Uuggh! Kereta penuh sesak. Maklumlah namanya juga kereta ekonomi. Demi janjiku kepada seorang sahabat bahwa aku berjanji akan datang ke pernikahannya sesibuk apapun. Makanya bagaimanapun situasinya harus aku jalani juga. Meskipun untuk itu aku harus mengalami hal yang kurang enak, namanya juga janji. Janji adalah hutang.
Pengen beli tiket eksekutif tapi duit lagi cepak banget. Mungkin juga karena hari ini adalah hari jum'at, banyak orang yang akan weekend, makanya kereta penuh sekali. Tiket yang kubawa tak ada nomor tempat duduk, itu berarti aku harus berdiri. Nggak kebayang deh... sampai Jakarta nanti bagaimana rupaku.
Pusing juga aku... Kereta yang sesak, tercium segala macam aroma. Dari bau keringat, balsem, bau kamar mandi yang... uuggh... masa ada yang buang air kecil lupa nyiram sih? - Bukannya lupa nyiram, tapi memang airnya yang tidak tersedia.- Semua bau bercampur aduk menjadi satu. Kereta api kelas ekonomi ini namanya Matarmaja. Berangkat dari Malang pukul 13.45 WIB, sampai di Jakarta sekitar jam 7 pagi. Itupun kalau tepat waktu.
Banyak penjual naik turun kereta. 'Iiihhh... kayak pasar aja...' batinku. Dari penjual makanan, minuman, mainan, alat tulis, bahkan penjual ikat pinggang pun ada. Pokoknya kereta ekonomi ini laiknya pasar berjalan.
Ding dong, ding dong. Tanda bel untuk kereta segera berangkat. Terdengar suara dari mikrophone stasiun. "Kereta Matarmaja dengan tujuan Blitar – Madiun – Solo – Semarang – Pasar Senin, siap diberangkatkan dari jalur satu. Dimohon kepada seluruh penumpang yang masih di bawah untuk segera menaiki kereta."
'Syukur deh.... Akhirnya jadi juga kereta berangkat,' batinku
Kereta mulai berjalan pelan-pelan. Terasa udara dari luar masuk ke dalam kereta. Mengusir semua bau-bauan menyengat yang terjebak di dalam kereta. Aku sudah mulai be-te. Tak ada teman ngobrol. Iseng-iseng aku bertanya dengan seorang laki-laki yang duduk didekatku.
"Turun mana mas?" tanyaku
"Solo mbak." Jawabnya
Solo? Waduh... masih lama nih. Namanya juga kereta jarak jauh... mana ada yang turun deket-deket sini?
"Mas, ntar kalau sudah mau turun, bilang saya ya..." kataku dengan maksud untuk buking tempat duduk
"Ntar gantian aja mbak sama saya, kalau mbak capek berdiri." Jawabnya
Gitu dong... masa nggak liat sih dari tadi aku berdiri? ceracauku dalam hati.
"Emang turun mana mbak?" sahutnya lagi
"Pasar Senen." Jawabku singkat.
"Waduh... jauh sekali mbak. Kalau boleh tahu ada apa mau ke Jakarta? Liburan ya?" tanyanya lagi.
'Mau tahu aja sih', sungutku lagi
"Ehmm... ada temen yang mau nikah." jawabku singkat
"Oooo..." jawabnya sambil manggut-manggut.
"Lha, situ mau ke Solo ngapain?" aku balik bertanya.
"Pulang kampung mbak... he he he." jawabnya sambil cengengesan.
Aku balas dengan senyum, sambil mengamati suasana disekitar tempat aku berdiri. Pengen membaca buku yang sudah aku siapkan dari rumah, tapi kayaknya nggak mungkin membaca buku dalam keadaan seperti ini. Ada seorang penjual koran melintasiku, menawarkan dagangannya.
"Koran mbak.... Ada berita heboh mbak. Pembunuhan berencana satu keluarga hanya gara-gara masalah hutang." katanya.sambil menunjukkan beritanya.
Tanpa pikir panjang kubeli korannya. Bukan tertarik dengan beritanyanya, tapi kupakai untuk alas duduk. Segera kuambil bagian kriminal, bagian yang aku kurang suka, menggelarnya di lantai dan kemudian duduk bersila dengan menyandarkan badan di kaki kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Tunggu Hari Esok
RomanceSebuah persahabatan yang indah antara Arini dan Rehan sejak dari kecil sampai dewasa. Ketika pada akhirnya persahabatan terputus karena kesibukan masing masing dan status mereka yang berubah, persahabatan mereka tetap manis sampai akhir hayat D...