Kisi Limabelas : Cinta Lama Bersemi Kembali

1 0 0
                                    


Kini.... Usai sudah, segala penantian panjangku

Setelah temukan dirimu duhai kekasihku

Hanya... dihatimu akan kulabuhkan hidupku

Karena kaulah cinta terakhirku....

Aku mendendangkan lagu itu dengan ceria, secerianya bidadari dari kahyangan yang turun ke bumi untuk mandi di danau. Iihh... emangnya si Rehan sebagai Jaka Tarub yang mencuri selendang para bidadari, untuk disembunyikan supaya tidak bisa kembali ke kahyangan? Bisa juga. Dia sebagai Jaka Tarub yang tidak mencuri selendang, tapi dia mencuri cintaku, mencuri hatiku kembali.

Semalam aku tak bisa tidur, memikirkan Rehan. Bagaimana dia sekarang? Lagi ngapain dia? Apakah dia juga memikirkan aku? Iihh... ge-er amat! Memang, aku sekarang benar-benar jatuh cinta lagi padanya. Seperti Ari Lasso bilang bahwa kini usai sudah segala penantian panjangku. Penantian yang aku kira tak akan berujung, ternyata sekarang harapan untuk berlabuh akhirnya datang juga.

Ibu yang beberapa waktu sedih karena aku menolak kandidat calon suami darinya, kini melihatku berbunga-bunga jadi ikutan senang juga. Hanya yang ibu sayangkan kenapa Rehan datang padaku disaat dia sudah menjadi duda? Kenapa tidak dari dulu-dulu ketika masih jejaka? Apa bedanya duda dengan jejaka? Yang penting aku mencintainya. Seperti ada guyonan yang mengatakan 'kutunggu jandamu' dan itu benar-benar terjadi padaku, hanya berganti menjadi 'kutunggu dudamu'.

"Ehem... yang mau malam mingguan..." goda dek Fiyan.

"Iya dong... kan harus berdandan secantik mungkin... pokoknya pedikur, menikur, tepekur... apa ajalah yang penting belakangnya kur dan kur... he he he." jawabku tak mau kalah

"Emangnya sudah janjian ketemu ya mbak?"

"Yap."

"Dimana?" tanyanya penasaran.

"Ah... anak kecil mau tahu urusan orang dewasa aja deh... udah pergi sana! Cuci kaki... ganti baju tidur... trus minum obat cacing... lansgung bobok!" ceracauku semakin membuat dek Fiyan keki.

"Jangan lupa oleh-olehnya ya..."

"Oke deh...."

Tepat pukul tujuh malam bel rumah berdering. 'Itu pasti Rehan', batinku. Dan ternyata benar. Aku membukakan pintu dan dia sudah berdiri didepanku, ganteng sekali. Aku benar-benar terpesona olehnya. Meskipun penampilannya sederhana, hanya dengan menggunakan hem polos warna biru muda dan celana jeans warna biru tua, Rehan terlihat elegan sekali. Mungkin karena aku sangat mencintainya dan aku yakin sekali dia juga ada rasa denganku - meskipun sampai sekarang belum pernah dia mengatakan secara langsung 'ARINI, AKU CINTA KAMU'- semua yang dia kenakan selalu bagus dimataku.

Akupun memakai baju berwarna biru muda dengan celana kain warna hitam. 'Kok bisa sama ya... Mungkin ini yang dinamakan jodoh. Padahal tadi aku sama sekali nggak janjian kalau mau pakai warna biru.' batinku berbunga bunga.

"Hallo.... Kok melamun?" sapanya

Seketika aku sadar dari bayangan pikiranku sendiri. Tergagap dan kemudian tersipu oleh sapaannya.

"Em... maaf..." jawabku.

Saking bingungnya, aku tidak mempersilahkan Rehan masuk. Aku hanya memandangi dia saja. Hatiku berbunga-bunga, membuncah perasaan bahagia yang tak bisa dilukiskan dengan bahasa apapun.

"Aku nggak dipersilahkan masuk?" tanya Rehan.

"Eh iya... sampai lupa... Silahkan masuk. Silahkan duduk. Tunggu sebentar ya..." sahutku kemudian sambil berlari masuk ke dalam rumah

Jangan Tunggu Hari EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang