Bab 4 - Aku Membenci Gadis Lugu Itu

804 23 0
                                    

Bab 4 — Aku Membenci Gadis Lugu Itu

One two three four five six seven eight...” Agni memberi hitungan sambil melakukan salah satu gerakan yang harus dilakukan oleh Flyer, tetapi jika kita melihat ke belakang tampak tidak ada satu orang pun yang mengikuti gerakan Agni tersebut. Bukannya tidak menghargai, tetapi masalahnya cewek berponi dan berkuncir kuda itu sudah memberikan intruksi dan gaya itu lebih dari 10 kali, dan itu bukan sesuatu yang heran bagi para siswi di sini. Bukan karena Agni ambisius, tetapi karena cewek yang mempunyai nama lengkap Agnyasa Pratina itu sedang patah hati.

“Hey! Nggak ngehargain gue banget sih!” Agni mulai berteriak tetapi sayang semua anak yang ikut cheers itu tidak ada yang peduli dan memang udah biasa menghadapi situasi seperti ini.

Tetapi demi menghormati SANG KETUA cheers ini mereka akhirnya patuh dan jalan ke depan mengikuti semua intruksi Agni

“Dia kenapa sih?” celetuk salah satu anak cheers di sana, bosan juga melihat ketuanya galau dan akhirnya melampiaskan kegalauannya kepada semua anak cheers yang jelas-jelas tidak tahu apa-apa dan tidak pula ada sangkutpautnya.

“Paling lagi galau. Udah biasa juga, kan?” Sahut salah satu siswa yang memiliki perawakan paling kecil diantara yang lainnya.

Siswa yang lainnya pun mengangguk setuju sambil menatap heran ketua mereka yang tidak ada lelahnya bergerak kesana kemari. Tetapi kalau dilihat lebih jelas lagi, gerak itu bukan gerakan yang benar-benar dari hati, tetapi gerakan dari pelampiasan kemarahannya. Geraknya bahkan tidak sesuai dengan ketukan dan irama, tidak beraturan bahkan cenderung memakai emosi dibanding hati. Ah, Agni memang selalu seperti itu dikala galau mulai menghampirinya.

“Lo gila?! Mereka juga butuh istirahat, Ag. Dan lo nyuruh mereka latihan non stop! Sakit jiwa lu!!” Kali ini Sivia angkat bicara, jujur saja ia tidak suka kalau Agni sudah sekenaknya sendiri.

“Diem lo!” Bentak Agni sambil menunjuk Sivia tepat di jidat gadis itu. “Ini juga gara-gara lo.” Agni menunjuk ke arah Sivia dan membuat gadis yang ditunjuknya itu munndur secara perlahan.

“Gara-gara gue, Ag?” Tanya Sivia menatap takut-takut ke arah Agni. Sedangkan para anggota cheers  lainnya menatap percecokan mereka sambil berbisik-bisik penasaran. Heran melihat mereka yang notabenenya saling bersahabat mendadak menjadi adu mulut di tengah lapangan yang lumayan panas siang hari bolong seperti ini. “Gue ngapain lo? Gue salah apa sama lo?” lanjut Via sambil mendongak. Menatap dalam bola mata Agni yang diliputi oleh api kemarahan.

“Lo ngapain gue? Pikir! Lo punya otak, kan?” Ketus Agni sambil menghempaskan pom-pom yang berada di tangannya begitu saja. Tergeletak mengenas di atas aspal lapangan basket yang menjadi tempat mereka latihan cheers siang itu.

Biasanya mereka berlatih di lapangan basket indoor. Namun, berhubung lapangan basket indoor kali ini tengah dipakai oleh anak kelas 12 untuk mengambil nilai ujian praktek olahraga, mau tidak mau akhirnya anak-anak cheers mengalah dan berlatih di lapangan basket outdoor yang memiliki AC alam beserta pemanggang alam yang membuat mereka harus meneteskan berkali-kali lipat keringat.

Via menatap Agni dengan tatapan bingung, “Gue ngga ngerti maksud lo apa, Ag. Gue salah apa?”

“Alah… udah lah.” Ujar Agni sambil berlalu meninggalkan anggota cheers—yang menatap Agni dengan tatapan bertanya-tanya—dan meninggalkan Sivia yang—memang pada awalnya—menemani Agni berlatih.

Stay Close (Ketika Cinta kembali Memilih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang