Kisi Delapan belas : DIARY REHAN

8 0 0
                                    


Kubuka lembar demi lembar buku harian Rehan. Tulisan tangannya rapi dan mulai ditulis ketika dia masih kecil. Tapi diary itu tidak ditulisnya tiap hari. Hanya kejadian tertentu saja yang ditulisnya.

5 Januari 1999, pkl 16.45 WIB

Aku tak melihatnya diantara kerumumunan teman-temanku. Kau dimana Arini? Apa kau tak tahu kalau aku hari ini bertanding? Dan ternyata kau hadir disana dan melihatku dari awal pertandingan sampai selesai. Tapi kenapa kau tak muncul untuk menyemangati aku? Zaky bilang kamu cemburu dengan seorang cewek cantik.

Ah.... Kau cemburu? Itu saudara sepupuku dari Surabaya, namanya Nia. Aku jadi tahu sekarang kalau ternyata kau juga naksir aku. Jadi selama ini perasaan kita sama ya.... Tapi entah mengapa aku takut untuk mengatakannya sama kamu. Aku sendiri tak tahu apa yang aku takutkan, Hiks hiks hiks, Kacian deh gue.....

7 Agustus 1999, pkl 6.15 WIB

Aku menelphonnya tadi jam 3 pagi. Dia terbangun oleh dering telphonku. Aku tidak bermaksud ngerjain dia, aku hanya ingin mengabarkan kabar gembira kalau dia lolos SPMB. Selamat ya...! Aku juga lolos kok. Sekarang kita ini sudah mahasiswa, bukan lagi anak SMA. Tak terasa persahabatan kita dari kecil bisa terus sampai sekarang. Aku senang jadi teman mu. Tapi... sebenarnya ada rasa yang ingin kuungkapkan padamu tapi aku tak berani mengatakannya. Hanya disinilah aku berani mengucapkannya, kalau 'aku sayang kamu Arini'.

16 April 2001, pkl. 20.25 WIB.

Tadi siang aku melihatnya sedang berdiri antri didepan ruangan administrasi. Ternyata dia sedang antri pengambilan formulir ujian tugas akhir. Lama juga aku tak bertemu dengannya. Kesibukan kuliah dan kegiatan organisasi membuatku tak bisa ketemu dengannya. Kangen juga dengan kamu Rin!

Aku goda dia dengan menyolek bahunya kemudian aku bersembunyi di sela-sela para mahasiswa yang berbaris antri. Dia celingukan mancari siapa yang mencoleknya. Kemudian aku mencolek lagi. Serta merta dia berbalik, akhirnya ketahuan juga. Aku tertawa dan dia sepertinya marah. Ah... kau tambah cantik kalau marah. Sayangnya aku harus segera masuk kelas. Sebelum berpisah, kami saling bertukar nomor hape. Oke! Aku pasti akan menelponmu dan kirim SMS untukmu.

7 Mei 2002 Pkl. 23.05

Aku baru saja pulang dari acara syukuran wisuda Arini. Acaranya meriah banget meskipun aku tidak begitu kenal dengan teman-temannya. Aku sempat menyanyikan sebuah lagu milik Iwan Fals. Sebenarnya lagu itu aku nyanyikan untuknya. Tapi entah kenapa sampai sekarang aku tak berani mengutarakan langsung dengannya.

Aku memberinya kado. Semoga dia tidak marah dengan kado dariku yang aku lapis-lapis dengan banyak koran. Kadonya kelihatan gedhe, padahal isinya cuman parfum, kaset dan sepucuk surat. Semoga kamu suka menerimanya.

13 Juli 2003, pkl. 03.15 WIB

Aku menemukan imel Arini dari pencarian orang lewat yahoo.com. Aku mencoba pada bagian 'find people' kemudian aku ketik nama Arinil Haq dan yahuuuiiii.... Aku menemukan imelnya. Tapi aku masih sangsi apakah ini Arini sahabatku atau bukan. Aku cari sekali lagi lewat google.com dengan mengetik nama Arinil Haq. Ternyata ada satu yang cocok, namanya tercantum dalam alumni Universitas Brawijaya jurusan D-3 Sekretaris. Akan aku goda dia dengan mengirimkan imel dengan initial Mr. Right.

NB: Aku punya 2 imel mr_ (untuk kirim puisi) dan rehan_kusuma@gmail.com

'Terkuak sudah... ternyata Mr. Right selama ini adalah kamu? Kenapa dari dulu tak terfikirkan olehku kalau itu kamu. Tolol sekali aku ini?' batinku sambil bibirku tersenyum tapi air mataku terus mengucur dengan deras tak henti-hentinya membaca diari ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan Tunggu Hari EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang