?"

Raut muka (Namakamu) dan Azka mendadak serius.

"Kenapa lo tega mukulin Ari sampai dia babak belur gitu?" Azka diam. Hening beberapa saat.

"Karena..." Azka mengambangkan kata-katanya.

"Karena apa? Karena apa lo tega? Bukannya Ari sepupu lo?"

Karena elo (Nam..)

Kembali Azka hanya bisa menelan kalimat yang diucapkannya dalam hati. Azka tak sanggup mengatakannya. Sepertinya butuh waktu sampai keadaaan membaik lagi.

"G-gue, g-gak... Emm... Astaga gue lupa kalau nyokap nyuruh gue balik!" Azka menepuk jidatnya pelan, kemudian mencoba berbalik arah. Berharap gadis yang telah merebut hatinya itu tidak curiga.

"Kenapa lo harus ngelak Zka? Sebenernya siapa yang salah? Lo atau Ari?" (Namakamu) mencekal lengan Azka, sadar bahwa cowok itu akan pergi.

Azka mengacak rambutnya, tak tahu bagaimana cara menjelaskan pada (Namakamu) bahwa ini semua murni terjadi karena kesalahan Ari, pengkhianatan Ari terhadap janjinya.

"Gini ya (Nam). Tentang masalah itu gue masih belum bisa jelasin ke lo sekarang, karena gue belum siap." jelas Azka pelan.

"Memangnya masalahnya rumit banget ya?"

"Bisa dibilang gitu."

(Namakamu) mengangguk saat ini perutnya kembali terasa nyeri.
Wajar, karena pukulan Azka tadi memang sangat kuat bahkan membuat dia pingsan tak sadarkan diri.

Tapi (Namakamu) tidak merasa kecewa karena setidaknya dengan ini dia bisa mengurangi rasa sakit yang akan Ari alami.

"Azka gue mau balik ke kamar aja." pinta (Namakamu)

"Ya udah (Nam), gue anter ya." (Namakamu) mengangguk.

Sesampainya diruangan, (Namakamu) kembali berbaring di brankar rumah sakit, hingga rasa kantuknya datang dan membuatnya tertidur lelap.

Azka beranjak dari ruangan itu serasa tak ingin berlama-lama. Karena sudah tak mau lagi melihat Ari. Mungkin untuk saat ini, Azka tidak butuh Ari.

Entah itu mimpi atau apa, (Namakamu) seperti merasakan pergerakan di tangannya.
Tangan kanan (Namakamu) serasa bergerak sendiri dibawa oleh tangan seseorang.

(Namakamu) segera membuka matanya saat itu juga.

Itu semua perlakuan Dimas, Dimas tengah membaringkan kepalanya diatas brankar (Namakamu) sambil memejamkan matanya dengan tangan (Namakamu) sebagai tumpuan.

Perlakuan Dimas membuat (Namakamu) kesal sendiri, tapi lucu juga melihat wajah imut Dimas ketika tidur.

Jadi inget Ari...

"Ari.." gumam (Namakamu) dalam lamunannya.

Dimas mendongakkan kepalanya, matanya terbuka lebar.

"Lo ngomong apa barusan, (Nam)?" tanya Dimas bingung.

Oh ternyata nih cowok gak tidur...

"Emm... Gak ada kok" jawab (Namakamu) seraya tersenyum.

"Gak usah ngelak" sambar Michael yang tiba-tiba masuk tanpa salam, disebelah Michael ada Nida.

"Ciye..! Lo berdua kesini bareng-bareng?" ledek Dimas dengan cengirannya.

"Ih gak kok! Mana mungkin gue berangkat bareng dia!" Nida membantah.

Akankah Dia? [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang