Hari ini adalah hari perayaan kelulusan. Sekolah mengadakan acara perpisahan di Gedung Serbaguna. Seperti biasanya digelar acara pentas seni dari adik-adik kelas satu dan dua. Semua hadir malam itu. Ada yang datang dengan pacarnya, ada yang dengan kakak dan adiknya. Saat itu aku datang sendirian. Adikku sibuk dengan acaranya sendiri, sementara kakak juga ada janji kencan dengan pacarnya. Maklumlah... ini kan malam minggu, pikirku
Aku sudah siap dari jam 7 malam. Berdandan sederhana, dengan t-shirt dan celana jeans, inilah kostum favoritku. Ibu dari tadi sudah mengomel untuk aku mengganti baju yang lain. Ibu ingin aku berdandan laiknya cinderella dengan baju rok panjang seperti putri. Emangnya ini acara pernikahan? Ibu ada-ada saja. Nanti bisa ribet di jalan hanya gara-gara baju.
"Nggak dijemput teman?" tanya Ibu
"Nggak. Kita sudah janjian ketemu disana aja." Jawabku
"Terus pacarmu Rehan?"
"Ah ibu... dia cuman teman baik aja bu... lagian dia juga nggak nelpon? Berarti dia sudah ada barengannya?" jelasku
"Ya sudah, kalau begitu pulangnya jangan kemalaman ya... ntar takut kalau nggak dapat angkot."
'Ah... sudah besar ini... aku nggak takut pulang sendirian. Maklumlah kalau ibu merisaukan aku, karena memang hanya aku putri satu-satunya...' batinku
Sampai di sekolah kulihat Rehan pun datang sendirian. Seandainya aku tahu kalau dia datang sendiri, pasti sudah aku ajak bareng bersamaku. Ternyata....
"Eh... datang sama siapa?" tanya Rehan
"Sendirian aja. Kamu?"
"Sendirian juga. Ntar pulangnya barengan ya..." ajaknya
"Oke." Jawabku singkat sambil tersenyum bahagia, betapa senangnya hati ini.
Setelah itu Rehan menghilang entah kemana, tak terlihat batang hidungnya. Semakin malam acara semakin meriah. Panggung dihias dengan berbagai macam hiasan. Lampu spot dipasang berwarna-warni dan bergerak kekiri, kekanan, berputar menyinari seluruh gedung. Dipinggir gedung disediakan beraneka makanan dan minuman yng berlimpah.
Begitu banyaknya manusia di gedung ini membuat aku semakin gerah. Aku tak bergairah untuk makan. Hanya sempat mengambil semangkuk koktail. Kulihat si gendut Zaky dari tadi berkeliling, berpindah dari meja yang satu ke meja yang lain. Tak pernah berhenti mulutnya untuk mengunyah, makanya badannya tambun seperti gentong.
Acara terus berlangsung dan semakin meriah.
Kulirik jam tanganku, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi tak kulihat wajah Rehan diantara ratusan penonton. Hatiku mulai gusar. Apa dia memang benar-benar mau mengajak aku untuk pulang bareng? Atau hanya sekedar basa-basi saja karena kepergok ketemu aku disekitar tempat duduk penonton sambil tangannya ditarik seorang cewek, diajak turun ke lantai dansa untuk berjoged dangdut.
'Oh... sudahlah... nggak usah lagi perdulikan dia. Toh aku bisa pulang sendiri. Kalau begitu aku harus pulang sekarang. Ntar kalau kemalaman bisa-bisa aku nggak dapat angkot', pikirku
Suasana semakin ramai. Penyanyi dangdut dadakan, spontanitas dari penonton menambah suasana makin riuh. Terdengar lagu dangdut Terajana dengan suara yang amburadul.
'Musiknya kemana... suaranya kemana... hi hi hi, maklumlah namanya juga penyanyi dadakan,' batinku.
Aku semakin tak berselera untuk mengikuti acara sampai akhir. Aku berjalan perlahan diantara kerumunan ratusan manusia. Sambil celingukan kanan kiri, kali aja bisa ketemu dengan Rehan. Kusibak satu persatu manusia, tapi tetap saja tak kutemukan sosok Rehan dengan postur tubuh yang kurus dan jangkung. Posturnya yang khas itu pasti sangat mudah untuk ditemukan. Rata-rata anak SMU tingginya sekitar 160 – 165 cm. Lain dengan Rehan, tingginya 180 cm. Kalau berbaris diantara teman-teman pasti sangatlah mencolok. Dia selalu didapuk untuk menjadi pemimpin pasukan saat upacara bendera. Padahal dia paling tidak suka teriak-teriak di depan orang banyak. Tapi dia selalu mengalah apabila yang menyurunya ibu wali kelas, ibu Rina yang seksi bin bahenol. Apalagi kalau pakai rok pendek. Dasar cowok, matanya suka jelalatan, tidak pandang bulu. Terhadap guru pun juga berlaku. Tapi anehnya Ibu Rina pun santai-santai saja. Entah sengaja atau tidak, tak ada yang tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Tunggu Hari Esok
RomansaSebuah persahabatan yang indah antara Arini dan Rehan sejak dari kecil sampai dewasa. Ketika pada akhirnya persahabatan terputus karena kesibukan masing masing dan status mereka yang berubah, persahabatan mereka tetap manis sampai akhir hayat D...