Kisi Sepuluh : Perpisahan

24 0 0
                                    


Ada pesan masuk di hape-ku, ternyata dari Rehan

Kalau nggak ada acara, ntar malam aq mau ketemu kamu, ditaman kota. Sebentar aja. Bisa kan?

Kubalas,

Bisa! Jam berapa?

Balasan Rehan,

Ketemu disana jam 7 malam

Kubalas lagi,

Oke.

'Ada apa dengan Rehan ya? Tumben sekali dia ingin ketemu di taman kota?' batinku merasakan keanehan. Padahal baru beberapa hari yang lalu, aku kerumahnya, karena dia mengadakan acara syukuran wisuda. Tapi tidak dengan teman-temannya seperti yang aku lakukan dulu dengan teman-temanku, dia mengadakan syukuran hanya dengan keluarganya saja, dan hanya aku yang diundang untuk datang ke rumahnya. Tidak ada acara yang heboh, hanya sekedar makan-makan bersama dengan keluarganya. Tak ada kesan dan perasaan yang aneh saat itu.

Seperti yang sudah dijanjikan oleh Rehan, dia sudah duduk di tempat favorit kita berdua. Padahal baru jam tujuh lebih dua puluh menit, Rehan sudah duduk manis disana. Kulihat, diapun sudah memegang dua contong kacang rebus dan dua buah jagung rebus yang ditaruh dalam tas kresek.

Aku melihatnya dan langsung menghampirinya.

"Kok terlambat?" tanya Rehan dingin

"Ya maaf, aku tadi mau bawa sepeda motor, ternyata sudah dibawa kakakku. Jadi aku tadi naik angkot." Jelasku.

"Mentang-mentangIndonesia ini pengekspor karet terbesar di dunia, makanya orang-orang sudah terbiasa dengan jam karet."

Aku sedikit tersinggung dengan ucapannya.

"Aku kan hanya terlambat duapuluh menit aja... lagian juga, terlambat ini bukan keinginanku..."

"Oke-oke... dimaafkan. He he he... 1, 2, 3 lupakan semua omonganku tadi. Oke!" jawabnya sambil menjentikkan jarinya laiknya seorang penghipnotis yang melupakan kejadian yang baru saja terjadi dan kemudian dia cengengesan.

"Ah sialan kau... kupikir marah beneran. Trus... kamu nggak bawa mobil?" tanyaku

"Nggak..." jawabnya singkat yang kemudian dilanjutkan dengan makan kacang rebus kesukaannya.

Rehan hanya diam, tak berkata apa-apa. Aku juga heran, akupun diam tak mengeluarkan sepatah katapun. Aku gemas sekali dengannya. Dia yang mengajak untuk ketemuan, kenapa sekarang jadi diam begini?

Tak sabar aku menanti dia mulai berbicara, akhirnya....

"Emangnya ada apa sih ngajak aku kesini? Ada yang penting ya?" tanyaku memecah kesunyian

Rehan hanya mengangguk. Tapi tetap tak ada sepatah katapun yang meluncur dari bibirnya. Akupun meneruskan makan jagungku begitupun dia memakan kacangnya. Sampai jagungku habis, diapun belum memulai perkataannya.

"Kalau emang nggak ada yang mau diobrolin kenapa kesini?" tanyaku lagi dengan sedikit jengkel.

"Aku akan mengatakan ini sekarang." Rehan kemudian diam sejenak.

"Besok sore aku akan pergi ke Jakarta, untuk bekerja." Katanya kemudian sambil menatap wajahku.

"Apa kamu bilang? Kalau tak salah dengar kamu sebut Jakarta?" sahutku menyakinkan pendengaranku.

Rehan hanya mengangguk.

Saat itu pula hatiku bersedih tapi aku juga gembira karena dia mendapatkan pekerjaan. "Lantas, apa yang kamu harapkan dari aku dengan pertemuan ini?"

Jangan Tunggu Hari EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang